Archive for Juli, 2014

TEKNIK DASAR BERMAIN BASS ELEKTRIK

Sabtu, Juli 19th, 2014

Teknik Dasar Bermain Bass Elektrik
Di dalam bermain musik kenyamanan sangatlah penting, agar bisa bermain musik dengan baik, Anda harus merasa nyaman dengan instrument yang Anda mainkan.                                                                                                                                                                                   Posisi dan Postur memegang Bass
Memegang Bass mulailah dengan posisi bass setinggi pinggul, turunkan bahu sedikit supaya relaks. Cek posisi bermain Anda di dpan cermin. Setiap pemain bass memiliki postur yang sedikit berbeda coba Anda lihat pemain bass yang terkenal semua mempunyai karakter tersendiri. Bereksperimenlah dengan panjang pendek strap sampai tangan kanan dan kiri anda merasa nyaman posisi yang lebih tinggi akan membantu Anda bermain dengan lebih mudah, tapi posisi bass yang menggantung lebih rendah sering kali tampak lebih keren. Kalau Anda berencana bermain cukup lama sambil berdiri, strap berkualitas baik akan membantu Anda merasa nyaman saat memainkan bass. Strap yang lembut dan lebar adalah yang paling baik, karena kelebaran itu membantu menyebarkan beban instrument tersebut.
Posisi Tangan Kiri
Letakkan tangan kiri pada fretboard, dengan ibu jari di belakang leher bass, kira-kira di belakang jari tengah. Anda harus selalu berusaha menggunakan satu jari untuk satu fret, berlatihlah merengangkan jari-jari. Jika Anda sulit meerngangkan jari-jari pada fret yang lebih rendah, cobalah posisi yang sama di atas fret ke 5, tempat fret lebih berdekatan. Menggunakan satu jari per fret memang pada awalnya melahkan, tapi jangan menyerah karena tak lama lagi tangan Anda akan semakin kuat. Apabila tangan Anda terasa letih, lepaskan dari fretboard, biarkan menggantung dengan benar-benar relaks. Jangan teruskan latihan Anda jika tangan Anda terasa sakit karena hal itu bisa menyebabkan kerusakan permanen.
Memetik Bass Eletrik
Anda mempunyai dua pilihan mengenai cara menghasilkan nada pada bass, yaitu
1. Memetik dengan telunjuk dan jari tengah penggunaan telunjuk dan jari tengah secara bergantian membutuhkan laithan. Mulailah dengan perlahan. Setelah itu baru Anda bisa mempercepat dengan tetap menjaga akurasi permainan. Anda bisa meletakan ibu jari di sisi pickup, di scratchplate, atau di atas krom pelindung pickup (jika ada).
2. Memetik dengan menggunakan pick atau plectrum, pick memiliki ketebalan yang berbeda tipis, medium, tebal. Masing – masing menciptakan sound berbeda dan terasa berbeda saat dimainkan. Untuk bass, pick yang tebal adalah yang paling sesuai karena tidak mudah melengkung ketika Anda memetik senar. Berlatih dengan memetik senar terbuka dengan menggunakan pick ayunkan pick ke bawah (downstroke) lalu kembali ke atas (upstroke) pada senar bass. Dengan kekuatan yang sama saat mengayunkan pick ke bawah dan ke atas, Anda akan memperoleh feel yang rata.
Pilihan Anda mungkin tergantung pada jenis musik yang ingin anda mainkan, jika Anda ingin bermain dalam group jazz atau soul, Anda sebaiknya menggunakan jari. Namun jika Anda ingin bermain dalam band metal atau rock, Anda membutuhkan plectrum atau pick agar permainan Anda terdengar oleh penonton.
Bermain dengan kedua tangan
Sejauh ini Anda hanya memainkan dengan dawai terbuka, sekarang saatnya Anda memainkan tangan kiri. Semua musisi melatih rangkaian not yang disebut tangga nada (scale) agar kekuatan, kecepatan, dan kelenturan jari-jari mereka bertambah demikian juga pemain bass. C mayor, semua tangga nada mayor terdiri dari atas 7 not C mayor menggunakan not C D E F G A B. Nama C mayor diambil dari nada yang mengawalli tangga nada tersebut, yaitu C. Tangga nada mayor membentuk pola tertentu pada fretboard Anda akan menemui pola lain seperti minor dan pentatonik.
Penyeteman Bass
Hal pertama yang harus Anda lakukan ketika menyandang bass ialah menyetem. Dewasa ini, penyetem elektrik atau sejenisnya sudah lumrah, tapi sangat penting bagi Anda untuk mengetahui ini dan mampu menyetem tanpa referensi eksternal. Kemampuan ini akan sangat berguna ketika baterai penyetem elektrik Anda habis atau rusak.
Menyetem dengan harmonik, harmonik adalah serangkaian overtone dari getaran dawai. Ketika menekan sebuah harmonik, kedua belah dawai, di blakang dan di depan jari, harus bergetar bebas. Karena itu, jari tidak benar-benar menekan dawai pada fretboard, tapi hanya menyentuhnya dengan ringan. Coba Anda lakukan ini pada fret 5 dan 7 sampai Anda mendengar nada seperti genta yang jernih. Harmonik pada fret ke 5 dawai E (rendah) adalah harmonik yang sama dengan harmonik pada fret ke7 dawai A. Jika Anda memainkannya bersamaan, Anda akan tahu apakah dawai-dawai tersebut sudah selaras atau belum. Pertama-tama Anda harus mengecek dawai E terbuka (dawai yang Anda gunakan sebagai dasar penyeteman) sudah selaras dengan instrument lain yang akan mengiringi Anda bermain. Setelah dawai E tersebut selaras, Anda bisa memainkan harmonik pada fret ke 5 untuk mengecek dawai berikutnya. Biarkan harmonik ini berbunyi, lalu mainkan harmonik pada fret ke 7 dawai A. Sekarang mainkan kedua harmonik itu secara bersamaan. Jika keduanya bergabung dalam satu nada yang murni, berarti penyeteman sudah pas. Apabila terjadi osilasi (suara goyangan regular) antara kedua dawai tersebut, dawai A harus di sesuaikan sampai muncul nada yang murni. Jika osilasinya cepat berarti perbedaan kedua nada tersebut cukup jauh. Semakin dekat setemannya, maka semakin lambat goyangan tersebut. Anda harus menilai apakah harmonic dawai A lebih tinggi atau lebih rendah dari pada harmonik dawai E. Begitu dawai A sudah selaras dengan dawai E, Anda harus mengulang proses tersebut sebanyak dua kali, setem dawai D mengikuti dawai A, lalu dawai G mengikuti dawai D. JIka setiap harmonik pada fret ke 5 sudah selaras dengan dawai lebih tinggi berikutnya pada fret ke 7, bass Anda sudah selaras.
Tablatur
Kabar baik bagi para pemain bass adalah Anda tidak perlu mengkhawatirkan garis paranada musikal, karena ada “tablatur” yang akan memberitahu Anda letak setiap not pada fretboard. Tablatur atau TAB selalu diberikan di bawah notasi musik tradisional. Empat garis horizontal mewakili keempat dawai bass. Garis paling bawah menunjukan dawai paling bawah, dan garis paling atas menunjukan dawai paling atas. Nomor pada garis horizontal menunjukan dawai mana dan fret mana yang harus Anda mainkan untuk menghasilkan not yang Anda inginkan. Satu-satunya yang tidak bisa di tunjukan oleh TAB (tablatur) adalah ritme, dalam hal ini Anda masih harus merujuk pada garis paranada.
Mempercepat Latihan bermain Bass Elektrik
Beberapa petunjuk untuk membantu Anda berlatih, yaitu :
1. Coba luangkan waktu untuk berlatih setiap hari, meskipun hanya 10 menit. Lebih baik berlatih 10 menit setiap hari dari pada berlatih seminggu sekali selama dua jam.
2. Coba pilih bagian bass lagu favorite Anda, dan dengarkan bagaimana pemain bassnya menyatu dengan band.
3. Mulailah perlahan-lahan, begitu Anda bisa memainkan bagian itu dengan sempurna, tingkatkan kecepatannya dan ritme Anda pun akan tetap pada kecepatan itu.

Sumber :
Buku bas elektrik untuk pemula

PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Jumat, Juli 18th, 2014

Pengertian Identitas Nasional

Sebelum menjelaskan pengertian identitas nasional, terlebih dahulu dijelaskan pengertian tentang identitas. Dari segi bahasa, kata identitas diambil dari bahasa inggris yaitu identity yang diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri. Jika diindonesiakan maka menjadi identitas yang memiliki dua artian. Pertama, dapat diartikan sebagai suatu identitas yang menunjukkan ciri-ciri yang telah melekat pada seseorang atau suatu benda. Kedua, dapat diartikan sebagai identitas yang berupa surat, yang dapat menjelaskan tentang kepribadian seseorang dan riwayat hidup seseorang tersebut.

Menurut Parsudi Suparlan, identitas atau jatidiri dapat diartikan sebagai “pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang termasuk dalam suatu golongan yang dilakukan berdasarkan atas serangkaian ciri-ciri yang merupakan suatu satuan bulat dan menyeluruh, serta menandainya sehingga ia dapat dimasukkan dalam golongan tersebut.”

Negara merupakan suatu alat (agency) dari masyarakat, yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia dan menertibkan gejala adanya kekuasaan dalam masyarakat. Selain itu, Negara juga dapat diartikan sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah dapat menjalankan kekuasaan yang dimilikinya terhadap kekuasaan lainnya yang ada diwilayah tersebut. Kekuasaan yang dimiliki suatu Negara tersebut tentunya dilandasi dengan sistem hukum dan melalui perantara pemerintah beserta jajarannya.

Olehkarena itu, identitas nasional dapat diartikan sebagai kepribadian nasional, yang diambil dari bahasa inggris yaitu national identity. Kepribadian nasional atau jatidiri nasional adalah jatidiri yang telah dimiliki suatu bangsa, yang juga diadopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang telah diyakini bangsa tersebut tentang kebenarannya

Namun demikian, sampai saat ini proses pembentukan identitas nasional belum begitu saja dapat selesai begitu saja. Proses pembentukan identitas nasional merupakan sesuatu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Faktor-faltor pembentuk Identitas Nasional

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi :

1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.

2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).

Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX.

Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The Power of Identity (Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang di kenal dengan Bhineka Tunggal Ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. Pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia. Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan. Faktor keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

Pancasila sebagai kepribadian dan Identitas Nasional : bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia , yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

Identitas Nasional Bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah melekat pada Negara Indonesia adalah keBinneka Tunggal Ika. Ungkapan Binneka Tunggal Ika dalam lambang nasional terletak pada simbol burung garuda dengan lima simbol yang mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila. Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia berawal dari bahasa melayu yang dibgunakan sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal 28 oktober 1928.

2. Bendera Negara yaitu sang merah putih

Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Bendera merah petih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa sumpah pemuda.

3. Lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia raya

Lagu Indonesia sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 oktober 1928.

4. Lambang Negara yaitu garuda pancasila

Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan sebagai lambang Negara.

5. Semboyan Negara yaitu bhineka tunggal ika

Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan Indonesia adalah bangsa yang heterogen namun tetap berkeinginan untuk menjadi bangsa yang satu, yakni Indonesia.

6. Dasar falsafah Negara yaitu pancasila

Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafat dan ideology dari Negara Indonesia. Selain itu pancasila berkeedudukan sebagai dasar Negara dan ideology nasional.

7. Hukum dasar Negara yaitu UUD 1945

Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan Negara.

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.

Bentuk Negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintahan adalah republik dan sistem politik yang digunakan adalah system demokrasi.

9. Konsepsi wawasan nusantara

Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Sebagai Negara kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, sehingga Indonesia memiliki kebudayaan daerah yang sangat kompleks.

Sumber :

http://yonorio601.blogspot.com

Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama.

Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta.

 

 

 

MY CV

Jumat, Juli 18th, 2014

                                                                                                    CURICULUM VITAE

 

            Nama saya I Made Jacky Ariesta, saya biasa di panggil jack. Saya tinggal di Br. Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Saya lahir di Blahbatuh tanggal 13 April 1995. Saya beragama Hindu. Ayah saya bernama I Made Dita sekarang bekerja sebagai wiraswasta, Ibu saya bernama Ni Wayan Sriani bekerja sebagai pedagang. Saya anak kedua dari dua bersaudara, saudara saya yang pertama bernama Ni Wayan Sri Ita Susanti yang sekarang melanjutkan belajarnya di UNHI (Universitas Hindu Indonesia), dia mengambil jurusan ekonomi.

            Saya dulu menempuh pendidikan TK di Saraswati bertempat di Sukawati, setelah itu saya melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 3 Saba bertempat di Desa saya sendiri Desa Saba. Saya di SD mengikuti extra pramuka, setelah tamat SD saya melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Blahbatuh bertempat di Keramas. Saya di SMP mengikuti extra tabuh, tari, dan pramuka. Tamat saya di SMP saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 sukawati yang sering di panggil “Kokar” bertempat di Batubulan. Saya masuk di sana melalui jalur TPA, pertama saya mengambil jurusan Karawitan, dan setelah selesai tes TPA saya pindah mengambil jurusan Seni Tari. Di sana saya banyak mempelajari tentang tari, dan bukan tari bali saja tari jawa pun di ajarkan. Naik kelas 2 saya pindah ke jurusan Seni Musik, awalnya waktu kelas 1 saya sudah ingin pindah karena keterlambatan saya di suruh pindah kelas 2. Di jurusan musik saya menggambil instrument Gitar, di sana saya juga dapat pelajaran piano wajib. Berjalannya waktu saya di pilih untuk ikut FLS2N di Yogyakarta, saya dapat memainkan instrument Bass dan musik traditional (Gangsa). Pengalaman saya di Yogyakarta sangat banyak mulai kenal sama teman-teman di sana dan potensi orang di sana memainkan musik sangat memotivasi saya untuk belajar lebih tekun lagi kelas 2 semester ganjil saya mendapat juara 1 kelas musik. Naik kelas 3 saya di tutun untuk membuat garapan musik buat UKK (Ujian Kompetensi Keahlian). Saya membuat garapan memakai 15 personil, 10 personil musik traditional, 5 personil musik, saya membuat garapan musik etnik perpaduan antara musik modern dengan musik traditional. Saya menghabiskan dua bulan untuk menyelesaikannya, dari menulis notasinya, dan untuk mengumpulkan teman-teman sebanyak 15 orang tidaklah gampang untuk waktu latihan. Garapan saya yang berjudul Peace In Tone Of Emotion akhirnya terbentuk, dan saya pentaskan di UUK (Ujian Kompetensi Keahlian), saya mendapatkan nomor undi pertama. Dan UKK pun berjalan lancar, dengan adanya dukungan orang tua dan teman-teman yang membantu segala persiapan saya. Setelah saya tamat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sukawati, saya melanjutkan ke Institut Seni Indonesia Denpasar yang biasa di panggil “ISI”. Di masuk di Isi melalui jalur bidik misi, di ISI saya menggambil jurusan Seni Musik, saya menggambil instrument mayor Biola. Di sini juga dapat mata kuliah piano wajib seperti di SMK dulu, dan bukan hanya piano wajib saja di sini saya juga dapat banyak pelajaran tentang musik mulai dari teori musik, sejarah musik, solfes, dan ansamble, saya di ISI di pilih menjadi anggota BPM dan anggota HMJ musik. Pengalaman saya baru mulai masuk di ISI sangat banyak mulai dari perkenalan teman-teman yang baru dan sangat dewasa sangat memotivasi saya untuk berfikir ke arah yang dewasa.

 

            Saya awal mengenal musik sejak kelas 4 SD waktu itu saya belajar main gitar. Yang mengajar main gitar paman saya sendiri. Sampai kelas 6 SD saya ikut Parade Band cilik di Bali TV, dulu Band saya bernama Kishi Band tetapi karena tidak ada yang serius dan akhirnya pecah/bubar. Setelah saya mengenal instrument gitar, saya belajar bermain keyboard yang mengajar teman Ayah saya bernama Ajik, entah kenapa keyboard Ajik rusak dan saya tidak bisa melanjutkan belajar keyboard pada beliau. Dengan berjalannya waktu saya di beri alat musik oleh teman ayah saya, karena beliau sudah tidak ada waktu untuk merawat alat-alatnya maka dari itu saya di suruh untuk menjaganya mulai dari Gitar elektrik, Bass, Drum kompilt dengan soundnya. Menginjak saya umur 16 tahun Ayah saya membelikan saya keyboard, dengan lamanya tidak pernah bermain keyboard tangan saya jadi kaku, dan itu menjadi semangat saya untuk latihan lebih giat. Saya juga sudah membentuk Band yang bernama “ Daiva” yang artinya Dewa, di Band ini saya memegang instrument keyboard dan gitar. Saya juga sudah mempunyai beberapa lagu dan sudah saya masukan juga di youtube, tetapi semenjak saya kuliah dan teman-teman Band pada sibuk kerja kita jadi kurang latihan. Saya juga ikut sanggar di Puri Taman Saba, di sana saya sering di ajak berkolaborasi alat musik traditioanal dengan musik modern. Dan masih banyak juga yang saya dapat di sana mulai mengenal musik traditional Gong kebyar, Semara pegulingan, Semarandana, gender wayang, dan beleganjur. Di Gong kebyar saya memegang instrument gamelan Reong, sama seperti di beleganjur, di Semara pegulingan saya memegang instrument gamelan Gangsa, sama seperti di Semarandana, Saya mengenal musik traditional dari kelas 3 SD. Di sanggar selain mempelajari musik traditional saya juga mempelajari tari mulai dari tari baris, baris tunggal, jauk manis, dan kebyar duduk. Saya mempelajari tari juga sama dari kelas 3 SD, sampai kelas 1 SMK karena terlalu banyak yang saya pelajari akhirnya saya memutuskan untuk berhenti.

Awal saya mengenal biola mulai dari pertama saya kuliah di ISI, di sana saya di belikan biola oleh Ayah saya. Maka dari itu saya harus bisa bermain biola karena dari dulu saya sudah ingin mempelajari instrument ini. Pertama saya belajar biola saya belajar sendiri di rumah dan hanya menonton video di Youtube, dan setelah kuliah di ISI di sana saya banyak dapat buku dan pembelajaran tentang biola, yang mengambil instrument biola di ISI cuma 5 orang. Di ISI yang mengajar mata kuliah mayor Biola yaitu Ibu Wahyu, beliau dulu lulusan ISI Yogyakarta, beliau sangat bagus mengajar mulai dari teknik bermain biola, memegang biola, menggesek biola dan membaca notasi balok. Selain mengajar biola beliau juga mengajar mata kuliah solfes dan teori musik, saya belajar biola karena saya ingin menguasai semua jenis alat musik, agar pengalaman-pengalaman saya yang dulu tidak sia-sia. Saya kuliah di ISI karena saya ingin memantapkan seni bermusik saya, agar kelak nanti bisa menjadi musisi. Karena musik bukanlah sekedar hiburan, tetapi musik adalah sistem yang unik untuk mengomunikasikan ide dan emosi yang ada dalam diri kita.  

Demikianlah cerita pengalaman saya I Made Jacky Ariesta

Keep On The Rock!!!!!!….