Komposisi Kontemporer “PYUNG” Komposer I Putu Sopyarta

Musik kontemporer sebenarnya adalah musik yang keberadaannya berkaitan erat dengan mengalirnya waktu. Itulah mengapa musik kontemporer sering juga disebut musik garda depan (avant-garde), karena musik tersebut selalu mengedepani sebuah era.
Musik kontemporer juga lazim menyandang sebutan new music atau musik baru, karena sebagai konsekuensi keberadaannya yang selalu mengedepani sebuah era, musik kontemporer dituntut untuk menghadirkan sesuatu yang baru, sebuah karya musik yang belum pernah diciptaan sebelumnya.

Sejarah

Beberapa orang sering menganggap bahwa musik kontemporer merupakan hasil dari modernisasi atau salah satu perwujudan dari era modern. Sebetulnya, nilai-nilai kontemporer dalam musik sudah dikenal sejak zaman Johann Sebastian Bach.
Pada masanya, musik Bach sudah dianggap sebagai musik kontemporer. Komposisi musik Bach yang bagai air mengalir tanpa jeda, ditambah gaya kontrapung (alur bass dan melodi yang saling kontra membentuk aliran harmoni) merupakan sebuah komposisi yang jauh melampaui kelaziman di masa itu.
Kemudian, musik kontemporer menjadi sebuah jenis musik yang mandiri dan mulai marak keberadaannya pada abad ke-20. Kemunculannya dipicu oleh gerakan aliran seni lukis impresionisme pada abad ke-19 yang dipelopori oleh sejumlah seniman lukis asal Perancis: Monet, Degas, Renoir, dan kawan-kawannya.

Mereka menolak pandangan romantisisme yang di masa itu sudah diterima orang banyak dengan aliran baru, impresionisme, yang lebih menekankan pada impresi atau kesan yang diciptakan oleh sebuah karya seni.
Pada kuartal terakhir abad ke-19, musik orkestra dan piano mulai membuat suara-suara merdu yang seringkali materialnya berasal dari seni sastra atau seni lainnya. Kadang juga muncul melodi dan ritme baru yang bukan berasal dari Barat. Tangga nada dan kord yang baru juga digunakan pada masa itu.
Dipelopori oleh Arnold Schoenberg, dengan eksperimen tangga nada duodekatonik (12 nada) pada musik abad ini memunculkan suara yang enak didengar dengan impresi yang sangat kental. Tangga nada yang umum dikenal adalah diatonik yang terdiri dari 7 nada: do, re, mi, fa, so, la, si.
Tokoh lain, ada Pierre Boulez dengan teknik garapan yang menggunakan idiom dan tata gramatika matematika, kemudian Oliver Messiaen dengan teknik garapan musik berupa perbandingan geometri bangunan, juga musik perkusi oleh John Cage, dan masih banyak lagi pemusik yang merupakan pelopor musik kontemporer.

Unsur-unsur
Musik pada umumnya mencakup unsur: warna nada (tone color), ritme, melodi, dan harmoni. Secara umum, musik kontemporer memiliki unsur yang sama dengan musik pada umumnya, namun banyak elemen-elemen baru yang digunakan untuk menimbulkan dan menonjolkan impresi.

Berikut adalah unsur-unsur musik kontemporer:
• Warna nada (tone color)
Dalam musik kontemporer, terdapat sedikit penekanan pada campuran suara. Selain itu, perkusi juga memainkan peran utama. Warna nada yang dimainkan secara individu akan terdengar jelas pada musik ini.
• Harmoni
Dalam musik kontemporer, dikenal istilah polychord, dimana 2 kunci nada terdengar pada waktu yang bersamaan. Dalam harmoni musik kontemporer juga menggunakan 4 kunci nada.
Selain itu, musik kontemporer juga menggunakan tone cluster yang dihasilkan dari suara piano. Dalam musik kontemporer juga dikenal istilah polytonality, yaitu penggunaan 2 atau lebih kunci nada pada waktu yang bersamaan.
• Ritme
Ritme merupakan salah satu unsur musik kontemporer yang paling mencolok. Kebanyakan ritme yang digunakan merupakan ritme yang membangkitkan semangat, dorongan, dan kegembiraan. Juga terdapat kelompok ketukan yang tak beraturan.
Dalam ritme musik kontemporer, dikenal istilah polyrhrthm, yaitu penggunaan dua ritme yang kontras dalam waktu yang bersamaan.
• Melodi
Melodi adalah tingkatan tinggi-rendah dan panjang-pendek nada dalam musik. Melodi dalam musik kontemporer dikenal memiliki range yang sangat lebar atau besar dan menggunakan 12 nada kromatik tanpa tonel center.

PYUNG
Pyung yang berarti ngempyung, dalam karawitan bali ngempyung dapat dibilang ngepat atau telu , permainan ngempyung ini akan dijadikan suatu komposisi musik baru yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian 1 bagian 2 dan bagian 3, dalam karya ini penata mencoba mengolah teknik ngempyung ini menjadi suatu komposisi musik yang utuh.