Tari Baris Putus

This post was written by mertaantariawan on April 11, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

SEJARAH SINGKAT TARI BARIS PUTUS DI DESA SINABUN

Tari Baris Putus adalah satu satunya peninggalan sejarah kebudayaan yang ada di desa Sinabun. Sebelum terbentuknya tari Baris Putus (Baris Bengkol) di desa Sinabun, pertama tama ada dua orang laki perempuan dari desa Sigaran(Badung) yang merupakan keturunan Arya Wang Bang Pinatih datang ke Buleleng khususnya ke desa Sinabun. Dua orang tersebut datang karena istrinya mau di sunting oleh I Gusti Agung yang ada di Sigaran. Setelah warga tersebut tinggal di desa Sinabun  mereka menghilangkan status (nyineb wangsa), dan beberapa tahun kemudian datang lagi dua orang sepupunya(pemisanan) ke desa Sinabun. Setelah berkumpulnya keempat orang tersebut ,lalu mereka mengutarakan kata kata(berjanji) selama berada di Sinabun apabila mereka bisa menambah keturunan akan sanggup ngaturang ayah membuat pura Dalem. Akhirnya janji tersebut bisa di kabulkan maka sampai sekarang, keluarga ini ngaturang ayah ada yang menjadi jero mangku, kelian adat, kelian desa dan membuat perkumpulan Tari Baris Putus.Seiring perkembangan zaman Tari Baris Putus tersebut sering disebut dengan Tari Baris Gede(Tari Baris Bengkol).

Menurut wawancara dengan Nyoman Sebawa (salah seorang warga keturunan Arya Wang Bang Pinatih)yang bisa menjadi anggota perkumpulan  Tari Baris Putus (Tari Baris Bengkol) ini  adalah warga Sigaran yang merupakan keturunan Arya Wang Bang Pinatih yang berumur 17 tahun ke atas dan harus melaksanakan upacara penyucian diri dengan menggunakan Banten Prayascita atau Banten Pelukatan. Banten tersebut hampir sama dengan yang digunakan untuk penyucian jero mangku atau jero Balian.  Warga di luar keturunan Arya Wang Bang Pinatih tidak boleh masuk atau menjadi anggota dalam perkumpulan Tari Baris Putus tersebut.Konon katanya pernah ada anggota yang bukan keturunan Arya Wang Bang Pinatih masuk menjadi penari lalu jatuh sakit.

Penari baris yang masih ada sekarang ini adalah keturunan ke enam dan ketujuh. Keturunan ke enam yang masih ada sekarang ini ada 2 orang yaitu ; Wayan Sumandra dan Ketut Widiada sedangkan keturunan ketujuh yaitu; Ketut Suwitra ,Putu Natih, Ketut Suka, Putu Suwarta, Nyoman Suda dan Ketut Sudarma.

Tari Baris Putus ini khususnya di desa Sinabun ditarikan untuk mengikuti upacara Pitra Yadnya.Adapun sarana dalam pementasan tari ini dilengkapi dengan Banten Peras Pejati dan Banten Matah-Matahan(isi jeroan,  sebanyak 4 bungkus) ; Satu bungkus Banten Matah matahan ini digunakan pada saat mayat dinaikan ke Bade sebagai simbul penebah(membangunkan sawa). Setelah sampai di perempatan agung Baris tersebut menari dan mengeluarkan satu bungkus banten matah matahan sebagai simbul penunjuk jalan.Setelah sampai di Setra penari Baris Putus ini lagi mengeluarkan satu bungkus banten matah matahan sebagai simbul memotong/memutuskan tali penegulan /pengikat sawe. Satu bungkus banten matah-matahan dibawa pulang oleh penari baris tersebut untuk dipersembahkan pada taksu Baris Putus tersebut.

Selain untuk mengiringi upacara Pitra Yadnya, Tari Baris Putus ini juga bisa ditarikan untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya khususnya upacara piodalan di pura yang ada di Desa Sinabun. namun penari dan pakaian yang digunakan berbeda dengan pakaian yang digunakan untuk mengiringi upacara Pitra Yadnya, Untuk Mengiringi Upacara Dewa Yadnya tari Baris Putus ini di tarikan oleh Teruna Teruni yang ngayah di pura .

Demikian sejarah singkat tari Baris putus yang ada di desa Sinabun.

Comments are closed.

Previose Post: