Keberadaan Gamelan Banjar di Kalimantan Selatan

Keberadaan Gamelan Banjar

di Kalimantan Selatan

Oleh: I Gde Made Indra Sadguna

Pendahuluan

Kekhasan jenis kesenian di nusantara tidak saja terletak di Pulau Jawa dan Bali, akan tetapi di luar kedua pulau tersebut juga tersimpan keunikan kesenian khususnya seni musik yang patut diperhatikan. Salah satunya adalah Gamelan Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan. Menurut Hastanto, gamelan ini digolongkan ke dalam klasifikasi perangkat gamelan instrumentalia. Jenis perangkat musik ini digolongkan dalam perangkat gamelan sebab didominasi oleh instrumen pukul yang sumber bunyinya terbuat dari logam dengan bentuk bilah maupun gong berpencon. Pada gamelan ini, lebih mementingkan sajian instrumentalia. Bila di dalam sajiannya terdapat unsur vokal, maka vokal itu diperlakukan seperti instrumen musik lainnya. [1]

Gamelan Banjar merupakan perangkat gamelan yang berkembang di kalangan Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Perangkat gamelan ini mempunyai suara yang khas, tidak menyerupai gamelan Jawa, Sunda, maupun Bali. Yang paling mendekati adalah Angklung Caruk Banyuwangi. Hastanto mengatakan bahwa sistem pelarasan nadanya adalah pentatonis yang mendekati slendro Bali (salonding)[2]. Akan tetapi dalam karawitan Bali, perangkat gamelan Salonding dikenal sebagai suatu perangkat gamelan yang memiliki pelarasan pelog tujuh nada dengan mempergunakan sistem saih (mempunyai kemiripan dengan sistem pathet). Dengan menyimak contoh lagu pada CD Musik Tradisi Nusantara Volume 2 no. 21, mungkin akan lebih tepat jika Gamelan Banjar dikatakan mempunyai kemiripan mood atau suasana dengan gamelan Salonding.

Perangkat Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, terdapat dua versi Gamelan Banjar yaitu, versi keraton dan versi rakyatan.[3] Gamelan Banjar versi keraton, perangkat instrumennya :

  1. babun
  2. gendang dua
  3. rebab
  4. gambang
  5. selentem
  6. ketuk
  7. dawu
  8. sarun 1
  9. sarun 2
  10. sarun 3
  11. seruling
  12. kanung
  13. kangsi
  14. gong besar
  15. gong kecil

Sedangkan Gamelan Banjar versi rakyatan, perangkat instrumennya :

  1. babun
  2. dawu
  3. sarun
  4. sarantam
  5. kanung
  6. kangsi
  7. gong besar
  8. gong kecil

Gamelan Banjar versi Rakyatan koleksi Museum Lambung Mangkurat

Berdasarkan pemaparan instrumen pada kedua versi Gamelan Banjar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gamelan Banjar versi keraton memiliki instrumen yang lebih banyak daripada Gamelan Banjar versi rakyatan. Ada delapan instrumen yang sama, dan pada versi keraton memiliki lima instrumen yang tidak dimiliki versi rakyatan yaitu pada instrumen gendang dua, rebab, gambang, ketuk, dan seruling.

Sejarah Gamelan Banjar

Gamelan Banjar keberadaannya sudah ada sejak zaman Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-14 yang dibawa oleh Pangeran Suryanta ke Kalimantan Selatan bersamaan dengan kesenian Wayang Kulit Banjar dan senjata keris sebagai hadiah Kerajaan Majapahit. Pada masa itu masyarakat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk meniru budaya Jawa. Pasca runtuhnya Kerajaan Negara Daha (1526), ada beberapa pemuka adat yang mengajarkan seni gamelan dan seni lainnya kepada masyarakat yaitu :

  1. Datu Taruna sebagai penabuh gamelan
  2. Datu Taya sebagai dalang wayang kulit
  3. Datu Putih sebagai penari topeng

Masa Pangeran Hidayatulla, penabuh-penabuh gamelan disuruh belajar menabuh gamelan di keraton Solo. Hal tersebut yang menyebabkan adanya persamaan pada Gamelan Banjar dengan Gamelan Jawa baik dari segi instrumen maupun teknik permainannya.[4]

Fungsi Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, Gamelan Banjar dapat berfungsi sebagai sebuah perangkat gamelan yang berdiri sendiri (instrumentalia seperti yang dikatakan Hastanto) dan dapat juga berfungsi sebagai perangkat gamelan untuk mengiringi jenis kesenian pertunjukan lainnya. Jenis kesenian yang diiringi dengan Gamelan Banjar diantaranya adalah seni tari, kuda gipang, topeng Banjar, dan wayang Banjar baik itu wayang kulit maupun wayang gung (wayang orang).[5]

Pementasan seni pertunjukan yang diiringi oleh Gamelan Banjar kerap dipergunakan pada acara-acara seremonial dan sakral. Hal tersebut biasanya dapat dilihat pada jenis sesajen yang dipergunakan. Selain itu, dapat juga bersifat profan yang dipertunjukan untuk hajatan pada perkawinan maupun sebagai sebuah tontonan hiburan.


[1] Periksa Sri Hastanto, Musik Tradisi Nusantara: Musik-Musik yang Belum Banyak Dikenal. Deputi Bidang Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2005.

[2] Ibid.

[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Banjar Kategori: Musik di Indonesia

[4] Ibid.

[5] http://wapedia.mobi/id/Budaya_Banjar

Comments are closed.