Gamelan Baleganjur adalah satu kesenian umat Hindu dari Bali yang hingga sekarang masih tetap eksis. Hingga kini ada dua pengertian berbeda melekat dengan gamelan prosesi ini. Yang pertama adalah musik pengusir Bhuta Kala sehingga disebut Kalaganjur. Yang kedua adalah se–bagai musik pembangkit semangat sehing–ga disebut Balaganjur. Namun, secara historis Baleganjur itu berasal dari Bebonangan, yaitu sebuah perangkat gamelan kuno yang lahir pada masa pemerintahan raja-raja di Bali (I Made Bandem, 2013: 266).
Jenis-jenis instrumen yang diguna-kan pada gamelan Baleganjur antara lain: Kendang, Reong, Keponggang, Tawa-tawa/Kajar, Kempli, Cengceng, Gong, dan Suling. Hampir setiap desa di Bali memiliki gamelan Baleganjur. Hal ini disebabkan karena berkembang pesatnya Gong Kebyar di seluruh Bali. Karena sebagian dari instrument kebyar dapat digunakan sebagai ensambel Baleganjur.Hanya perlu ditambahkan instrument Cengceng kopyak (semacam symbal), sebuah Bebende (semacam tambur cina), dan sebuah tawa-tawa/Kajar.
Kesenian Baleganjur di Bali dapat dibilang eksis karena mayoritas penduduk beragama Hindu dan Kesenian Baleganjur merupakan bagian penting dalam upacara keagamaan dan adat masyarakat. Berbagai kompetisi sering diadakan dan kompetisi tersebut mempunyai kontribusi cukup besar dalam menarik minat generasi muda untuk terus menekuni dan melestarikan Kesenian Baleganjur di Bali. Berbeda dengan Kesenian Baleganjur Dusun Ceto yang dapat dibilang baru.
Gamelan Baleganjur pada awalnya difungsikan sebagai pengiring upacara ngaben atau pawai adat dan agama.Tapi dalam perkembangannya,sekarang peranan gamelan ini makin melebar.Kini gamelan baleganjur dipakai untuk mengiringi pawai kesenian,ikut dalam iringan pawai olahraga,mengiringi lomba laying-layang,dan ada juga yang dilombakan.
Baleganjur adalah sebuah ensamble yang merupakan perkembangan dari gamelan bonang atau bebonangan.Baik dari segi instrumentasinya maupun komposisi lagu-lagunya.
Bonang atau bebonangan adalah sebuah barungan yang terdiri dari berbagai instrument pukul(percussive) yang memakai pencon seperti reong,trompong kajar,kempli,kempur,dan gong. Gamelan bonang memakai dua buah kendang yang dimainkan memakai panggul cedugan. Dalam lontar Prakempa disebutkan bahwa gamelan bonang dipakai untuk mengiringi upacara ngaben.Sama kasusnya dengan gamelan baleganjur yang pada umumnya dipakai untuk mengiringi upacara ngaben.
Instrumen dalam Baleganjur terdiri dari:
• 1 buah kendang lanang
• 1 buah kendang wadon
• 4 buah reong(Dong,Deng,Dung,Dang)
• 2 Ponggang(Dung,Dang)
• 8-10 buah cengceng
• 1 buah kajar
• 1 buah kempli
• 1 buah kempur
• 1 pasang gong(lanang’wadon)
• 1 buah bende
Pengelompokan
Baleganjur dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 2 jenis gending (alunan lagu) sesuai dengan fungsinya secara umum.
A. Baleganjur Upacara
Merupakan baleganjur yang digunakan dalam upacara adat agama hindu. Baleganjur ini memiliki gending dan tempo yang cenderung datar, karena bersifat “nuntun yadnya” sebagai pelengkap dari suatu yadnya.
B. Baleganjur kreasi
Merupakan baleganjur yang digunakan untuk menghibur atau “balih-balihan” yang biasa sebagai ajang menunjukan kemampuan dan tehnik tinggi dari penabuh (pemusik). Gendingnya pun lebih rumit dan memiliki tehnik tinggi.
Baleganjur ini di beri judul ” Kesinatria Mangu Jaya. Dikisahkan seorang kesatria I Gusti Agung Putu dari kerajaan Mengwi yang mengalami kekalahan dalam perang melawan Gusti Batu tumpeng. Tiba tiba datanglah I Gusti Babalang untuk meminta agar Keninatria Gusti Agung Putu boleh dibawa ke Marga untuk dijadikan tawanan perang. Selama berada di Margo timbulah niat Kesinatrya I Gusti Agung Putu untuk balas dendam, kemudian beliaupun melakukan tapa bratha disebuah pura yang bernama Pura Luhur Pucak Mangu, Hyang-hyang Ning Pucak Mangu pun merestuinya. Kesinatrian I Gusti Agung Putu mendapatkan anugrah kesaktian yang luar biasa, beliau merasa senang dan bersyukur bisa mendapat anugrah dari Pura Pucak Mangu tersebut. Balas dendam pun dilakukan, perang tandingpun terjadi kembali antara Kesinatria I Gusti Agung Putu dengan I Gusti Agung Tumpeng. Dan pada akhirnya Kesinatria I Gusti Agung Putu Dapat memenangkan perang tanding tersebut, maka saat itu beliau tetap menjadi Raja Mengwi.