<

Nama saya I Made Ananda Wangsa saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, saya lahir di Br. dinas Peninjoan, Ds. Peninjoan, Tembuku, Bangli pada tanggal 21 januari 1994, kini umur saya 19 tahun. Di dalam keluarga saya terdapat  4 orang diantaranya: ayah, ibu, saya dan adik saya. Ayah saya bernama I Nyoman Purnayasa, menjadi staf di salah satu instansi sekolah, ibu saya bernama Ni Wayan Suadana bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga, dan adik saya bernama I Komang Budi Arcana baru Kelas 5 di Sekolah Dasar. Dari kelas 4 Sekolah Dasar saya sudah memiliki ketertarikan terhadap seni khususnya seni karawitan, berawal dari berkesenian di banjar atau lingkungan rumah hingga berlanjut saya ikut di sanggar dan dari tahun 2007 saya terpilih untuk menjadi pengendang dalam festifal gong kebyar di Pesta Kesenian Bali mewakili daerah saya dan hingga saat ini terus terpilih. Tentang perjalanan pendidikan , tahun 2006 saya menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri Satu Peninjoan,  setelah itu melanjutkan di SMP Negeri 2 Tembuku dan luus Pada Tahun 2009, karena kecintaan dan ketertarikan saya terhadap seni khususnya seni karawitan saya memutuskan melanjukan sekolah di SMK Negeri 3 Sukawati atau yang di kenal sebagai Kokar dulu dan lulus pada tahun 2012, semakin ingin mendalami seni dan ingin menadi seniman yang akademis akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar) akhirnya saya di terima dan sampai saat ini baru semester  2.

Saya adalah anak kebanggaan bagi keluarga karena sampai saat ini saya bisa menjaga mandat dari orang tua yang selalu memberi saya petuah untuk menjadi anak yang baik dan saya bisa menjadi mandat itu sampai sekarang itu sebabnya semua keluarga sangat menyayangi saya dan berharap kedepan saya bisa menjadi manusia yang baik yang bisa mengharumkan nama keluarga, nama desa dan nama orang-orang di sekitar saya. Selain di keluarga, di desa saya yaitu desa Peninjoan saya juga ikut berperan penting yaitu saya menjadi wakil ketua pemuda pemudi atau yang disebut STT ( Seke Teruna Teruni), dan sekaligus menjadi seksi kesenian di desa yang menghendel segala acara kesenian yang di selenggarakan di di lingkungan desa saya. Sekuat tenaga saya mengabdikan diri saya di keluarga maupun di desa tiada lain demi kelangsungan hidup saya kedepan karena kita sebagai manusia tidak akan bisa hidup individu melainkan akan membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar.

Tentang perjalanan karir saya yaitu sebagai pengendang. Bermula dari saya kelas 4 di sekolah dasar waktu itu saya memberanikan diri untuk mencoba memukul kendang milik ayah, berharap tidak ketahuan, setelah saya lama bermain-main dengan kendang itu tanpa saya sadari ayah saya mengintip dari luar, dan disitulah saya dikasi tahu bahwa saya bebrbakat dalam bidang itu dan ayah saya berjanji akan mencarikan saya guru bermain kendang supaya kelak saya bisa menjadi pengendang yang terbaik. Dari saat itulah setiap ada acara ngayah di pura pasti saya di ajak oleh ayah, pelan- pelan saya di ajarkan pola-pola kendang dasar dan saya juga menikmati apa yang di ajarkan. Setelah berjalan cukup lama dan ayah saya belum juga menemukan guru untuk saya akhirnya waktu itu pas kelas 2 di SMP ada temannya ayah menyuruh mencarikan guru di Batubulan, tanpa berikir panjang saya dan ayah pergi kesana sesampainya disana saya di sambut baik karena kebetulan masih ada hubugan kluarga katanya sama ayah, disitulah saya di ajarkan dasar-dasar bermain kendang tunggal, dalam latihan sehari- hari saya terus di awasi oleh ayah dan selama dua tahun itu rutin selama 2 jam dalam sehari saya berlatih yang terus di awasi oleh ayah. Pada akhirnya pas ada lomba mekendang di kabupaten saya memperoleh gelar tukang kendang terbaik di kabupaten kemudian juga ada lomba mekendang tunggal sebali saya mampu memperoleh juara dua, semua itu sekaligus mengobati segala jeripayah saya latihan selama itu. Begitulah perjalan karir saya sebagai tukang kendang/ pengendang, sampai saat ini saya selalu ikut dalam pesta kesenian bali mewakili kabupaten. Dan saya termasuk di kenal oleh seniman-seniman di kabupaten bahkan di Bali.

Tentang asmara, sebenarnya saya malu mencritakan masalah ini tapi yah saya juga mau berbagi dengan teman-teman mengenai pengalaman asmara saya. Sampai saat ini saya masih jomblo, bukannya saya tidak laku tetapi saya sangat sulit menemukan cwek yang bener-bener menerima saya apa adanya dan mengerti dengan keluarga saya, saya menilai kebanyakan cewek yang saya kenal hanya mementingkan materi, dari pada rasa sayang. Mudah-mudahan dalam waktu  dekat ini saya menemukan cewek yang bener-bener serius, bisa sayang, mengerti dan mensuport apapun yang menjadi profesi saya.

Demikianlah tentang diri saya yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf, tentunya akan lebih banyak kekurangannya, semoga dapat diterima. Terima kasih.

 

April 9th, 2013 at 2:25 am


Komentar ditutup.