Archive for Maret, 2014

Deskripsi Banjar, Desa Pekraman Mengenuanyar

Rabu, Maret 26th, 2014

IMG0107A

Di Bumi Mekepung Jembrana terdapat sebuah banjar yang bernama banjar “Mengenuanyar”. Lebih tepatnya banjar ini terletak di Kabupaten Jembrana bagian timur yaitu di Kecamatan Pekutatan , Desa Pengeragoan. Jika berangkat dari timur (Denpasar)  ke barat (Gilimanuk) , maka akan terhitung ± 3 km dari perbatasan Kabupaten Tabanan dengan Kabupaten Jembrana untuk mencari desa Pengeragoan. Lalu terhitung ± 8 km ke arah utara menuju Desa Pekraman Mengenuanyar. Selain dikenal dengan sebutan Mengenuanyar , banjar ini juga sering di sebut dengan sebutan Desa Anyar. Mengapa demikian ?, mungkin karena banjar ini merupakan banjar yang terbentuk paling terakhir diantara banjar banjar yang ada di desa pengeragoan itu sendiri sehingga disebut dengan Desa Anyar. “Desa’’ yang berarti Desa, sedangkan “Anyar” yang berarti Baru. Adapun banjar – banjar yang ada di desa Pengeragoan yaitu Banjar Pengeragoan Dangin Tukad, banjar Pengeragoan Dauh Tukad, Banjar Badingkayu, Banjar Mengenuanyar, Banjar Pasut. Kusus untuk banjar pasut, pada awalnya wilayah banjar pasut merupakan hasil pemekaran banjar Mengenuanyar itu sendiri. Hal ini terjadi karena terlalu jauhnya wilayah banjar mengenuanyar yang paling utara dengan yang paling selatan akibat terpisahkan oleh hutan sehingga terjadi kesulitan untuk mendengarkan suara “kul-kul” (sebuah pemberi tanda di desa-desa atau di banjar-banjar yang terbuat dari kayu atau bamboo yang jika di pukul akan menghasilkan bunyi yang memiliki arti tersendiri tergantung dari kesepakatan warga setempat) jika ada piodalan di pura,sangkep (parum). Namun belum ada sumber-sumber  jelas yang mengatakan atau membahas secara pasti bahwa banjar pasut merupakan pemekaran dari banjar mengenuanyar,karena hal ini hanya bersumber dari cerita masyarakat setempat. Begitu pula dengan Banjar Mengenuanyar, belum ada juga sumber – sumber pasti baik lisan maupun tertulis yang membahas sejarah tentang banjar Mengenuanyar. Konon katanya menurut cerita cerita masyrakat setempat kususnya yang sudah tua dan bahkan sekarang sudah meninggal bahwa banjar ini terbentuk ketika Gunung Agung di Karangasem meletus pada tahun 1963 , para penduduk desa setempat berlari – lari menyelamatkan diri menjelajahi hutan hingga sampai di sebuah wilayah perhutanan di Kabupaten Jembrana bagian timur. Di sana lah mereka mulai menata kehidupan yang baru dan terbentuklah sebuah dusun yaitu dusun Mengenuanyar. Tetapi hal ini hanyalah sebuah cerita masyarakat setempat yang bisa dipercaya atau tidak dan belum pasti kebenarannya karena kembali lagi bahwa penulis belum pernah menemui sumber – sumber pasti tentang sejarah banjar mengenuanyar.

Sebenarnya tidak ada sebuah tradisi tradisi seni yang menonjol dari banjar mengenuanyar itu sendiri karena banjar ini hanyalah sebuah banjar kecil yang beranggotakan 147 KK. 136 KK sebenarnya berasal dari Kabupaten Karangasem karena nenek moyangnya berasal dari Karangasem. Dan terhitung hanya 11 KK yang berasal bukan dari Karangasem. Mungkin jika dihitung secara bodoh luas wilayah banjar ini ± hanya 1,5 km x 500 m, itupun semua bangunan atau rumah penduduk berada di sebelah barat jalan. Adapun bangunan yang berdiri sebelah timur jalan yaitu 2 buah warung kecil,LPD,Sekolah Dasar Negeri 3 Pengeragoan,Bale Banjar,Pura Puseh,Pura Dalem dan Pura Prajapati. Selain bangunan bangunan tersebut di atas semua wilayah desa pekraman mengenuanyar dipenuhi dengan hutan yang dijadikan sebagai lahan pekerjaan penduduk setempat. Sehingga sebagian besar atau bahkan seluruh masyarakat mengenuanyar bermatapencaharian sebagai petani.

IMG0120A-1Sangat terasa sekali suasana pedesaan di Dusun Mengenuanyar. Hal ini disebabkan dusun ini terletak cukup jauh dari jalan raya dan daerah perkotaan sehingga belum terkena masalah yang terkait dengan polusi udara, selain itu juga karena sebagian besar wilayah dusun ini dipenuhi dengan hutan yang tanahnya merupakan milik pemerintah. Meskipun demikian ada sebuah kebijaksanaan dari pemerintah untuk meminjamkan hutan tersebut  untuk dijadikan lahan pekerjaan guna ditanami pohon kopi,coklat,cengkeh,pisang,durian dll. Tanah disini sangat subur karena terletak ± 700 m diatas permukaan air laut. Jika kita ingin menuju dusun mengenuanyar dari desa pengeragoan ke utara maka kita akan menjumpai banyak sekali tanjakan,hampir 95 % jika kita ke utara menuju dusun mengenuanyar akan menjumpai tanjakan.

IMG0150AAda salah satu keunikan di Banjar Mengenuanyar yaitu Setra (Seme/Tempat Pemakaman) banjar tersebut. Bahwa jika orang yang baru pertama kali berkunjung ke dusun tersebut, rata – rata tidak ada yang menyangka bahwa area tersebut adalah Setra. Karena setra di Banjar ini jarang dijumpai di banjar banjar lainnya. Luas setra di banjar mengenuanya hanya .. are. Dan seluruh area setra ditumbuhi pohon ketela yang sangat tumbuh subur dan gemuk-gemuk mirip seperti perkebunan ketela. Mungkin hal ini disebabkan karena tanahnya yang sangat subur akibat banyaknya mayat yang ditanam. Perlu diketahui bahwa di banjar mengenuanyar tidak ada tradisi jika orang meninggal langsung melaksanakan tradisi Ngaben. Artinya jika ada orang yang meninggal , mayatnya hanya ditanam saja terlebih dahulu atau istilah balinya adalah Mekingsan Digni. Tradisi Ngaben di banjar mengenuanyar dilaksanakan pada saat tertentu dan tidak menentu tergantung dengan kesepakatan bersama karena berdasarkan tradisi di banjar meengenuanyar tradisi Ngaben dilaksakan bersama – sama bagi yang mempunyai keluarga yang meninggal atau melaksanakan ngaben masal. Kurun waktunyapun cukup lama hingga bertahun – tahun atau bahkan puluhan tahun. Ketika ada orang yang meninggal,tradisi warga setempat akan bergotong royong untuk membersihkan dan memotong ketela ketela yang tumbuh di sana berdasarkan hari yang sudah diberi tahu oleh keluarga duka. Dan untuk pembuatan lobang nya pun dilaksanakan oleh masyarakat setempat pada hari yang sama.

Selain hal tersebut di atas, banjar mengenuanyar juga memiliki seperangkat Barungan Gong Kebyar. Hanya saja barungannya tidak lengkap yaitu instrument “penyahcah” tidak ada. Yang ada hanya Instrumen “Calung” namun bilah instrumennya tidak seperti calung pada umumnya karena bilahnya mulai dari nada dang , ding , dong , deng , dung , dang. Adapun penabuh – penabuhnya adalah kaum laki-laki yang umurnya berkisaran 35 hingga 45 tahun. Jika telah berada antara umur tersebut, maka mereka wajib ikut mesekhe gong, biarpun tidak bisa. Begitu pula jika ada masyarakat yang suka atau sudah bisa bermain Gong Kebyar namun umurnya belum memenuhi persyaratan,maka orang tersebut belum bisa ikut mesekhe gong. Karena hal ini sudah mmenjadi ketentuan atau peraturan adat setempat. Maka dari itu lah kemampuan para sekehe gong di banjar mengenuanyar tidak merata. Ada yang memiliki kemampuan lumayan, ada pula yang sama sekali tidak bisa memainkan gong kebyar karena tuntutan peraturan adat setempat.

Itulah hal-hal yang ada di dusun mengenuanyar. Meskipun tidak ada sesuatu yang terlalu istimewa,tetapi jika anda berkunjung kesana maka akan dijamin pasti anda senang karena udara dan suasana di banjar ini sangat  sejuk dan sangat hijau dan rindang.

 

— SEKIAN —

SEKILAS TENTANG IPUTU ADI PUTRA KENCANA

Sabtu, Maret 22nd, 2014

 

525344_644892138905365_878538024_n

N

ama saya I Putu Adi Putra Kencana, sering di panggil “tuadi” tapi ada juga yang memanggil “somat”.

Saya dilahirkan di tengah keluarga yang sedrhana dari pasangan suami istri I Wayan Rinih (bapak) dan Ni Luh Suratmi (ibu) pada tanggal 29 Desember 1994 di Mengenuanyar. Asal saya dari Jembrana timur tepatnya di Dusun Mengenuanyar, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

Sejarah pendidikan saya yaitu saya masuk TK Nol Besar pada umur 6 tahun di TK “Pandu Putra” Desa  Pandak Gede ,Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan selama satu tahun. “Mengapa awal pendidikan saya tidak di Kabupaten Jembrana?” karena sejak lahir saya diajak merantau di kabupaten badung oleh kedua orang tua saya karena tuntutan pekerjaan. Setelah saya menginjak umur 6 tahun , saya pindah lagi ke Kabupaten Tabanan tepatnya di Desa Pandak Gede,Dusun Kebon,Kecamatan Kediri,Kabupaten Tabanan. Adapun daerah tersebut adalah desa kelahiran ibu saya. Setelah tamat TK,selanjutnya saya melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Pandak Gede hanya sampai kelas satu saja. Selanjutnya dari kelas 2 hingga kelas 6 SD saya melanjutkannya di kampung saya yaitu di SD Negeri 3 Pengeragoan, di Desa Pengeragoan, Dusun Mengenuanyar, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Adapun alasan saya pindah sekolah karena tuntutan pekrjaan orang tua saya. Setelah lulus SD saya melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA/SMP di SMP Negeri 4 Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Kala itu saya tinggal di Asrama SMPN 4 Mendoyo. Menjadi anak Asrama selama tiga tahun sangatlah mengesankan menurut saya pribadi, karena setelah lulus SMP dan meninggalkan Asrama itu sendiri,suka duka yang pernah saya dan teman teman saya rasakan akan menjadi kenangan yang begitu indah jika diingat ingat kembali. Meskipun kenangan itu baik atau buruk akan menjadi sesuatu yang indah dan akan menjadi catatan hidup pribadi kita. Karena jarang jarang ada siswa SMP merasakan pengalaman tinggal di Asrama. Banyak hal yang saya dan teman teman saya dapatkan ketika menjadi anak asrama, salah satunya yang paling penting adalah “Kedisiplinan”. Di sana bagaimana kita dikekang,dikarantina  untuk membentuk pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab. Setiap harinya kita bangun pagi jam 05.00 WITA ,lalu merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar. Setelah itu kita bergiliran mandi dengan teman sekamar hingga waktu menunjukkan pukul 06.00 WITA kita harus sudah siap di ruang makan untuk sarapan. Usai sarapan kita mencuci piring lalu berangkat ke sekolah. Sepulang sekolah yaitu pukul 15.30 WITA kami diberikan waktu istirahat sampai pukul 17.00 WITA. Pada pukul ini ,kami wajib melakukan kegiatan pembersihan baik itu di kamar dan di halaman sekitar asrama. Seusainya melakukan kegiatan ini ,kami bergantian mandi dengan teman sekamar hingga waktu menunjukan pukul 18.00 WITA kami harus sudah ada di ruang makan untuk makan malam bersama. Seperti biasa setelah makan ,piring dan peralatan makan lainnya harus di cuci sendiri. Setelah itu ada senggang waktu kurang lebih setengah jam ,kami gunakan untuk bersendagurau dengan teman teman hingga waktu menunjukkan pukul 19.00 WITA kami harus sudah ada di ruang belajar untuk belajar sampai pukul 21.30 WITA. Diantara kurun waktu dua setengah jam tersebut ada tenggang waktu istirahat yaitu pukul 20.15 sampai 20.30 WITA. Setelah itu kami dipersilahkan ke kamar untuk istirahat kembali. Semua kegiatan sehari hari tersebut di endel oleh ketiga pengasuh asrama kami yang terdiri dari satu bapak asuh dan dua ibu asuh. Jika waktu waktu tersebut tidak kami taati akan ada sangsi yang diberikan oleh ketiga pengasuh tersebut. Itulah gambaran secara umum kehidupan saya ketika menjadi anak asrama. Tiga tahun telah berjalan dan ijasah SMP pun telah saya daptkan akhirnya saya melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat SLTA/SMA di SMA Negeri 1 Negara , Kabupaten Jembrana. Ketika itu saya tinggal di Kelurahan Dauh Waru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana di rumah kakek saya. Di sana saya tinggal bersama orang kepercayaan kakek saya yang sudah berkeluarga dan bersama dua teman saya. Teman saya yang satu merupakan adik kelas saya ketika SD dan teman saya yang satunya lagi merupakan adik kelas saya ketika SMP. Pada tahun 2013 saya lulus SMA dan mendapatkan ijasah SMA. Setelah itu saya memilih ISI Denpasar dengan mengambil jurusan Karawitan untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya. Adapun alasan saya melanjutkan ke ISI Denpasar adalah tentu karena saya ingin mendalami ilmu tentang karawitan dan yang paling utama adalah saya ingin menjadi composer. Dasar saya bersekolah di ISI Dennpasar adalah bukan karena saya pintar dalam hal menabuh,tapi karena rasa cinta dan rasa ingin tahu saya yang besar terhadap seni seni di Bali khususnya seni Karawitan. Selain itu juga tujuan saya bersekolah di ISI Denpasar adalah karena saya ingin melesatarikan budaya Bali yang telah diwariskan oleh para leluhur kita agar kedepannya bali tetap dikenal karena seni dan budayanya. Karena jika bukan kita yang melestarikan budaya bali itu sendiri,maka siapa lagi yang akan melestarikannya.

Adapun beberapa prestasi dan pengalaman pengalaman saya sejak memasuki masa pendidikan dari TK hingga sekarang.

  1. Semasa TK tidak ada pengalaman atau prestasi yang berarti bagi saya.
  2. Semasa SD saya selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas kecuali pada waktu kelas 1 SD catur wulan 2 saya mendapatkan peringkat 2 dan catur wulan 3 saya mendapatkan peringkat 3, hingga saya menginjak kelas 5 SD saya dipilih menjadi murid teladan untuk mewakili sekolah saya, SD Negeri 3 Pengeragoan di tingkat Kecamatan. Tapi ketika itu saya hanya mendapatkan peringkat 7 dari beberapa peserta (* saya lupa jumlah pesertanya). Lalu pada tahun 2007 saya mendapatkan ijasah SD dan lulus dengan nilai terbaik di SD saya.
  3. Semasa SMP saya juga selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas kecuali pada waktu kelas VII semester 1 saya hanya mendapatkan peringkat 2. Dan ketika saya kelas VII semester satu akan naik ke semester dua, saya mendapatkan peringkat tiga umum di SMP Negeri 4 Mendoyo dan akhirnya pada saat akan naik ke kelas tiga (IX) saya kembali didaulat menjadi siswa berprestasi untuk mewakili sekolah ke tingkat Kabupaten setelah melalui seleksi yang ketat di tingkat  sekolah. Ketika itu saya mendapatkan juara 4 tingkat Kabupaten dari 18 peserta lomba. Pada awalnya saya ingin memberi amanat ini kepada teman saya karena pada saat itu juga awal mula saya ikut serta di kegiatn PKB kususnya parade gong kebyar anak anak hingga sekarangpun saya tetap di  iukut sertakan di pesta tahunan kesenian di Bali. Tetapi setelah melalui pertimbangan pertimbangan dari beberapa guru,akhirnya kedua kegiatan tersebut dapat saya lalui. Selain aktif dalam kegiatan PKB,saya juga pernah mengemban misi kesenian yaitu kesenian jegog untuk mengikuti pawai dibeberapa daerah di jawa timur seperti Surabaya, Kediri, Ponorogo, Malang dan Banyuwangi. Dan puncaknya pada bulan Mei 2010 saya menjadi duta kabupaten Jembrana dalam rangka Flower Festival di kota Hiroshima, Jepang. Hal inilah yang sangat terkenang dihati saya , yaitu berada di jepang selama 10 hari dan 2 hari perjalanan pulang pergi. Banyak hal hal menarik yang saya alami di Jepang yang tak mungkin saya cantumkan diartikel ini.
  4. Ketika SMA, tidak terlalu banyak prestasi dan pengalaman yang saya alami. Dari segi rangking kelas saya hanya bisa mencapai peringkat 10 besar dari kelas X hingga XII. Dan pada bulan Agustus 2012 saya ikut mengantarkan SMA Negeri 1 Negara menjuarai lomba Baleganjur tingkat SMA/SLTA sekabupaten Jembrana dan pada akhirnya mewakili Jembrana dalam lomba Baleganjur tingkat Provinsi di PKB tahun 2013 meskipun pada waktu itu kami tidak mendapatkan juara. Pengalaman di luar sekolah khususnya di bidang seni,saya selalu ikut serta mewakili jembrana dalam kegiatan PKB baik itu Gong Kebyar Dewasa,Ngelawang,parade Semarpegulingan dll. Biarpun pengalaman dan prestasi saya didalam sekolah tidak secemerlang SMP,tapi tetap bagi saya masa SMA adalah masa masa yang terindah.
  5. Selanjutnya ditingkat perguruan tinggi belum ada pengalaman atau prestasi yang mengesankan.

 

–SEKIAN–

Halo dunia!

Senin, Maret 17th, 2014

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!