Biografi I Wayan Sudiarsa

Nama   : I Wayan Sudiarsa,S,sn.,M,sn.

Tgl/bln/thn : 02-07-1985

 

Sekilas Tentang Biografi I Wayan Sudiarsa.

Seniman yang berasal dari Br.Tengah kangin, Peliatan ini, memiliki proses berkesenian yang sangat panjang yaitu pada waktu Tk dapat belajar Tari Baris di Desa Petulu, yang  mengajar pada waktu itu yaitu Seniman Alam yang bernama Kak Tutur. Tapi itu tidak berlangsung lama karena hobi atau kesukaannya lebih pada gamelan Bali, dan berlanjut Seniman ini dulu  SD (Sekolah Dasar), di SD No 6 Peliatan. Pada saat itu ada mata pelajaran yaitu muatan lokal, jadi siswa wajib mengikuti pelajaran ini karena belajar berkesenian Bali, yaitu  kalau istilah Balinya melajah Megamel (belajar memainkan Gamelan/belajar tehnik memainkan gamelan) di Puri Kaleran Br.Truna, Peliatan, dirumah seniman alam yaitu Gung Kak Mahendera. Pada saat itu siswa-siswa atau yang laki-laki belajar mainkan Gamelan. Lambat laun dari siswa-siswa yang belajar di Puri, dibentuklah sebuah Sekaa anak-anak dengan orang-orang yang dipilih, dan pada saat itu yang mengajar memainkan Gamelan yaitu A.A Oka Dalem, beliaulah yang memilih orang-orang dari siswa-siswa tersebut, kemudian dibentuklah sebuah Sekaa yang bernama Padma Kumara Sari. Jadi Sekaa ini melakukan kegiatan sosial dengan ngayah-ngayah di Pura, mengisi acara pada saat perpisahan SD, melakukan kegiatan ngelawang pada saat hari raya Galungan dan kuningan. Kegiatan dari Sekaa anak-anak ini cukup terprogram namun Sekaa ini tidak dapat bertahan lama karena anggota atau penabuh ini setelah tamat SD ada yang bersekolah di Denpasar,diluar Desa Peliatan, untuk itu dari keterbatasan Sekaa ini akhirnya dibubarkan, namun ada dari anggota Sekaa Padma Kumara Sari ini diajak ikut bergabung ke Sekaa Genta Bhuana Sari pada saat itu kakak dari Sekaa anak-anak Padma Kumara Sari, dan juga beliau pada saat SD beliau juga belajar mematung karena didikan dari orang tua yang keras karena memang skil mematung untuk menopang kehidupan mendatang,pada saat itu pariwisata sangat bagus. Kemudian Seniman dari Peliatan ini melanjutkan jenjang pendidikan ke SMP (sekolah menengah pertama) yaitu di SMP PGRI Peliatan dan pada saat SMP seniman ini aktif dibanjar mengumpulkan temen-temen untuk membentuk sebuah Sekaa Pemuda, dari sana dimulai kegemaran dengan gamelan itu sudah terlihat. Kemudian beliau ikut bergabung ke Sekaa Arma Kumara Sari, dan dari sana beliau memulai belajar berkomposisi,belajar beradaptasi,untuk bersosialisasi, dari sanalah awal bidang ilmu yang mau ditekuni yaittu komposisi, dan juga beliau belajar di Pengosekan yaitu di rumah Gusti Mol seorang Seniman Alam, disana beliau belajar  mekendang, kemudian lanjut belajar di Sanggar Cudamani sekalipun tidak menjadi Sakaa disana beliau belajar juga kalau istilah Balinya (nyantrik), disana beliau nginep,belajar berkomposisi,megamel,berapresiasi,diskusi. Beranjak SMA beliau tidak ingin bersekolah di KOKAR malahan beliau bersekolah di SMIP (sekolah menengah industry pariwisata) di Gianyar, karena ada keinginan setelah tamat langsung akan bekerja,karena nasehat dari orang tua juga jangan kesenian khususnya megamel dipakai sebuah propesi tetapi anggap itu sebagai sebuah hobi,sepat juga dilarang oleh orang tua untuk tidak megamel. Dari menjalani sekolah di SMIP selama tiga tahun, ternyata intuisi dari kesenian itu tidak pernah lepas dari beliau, maka dari itu beliau tidak dapat/tidak puas melanjutkan ke jenjang perkuliahan untuk jurusan pariwisata karena memang tuntutan dari pariwisata itu adalah kedisiplinan,berpakian rapi, sedangkan jiwa kesenimanan saya masih melekat dan tidak bisa mengikuti berpakian seperti itu, kemudian beliau melanjutkan jenjang perkuliahan di ISI Denpasar,beliau memberanikan diri kuliah disana, dengan awalnya dibiayai oleh A.A Rai untuk beberapa semester. Beliau memberanikan diri mendaftar dan tanpa teman sama sekali, belum tau pergaulan seni itu seperti apa diluar Desa dan Daerah, dari sana beliau belajar beradaptasi, berkenalan dengan Teman-teman dan para Dosen. Dari sanalah beliau terbentuk lebih matap lagi perjalanan beliau dalam berkesenian dan menemukan sesuatu yang beliau anggap sebagai dunianya beliau merasa nyaman. Sampai akhirnya beliau berkomposisi pada semester tiga membuatkan iringan tari dari kakak kelas yang akan dipakai ujian akhirpada tahun 2005, ini karya pertama beliau yang memang terpublikasi dikalangan umum sebagai penikmat Seni dan pencinta Seni juga dikampus ISI Denpasar dan beliau terus berkarya membuat iringan tari pada waktu kuliah di ISI Denpasar dan ini karya-karya beliau :

  • Manuk mangigel (2005)
  • Nesti (2006)
  • Ala ayu (2006)
  • Swabaning urip (2006)
  • Merak (2007)
  • Merana (2007)
  • Wisyaning Wakya (2008) dll

Pada tahun 2008 beliau ujian akhir dengan garapan Tubuh ku dan Kendi ku, setelah beliau tamat beliau juga membuat karya iringan tari untuk mewakili kampus ISI Denpasar, dalam perhelatan acara yang bernama peksiminas yang diselenggarakan di Jambi, dengan judul garapan yaitu Candra baerawa dengan koreografer A.A Rahma Putra, tetapi pendukung dari karya ini bukan dari orang kampus ISI Denpasar malahan dari Sanggar Arma Kumara Sari, dengan keterbatasan waktu dan memang ada sesuatu dan hal-hal lainnya. Dan beliau juga membuat iringan tari untuk Dosen yaitu Bapak Ketut Sutapa yang memenangkan IBAH penciptaan dengan judul karya Mentik Cengkeh. Kemudian pada tahun 2009 saat beliau tamat dari ISI Denpasar, beliau juga membuat iringan tari yaitu Dandamerta dan Paregreg, dan pada tahun 2009 juga beliau melanjutkan kuliah di ISI Surakarta dengan menempuh S2 dengan jurusan Penciptaan Musik Nusantara. Walaupun beliau kuliah di ISI Surakarta beliau masih menggarap iringan tari untuk adik-adik kelas dengan judul Condong pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 ujian akhir S2 beliau membuat garapan Cinta Tanah Air, dan sekaligus beliau membuat iringan tari untuk S2 dengan judul Mekotek-kotekan.

 

v  PENGABDIAN DI BANJAR

Pada saat SMP beliau menggarap Baleganjur, beliau menngarap Gong Suling di Pura Dalem Alit, menggarap Musik di ulang tahun pemuda, dan pada waktu ini beliau menggarap Tabuh Bebarongan yang berjudul Taru Makules. Dan masih banyak pengabdian beliau di Banjar saya tidak bisa menyebutkan satu persartu

 

 

 

Sejarah Gamelan Gong Kebyar Gunung Sari di Desa Peliatan

SEJARAH GAMELAN GONG KEBYAR GUNUNG SARI

 

Awal mulanya terbentuknya sebuah organisasi yaitu sekaa, pada tanggal/bulan/tahun : 24-11-1926, di Puri Kaleran Peliatan di bawah pimpinan A.A.Gede Mandera. Awal berdirinya menurut sumber yang tergabung dalam organisasi tersebut dari awal, dilaksanakan kegiatan mebarong-barongan (ngelawang) tiap hari Raya Galungan sampai Buda Kliwon Pang berakhir kegiatan tersebut dengan tujuan menetralkan Sang Kala Tiga. Setelah lama kelamaan organisasi tersebut berinisiatip membuat tarian Arja Laki, adapun anggota itu juga menjadi inti ditambah dengan beberapa simpatisan. Makin lama makin berkembang dari pendiri atau yang mengkordinir anggota ini disamping karena jenuh pentas terlalu larut, maka munculah ide membuat Sekaa Gong dengan masukan-masukan dari anggota itu sendiri seperti:

  • A.A.Gede Mandera sebagai kelian.
  • Pemucuk-pemucuknya: Gusti Kompyang Pangkung, Made Lebah, Pande Made

Gerondong, Pande Made Gandut dll.

 

Setelah sekaa gong itu terbentuk mereka mengadakan latihan-latihan dengan meminjam atau menyewa Gamelan kelain tempat, waktu itu hanya beberapa tempat saja ada Gamelan. Setelah melakukan latihan dengan baik sekaa ini mengikuti lomba-lomba Gong antar Kabupaten (mepanduk) ini diperkirakan tahun 1930. Setelah itu dalam prosesnya ketika itu ada orang Asing yang bernama Jhon Cost menawarkan untuk diajak ke luar negeri yaitu ke Paris pada tahun 1931, pada waktu itu masih menggunakan kapal laut sehingga perjalanan sampai ke paris menempuh waktu enam bulan. Dari prosesnya di Paris mereka melakukan pementasan dengan baik, dengan membawa Tarian Legong Keraton, Janger, Kecak, Joged. Seusainya pentas para juru Sekaa melakukan kesepakatan sesampainya di Bali akan berencana membuat Gamelan, dengan kesepakatan dari anggota yang berjumlah pada waktu itu 25 orang untuk menyisihkan uang(dananya) sebagai saham untuk pembuatan Gamelan. Sebelum Sekaa itu datang dari luar negeri diceritakan seorang pengembala sapi yang sedang menyabit rumput dihalaman Pura Gunung Sari, si pengembala ini menemukan bilahan Ceng-ceng. Akhirnya begitu Sekaa atau rombongan itu tiba di Bali rencana pembuatan Gamelan ditindak lanjuti. Setelah istirahat selama dua minggu, akhirnya anggota dari Sekaa tersebut mengadakan rapat untuk menentukan hari baik pembuatan Gamelan dan menentukan Pande Gong yang akan dicari untuk pembuatan Gamelan. Setelah itu didengarlah bahwa ada seorang pengembala sapi menemukan bilahan Ceng-ceng oleh anggota tersebut, lalu diminta bilahan Ceng-ceng tersebut untuk dipakai Jatu dengan mengaturkan sesajen(Banten) di Pura Gunung Sari. Dari kesepakatannya kembali untuk pembembuatan Gamelan disepakati dibuat di Pande Asem dari Desa Tiingan Klungkung. Dalam pengerjaannya anggota dari Sekaa tersebut mencari kayu belalu ke Daerah Buleleng untuk dipakai membuat pelawah atau tempat dari bilahan atau daun Gamelan dengan berjalan kaki mendorong gedebeg, tidak diceritakan lamanya mencari kayu itu. Dalam proses pengrjaan yang begitu panjang selesailah satu barungan Gamelan tersebut dan lanjut di upacarai, setelah selesai semuanya, Gamelan tersebut diberi nama Gamelan Gunung Sari dan Sekaanya diberi nama Sekaa Gong Gunung Sari, dan pada tahun 1970 Sekaa Gong Gunung Sari kembali nunas Taksu ke Pura Gunung Sari dalam pembuatan Barong Ketet dan Rangda (nunas kayu pule).

PENGALAMAN SEKAA GONG GUNUNG SARI

  • Tahun 1931 melakukan pertunjukan di Paris.
  • Tahun 1932 melakukan pertunjukan di London.
  • Tahun 1953 melakukan pertunjukan di Prancis.
  • Tahun 1968 membuat autobiografi bersama BBC London.
  • Tahun 1971 melakukan pertunjukan di Australia (Malbourne, Sydnay, Canbera)
  • Tahun 1981 melakukan pertunjukan di Amerika (Mexico)
  • Tahun 1996 melakukan pertunjukan di Amerika (L.A, New York, Washington DC, Cicago atc)
  • Tahun 1998 melakukan pertunjukan di Eropa (Paris, Jerman, Belanda, Belgia, Swiss)

GENITRI

 

http://www.youtube.com/watch?v=mhI3Ic5E-i0

Judul     : GENITRI

Karya     : I Nyoiman Windha .

Penyaji                 : duta kab. Gianyar anak – anak.

Event    : festival gong kebyar anak – anak dalam pesta kesenian bali th.2008.

Tempat : panggung terbuka ardha candra art center denpasar.

 

 

Komentar :

Ada beberapa komentar yang ingin saya tambahkan ke video “GENITRI” ini.

–           Menurut wujud visual yang saya lihat dari penataan lampu terlalu gelap kurang terang dan terlalu menonjol terang lampu di sebelah sudut kiri. Terlalu banyak hiasan jadinya terlalu norak.

–          Dari segi sound : sound di instrumen penyacah terlalu keras, di instrumen jublag kurang dinaikan volumenya, dan di instrumen kendan kurang dinaikan juga volumenya, di instrumen ceng-ceng kurang keras .

–          Nilai estetis dalam repertoar ini sangat bagus sekali.

–          Mengapa festival gong kebyar selalu di berikan gaya seperti itu???

 

–          Dari segi penataan gamelan , terlalu sempit di posisi penabuh reong,sementara ruang gerak penabuh bagian depan luas,terutama pada tukang kendang.

–          Dari segi costum ,baju terlalu mencolok menyebabkan tata lampu atau lighting terlihat terlalu cerah.dan costum tidak sesuai dengan face penabuh yang terlihat penabuh menjadi agak gelam parena sinar lampu memantul pada baju nya saja.

–          Dari segi pembawaan lagu,penyajian lagu masih terlalu lemah dalam rasa.terutama pada tukang riong,terlalu keras pada saat menabuh,sementara instrument gangsa sudahmasuk dari segi reasa.

–          Penyajian gerak penabuh ,gerak penabuh terlalu banyak sehinghga penabuh terlalu kelihatan penabuh tergesa -gesa dalam penyajian gerak dan tabuh.

Sekian komentar dari saya.terimakasih

 

GENITRI

http://www.youtube.com/watch?v=mhI3Ic5E-i0

Judul : GENITRI
Karya : I Nyoiman Windha .
Penyaji : duta kab. Gianyar anak – anak.
Event : festival gong kebyar anak – anak dalam pesta kesenian bali th.2008.
Tempat : panggung terbuka ardha candra art center denpasar.

Komentar :
Ada beberapa komentar yang ingin saya tambahkan ke video “GENITRI” ini.
– Menurut wujud visual yang saya lihat dari penataan lampu terlalu gelap kurang terang dan terlalu menonjol terang lampu di sebelah sudut kiri. Terlalu banyak hiasan jadinya terlalu norak.
– Dari segi sound : sound di instrumen penyacah terlalu keras, di instrumen jublag kurang dinaikan volumenya, dan di instrumen kendan kurang dinaikan juga volumenya, di instrumen ceng-ceng kurang keras .
– Nilai estetis dalam repertoar ini sangat bagus sekali.
– Mengapa festival gong kebyar selalu di berikan gaya seperti itu???

– Dari segi penataan gamelan , terlalu sempit di posisi penabuh reong,sementara ruang gerak penabuh bagian depan luas,terutama pada tukang kendang.
– Dari segi costum ,baju terlalu mencolok menyebabkan tata lampu atau lighting terlihat terlalu cerah.dan costum tidak sesuai dengan face penabuh yang terlihat penabuh menjadi agak gelam parena sinar lampu memantul pada baju nya saja.
– Dari segi pembawaan lagu,penyajian lagu masih terlalu lemah dalam rasa.terutama pada tukang riong,terlalu keras pada saat menabuh,sementara instrument gangsa sudahmasuk dari segi reasa.
– Penyajian gerak penabuh ,gerak penabuh terlalu banyak sehinghga penabuh terlalu kelihatan penabuh tergesa -gesa dalam penyajian gerak dan tabuh.
Sekian komentar dari saya.terimakasih

GONG SULING

 Bali merupakan salah satu pulau yang sangat indah dan memiliki aneka ragam seni budaya yang masih sangat kental di lingkungan masyarakatnya hingga membawa bali terkenal hingga ke mancanegara. Salah satu budaya seni yang ada di bali ialah pada seni gamelan. Gamelan Bali memiliki beraneka ragam bentuk barungan(ensambel) salah satunya gambelan Gong Suling. Gong suling merupakan pengembangan dari ensambel pegambuhan, perbedaannya dari gong suling dan pegambuhan dari segi alat menggunakan suling besar saja dan juga memakai gong pulu,kecek,klenang,kajar krentengan,tawa-tawa dan kendang krumpungan lanang,wadon. Ensambel pegambuhan fungsinya sebagai iringan tari.dan perbedaan dari gong suling, gong suling tidak untuk mengiringi tari hanya musikalnya saja.Gong suling di perkirakan munculnya tahun 1950, dan untuk jelas keberadaan gong suling ada di desa peliatan, br tengah kangin,ubud,gianyar.Ada pun perbedaan dari musikalnya dan pola-polanya:
 Pegambuhan dari pola-polanya menurut yang saya Tanya,pegambuhan mengambil pola-pola sulingnya mengambil di gending-gending semarapegulingan seperti:
• Sinom landrang
• Sekar elet
• Godeg miring dan lain-lain

Gong suling dari pola-polanya sudah di inovasi (pengembangan) seperti pola-pola sulingnya,ada tiga suling 1 suling besar
2 suling menengah
3 suling kecil
Ada perbedaan dari ke tiga suling tersebut, suling besar fungsinya melodi pokok, suling yang menengah fungsinya ngewilet, suling yang kecil sama fungsinya dengan suling yang besar dan kadang-kadang fungsinya mupuh.
Perangkat gamelan ini biasa digunakan untuk mengiringi suatu upacara .Gong Suling adalah sebuah barungan gamelan yang terdiri dari :

• 1 pasang kendang krumpungan
• 1 cenceng kecek
• 1 tambur
• 1 gong pulu
• 1 klenang
• 1 kajar krenteng
• 10 buah suling diantaranya 6 suling gede dan3suling nyalah,1suling
• 1 buah Guntangan
Kendang krumpungan
Kata kendang krumpungan berasal dari kata “pung”yaitu menirukan suara kendang tersebut(onomatopia atau peniruan bunyi).Jenis kendang ini di pukul hanya menggunakan tangan.Kendang krumpungan ini selalu dimainkan berpasangan yaitu kendang lanang dan kendang wadon.Kendang wadon mempunyai diameter tebokan besar 24,5 – 25 cm,panjang antara 55 – 57 cm dan diameter tabokan kecil 20 cm.Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter tebokan besar 23,5 – 24 cm,panjang antara 55 – 57 cm,diameter tabokan kecil 19,5 – 20 cm.
Cenceng Kecek
Kata cenceng kecek berasal dari kata “kecek” yaitu menirukan suara cenceng tersebut (onomatopia atau peniruan bunyi).Ukuran cenceng ini berkisar sekitar 10 cm dan biasa mengiringi dalam sebuah barungan gambelan.

Tambur
Tambur dalam barungan gambelan Gong Suling sebagai tempo.Diameter tambur sendiri berkisar antara 30 – 40 cm dan biasanya tambur di mainkan menggunakan sebuah pemukul(panggul) yg bentuknya sama persis dengan pemukul gong namun ukurannya agak kecil sekitar kepalan tangan anak-anak.
Gong Pulu
Gong Pulu adalah sebuah alat musik yg terbuat dari kerawang/perunggu dan berbentuk lempeh seperti daun jegogan dalam barungan gambelan gong kebyar.Namun dalam barungan Gong Suling ini hanya menggunakan dua bilah dan nadanya hampir sama.
Klenang
Klenang ialah instrumen yang berpencon dan nadanya ndang,fungsinya sebagai penyempurna lagu.
Kajar krenteng
Bentuk instrumennya buntar berpencon sedikit.fungsinya sebagai krentengan di barungan gong suling.
Suling
Sebuah bambu yang di lubangi enam lubang,dan di atasnya ada lubang berbentuk segiempat sebagai peniupnya, dan lubang ter sebut meng hasil kan nada dan patet yang digunakan seperti patet selisir,pengenter alit. Fungsinya sebagai melodi.