Archive for Juli, 2014

CIRI-CIRI ENSAMBLE JEGOG KHAS KABUPATEN JEMBRANA

Senin, Juli 7th, 2014

          Ensamble Jegog ini temasuk kedalam ensamble besar,karena dimainkan lebih dari 11 orang.Simtem pengolahan bunyi instrument – instrument pada ensamble ini adalah berdasarkan panjang pendek sumber bunyi yang digunakan.

            Pada dasarnya instrument-instrument yang terdapat dalam gambelan Jegog ini terbuat dari bambu,yang dalam istilah Balinya disebut “Tiing Petung” atau Bambu Petung. Jika digolongkan bedasarkan sumber bunyinya,ensamble ini termasuk kedalam golongan idiophone, karena sumber bunyinya berasal dari dirinya sendiri yaitu bambu.

            Bambu-bambu inilah yang kemudian diiris agar mengahasilkan nada-nada khas Jegog yang telah diciptkan oleh seniman yang bernama Kiyang Geliduh dari dusun Sebual desa Dangintukadaya pada tahun 1912. Nada-nada yang terdapat pada gambelan Jegog ini yaitu dong,deng,dung.ding. Dengan catatan nada ding pada Jegog tidak sama dengan nada ding pada ensamble Gong Kebyar pada umumnya. Dimana nada ding pada gambelan Jegog lebih rendah setengah nada jika dibandingkan dengan nada ding pada ensamble Gong Kebyar. Atau bisa disamakan dengan nada daing pada nada pelog 7 nada.

            Kemudian sebagai tempat untuk menggantungkan bambu-bambu yang telah bernada ini, dibuatkanlah yang dalam istilah balinya disebut “tungguhan” (seperti pada gambar). Dimana tungguhan ini memiliki empat kaki yang tingginya kurang lebih 800cm sampai dengan 150cm. Disinilah bambu-bambu yang telah bernada itu digantung dengan tali (seperti pada gambar). Dan disetiap satu instrument pada Jegog, digantungkan 8 buah bambu bernada. Nada dong dua buah, deng dua buah, dung dua buah, ding dua buah dengan susunan sedemikian rupa yaitu dong deng dung ding dong deng dung ding. Dan sebagai penghias , biasanya disetiap kiri dan kanan kaki Jegog dibuatkan patung Naga(hanya pada bagian kepala dan lehernya saja). Kecuali pada instrument Jegognya(instrument pada ensamble Jegog yang paling besar) dibuatkanlah “togog” (seperti pada gambar)

Selain itu sebagai penghias bagian depannya juga dibuatkan yang namanya “tabeng”(seperti pada gambar diatas). Tetapi biasanya penghias penghias ini hanya digunakan pada saat pentas saja. Jika tidak pentas, maka penghias penghias ini dilepas.

  •  Instrumen-instrumen pada Gambelan Jegog

            Satu barungan Jegog yang lengkap terdiri dari 14 instrumen yaitu Barangan, Kancilan, Suir, Kuntung/Celuluk,Undir dan Jegog. Dimana Barangan ada tiga tungguh,Kancilan ada tiga tungguh,Suir ada tiga tungguh, Kuntung/Celuluk ada tiga tungguh, Undir ada dua tungguh dan Jegog ada satu tungguh.

            Untuk masing-masing instrument pada Jegog menggunakan panggul/alat pukul yang ukuran dan bahannya berbeda beda. Pada instrument Barangan menggunakan panggul kayu pada tangan kanan dan panggul karet pada tangan kiri yang berbentuk seperti ban dengan diameter ± 10cm. untuk instrument Kancilan,Suir dan Kuntung sama-sama menggunakan panggul kayu namun ukurannya berbeda yaitu panggul Kuntung ukurannya ± 10cm, panggul Kancilan ± berdiameter 6cm – 8cm, panggul suir berdiameter ± 4cm – 5cm. Untuk instrument Undir dan Jegog menggunakan panggul karet.

Berikut adalah gambar-gambar beberapa panggul/alat pukul instrument Jegog

                 A                                                    B                                      C                                                D

       2013-10-11 18.40.54                2013-10-11 18.41.18           2013-10-11 18.41.42             belagog07   (*)

A         = Panggul Jegog

B         = Panggul Undir

C         = Panggul Suir, Kancil, Kuntung ( hanya saja panggul Kancil lebih besar       dari pada panggul Suir dan Panggul Kuntung lebih besar dari pada panggul Suir dan Kancil )

D         = Panggul Barangan ( pada tanda * )

  • Cara memainkan gambelan Jegog khas Jembrana

            Pada gambelan Jegog khas Jembrana ini, memiliki keunikan tersendiri dalam hal memainkannya. Dimana pada umunya untuk memainkan suatu gambelan tertentu,pemainnya main dengan posisi duduk. Lain halnya dengan kesenian Jegog khas Jembrana ini, cara memainkan ensamble ini adalah dengan posisi beridri kecuali pada instrument Undir dan Jegog. Pada instrument tersebut para pemainnya duduk di atas instrument itu sendiri. Pada instrument Undir dan Jegog telah dilengkapi papan untuk tempat duduk para pemainnya.

            Seperti biasa, masing – masing instrument ditempati satu orang pemain,kecuali pada instrument Jegog. Instrument ini ditempati oleh dua orang pemain/penabuh. Hal ini akibat dari alat pukul instrument Jegog yang terlalu besar jika dimainkan sendiri .

            Biasanya untuk lebih menambah kewibawaan dalam hal pementasan,para pemain/panabuh ensamble ini bermain sambil mengerakkan badannya ke kiri dan ke kanan sembari menikmati dan menghayati lagu/gending yang dibawakan.

(Sumber : Berdasarkan pengamatan penulis di kota Negara, Kabupaten Jembrana)

–SEKIAN–

SUASANA PENGARAKAN OGOH-OGOH DI DESA PEKRAMAN MENGENUANYAR

Sabtu, Juli 5th, 2014

 

            Pihak-pihak yang Berperan Dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar.

2014-03-30 16.04.59 Seperti pada umumnya di banjar banjar lain, tentu saja yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya Nyepi ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) banjar setempat, meskipun dalam prosesya mereka membuat senddiri ataupun membeli. Begitu juga dengan halnya di desa pekraman Mengenuanyar, yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh di desa pekraman ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) “Yowana Shanti” desa pekraman Mengenuanyar Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Meskipun begitu, tidak semua anggoata STT yang turun langsung dalam proses pembuatan Ogoh-Ogoh ini. Hal ini disebabkan karena, banyak anggota STT yang merantau keluar desa baik itu merantau karena sekolah atau bekerja. Jadi , mereka yang kebetulan dirumahlah yang turun langsung dalam proses pembuatannya. Diantara angota STT yang terjun langsung dalam pembuatan Ogoh-ogoh ini , ada satu orang yang menjadi pemberi ide pokok atau yang lebih sering disebut dengan arsitek. Adapun arsitek ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyarr untuk tahun 2014 ini adalah orang tersebut sering dipanggil dengan sebutan Dek Udi. Sebenarnya Dek Udi ini sudah menikah dan seperti halnya peraturan STT lain bahwa anggota STT yang sudah menikah maka otomatis dia sudah tidak tercatat lagi menjadi anggota STT Yowana Shanti. Meskipun demikian, kepeduliannya terhadap dusun terutama terhadap STT Yowana Shanti ini patut diacungi jempol.

            Proses Pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar

       Proses pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar ini dimulai ± satu bulan sebelum hari raya pengerupukan itu dilakasanakan. Prosess pertama dimulai dari pencarian bamboo di sebuah Tegal atau lahan perkebunan warga setempat. Setelah itu dimulai dengan proses pembuatan bahan ulat ulalatan dari bamboo , karena bahan dasar pembuatan ogoh ogoh ini adalah tidak menggunakan gabus kecuali tapel/bentuk wajahnya. Selama kurun waktu ± satu bulan itulah Dek Udi mulai menggarap ogoh-ogoh tersebut dengan dibantu oleh anggota STT Yowana Shanti lainnya mulai dari membuat bentuk badan, kaki hingga tangan. Setelah semua itu terbentuk, akan dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu proses penutupan rangka ogoh ogoh dengan Koran Koran bekas. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewarnaan atau pengecatan dan pemasangan tapel. Hingga sampai ketahap pemberian hiasan-hiasan yang sesuai dengan karakter ogoh-ogoh yang dibuat. Adapun ogoh-ogoh yang dibuat di Desa Pekraman Mengenuanyar ini adalah sejumlah dua karakter yakni “Celuluk” dan “Manusia setengah Leak”. Setelah kedua Ogoh-ogoh ini rampung, sampailah ketahap yang terakhir yaitu membuat “saanan” (dalam bahasa bali). Akhirnya ogoh-ogohpun siap untuk diarak kekliling Dusun.

2.3       Suasana Pengarakan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar khususnya pada tahun 2014

2014-03-30 15.57.18 Ketika ogoh-ogoh telah selesai maka ogoh-ogohpun siap untuk di arak. Tapi sebelum pengarakan ogoh-ogoh itu dilaksanakan, seperti biasa karena hari raya pengerupukan itu jatuh pada rainan tilem sasih kesanga maka terlebih dahulu dilaksanakan upacara persembahyangan di perempatan desa pekraman mulai pukul 16.00 WITA dan selesai pukul 17.30 WITA. Dalam upacara persembahyangan tersebut, jero mangku juga mempasupati ogoh-ogoh yang akan di arak. Setelah acara persembahyangan itu selesai, maka para ibu-ibu yang sembahyangpun budal/pulang dan para anggota STT yang laki-lakipun bersiap untuk mengarak ogoh-ogoh itu keliling banjar.Tidak seperti halnya di kota – kota besar yang suasana pengarakan ogoh-ogohnya sebagian besar terkesan meriah, suasana pengarakan ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyar sangat terkesan sederhana. Hanya warga setempat saja yang menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu. Itupun tidak semua yang menyaksikan, hanya beberapa warga saja yang keluar dari rumahnya untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu karena hampir dari awal proses pembuatan ogoh-ogoh itu sebagian warga sudah mengetahui bentuk ogoh-ogohnya. Selain itu hal ini disebabkan karena dusun-dusun yang ada di desa Pengeragoan ( Peengeragoan Dangin Tukad, Pengeragoan Dauh Tukad, Bading Kayu, Mengenuanyar dan Pasut ) masing-masing dipisahkan oleh hutan yang cukup jauh, sehingga proses pengarakan ogoh-ogoh dimasing-masing banjar hanya disaksikan warga stempat saja.

Sebagai pengiring untuk memeriahkan proses pengarakan ogoh-ogoh ini seperti biasa diiringi oleg bleganjur. Dimana sekehe baleganjurnya adalah bukan anggota STT melainkan kerame banjar yang mesekhe gong yaitu krame banjar yaitu krame banjar yang berumur 35-50 tahun. Setelah puas para pengarak ogoh-ogoh untuk mengarak ogoh-ogohnya maka ogoh-ogohpun dibakar di tempat yang sudah disediakan. Dan pengarakan ogoh-ogohpun berakhir.

(Sumber : Berdasarkan pengamatan penulis yang merupakan angoota STT di Desa Pekraman Mengenuanyar )