gedesumada

Blog

instrument Genggong

Filed under: Lainnya — gedesumada at 10:02 am on Kamis, Mei 16, 2013  Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , ,
Musik Genggong merupakan musik instrumental tradisional Bali yang sangat langka, seperti yang dikutip dalam artikel Genggong (Bali), genggong merupakan salah satu instrumen getar yang unik yang semakin jarang dikenal orang. Keunikannya terletak pada suara yang ditimbulkannya yang bila dirasakan memberi kesan mirip seperti suara katak sawah yang riang gembira bersahut-sahutan di malam hari. Keunikannya yang lain adalah memanfaatkan rongga mulut orang yang membunyikannya sebagai resonator.

Memang alat ini dibunyikan dengan cara mengulum (yanggem) pada bagian yang disebut “palayah”nya. Jari tangan kiri memegang ujung alat sebelah kiri dan tangan kanan menggenggam tangkai bambu kecil yang dihubungkan dengan tali benang dengan ujung alat di sebelah kanan. Untuk membunyikannya maka benang itu ditarik-tarik ke samping kanan agak menyudut ke depan, tetapi tidak meniupnya. Rongga mulut hanya sebagai resonator, dibesarkan atau dikecilkan sesuai dengan rendah atau tinggi nada yang diinginkan.

Satu ensembel minimal terdiri dari dua buah instrumen yang satu dalam ukuran yang lebih besar dari yang lainnya. Atau kadang-kadang terdiri dari empat buah alat atau lebih dengan maksud agar bisa membuat variasi atau cecandetan. Alat bunyi-bunyian ini semata-mata dipakai sebagai hiburan, misalnya dalam acara perkawinan. Seniman pengrajin pembuat genggong yang masih aktif banyak didapatkan di Desa Batuan, Kabupaten Gianyar, misalnya pada seorang yang bernama I Made Meji. Ada kalanya dibuat sebagai barang “souvenir” yang dijajakan buat para wisatawan.

Bahan untuk membuat genggong adalah pelepah pohon enau yang di Bali disebut “pugoug”. Dipilih yang cukup tua dan kering, lebih diutamakan yang mengering di batangnya sendiri. Dipilih kulit luarnya, dibuat irisan penampang segi empat panjang dengan ukuran lebih kurang dua cm lebar dan dua puluh cm panjangnya. Bagian dalam yang lunak dibersihkan hingga tinggal luarnya yang keras setebal kira-kira seperempat cm. Palayah atau bagian instrumen yang bergetar terletak di tengah-tengah irisan yang kedua ujungnya berjarak dua cm dari batas ujung penampang irisan. Lebar palayah setengah cm. Palayah terdiri dari badan palayah dan ujung palayah yang berada atau mengarah ke bagian kiri irisan. Ujung palayah ini diusahakan setipis mungkin dengan lebar kira-kira sepuluh mm. Demikian pula bagian badan palayah dibuat tipis, kira-kira 2 cm di bagian atasnya dibuat tetap tebal, yaitu setebal irisan keseluruhan penampang irisan. Selanjutnya pada ujung kanan irisan penampang dibuat lobang tempat tali benang, yang kira-kira panjangnya 5 cm.

Benang itu diikatkan pula pada setangkai bambu bundar yang kecil, sepanjang sepuluh cm. Waktu membunyikan genggong tangan kanan memegang tangkai tersebut secara vertikal untuk menarik benang hingga palayahnya tergetar.

Musik Genggong disebutkan dalam babad bali, gamelan genggong ini merupakan kesenian yang langka dengan instrumen utamanya genggong yang terbuat dari pelepah enau. Desa yang telah memiliki tradisi Genggong yang kuat adalah Batuan (Gianyar). Di sini Genggong dimainkan sebagai pengiring tari, yaitu tari Kodok dan sebagai sajian musik instrumental.

***
Musik Genggong Bali

sedikit dari saya

Filed under: Lainnya — gedesumada at 11:36 am on Senin, April 8, 2013

Nama saya igede sumada, lahir di gianyar pada tangal 16 januari 1994, saya berasal dari keluarga yang amat berkecukupan, ayah bernama I Made Sulatra yang bekerja sebagai seorang petani, ibu bernama Ni Nyoman Manis yang kesehariannya seperti bapak menjadi petani, saya 3 saudara, adik yang ke 2 masih duduk di bangku SMK, adik yang ke 3 masih duduk di banku SD.hobi saya bermain gambelan bali, awal hobi tersebut saya kenal sejak saya masih duduk di bangku SMP, kelas 2. berlanjut hingga sekarang yang sudah duduk di bangku kuliah semester 2. dengan mendapatkan beasiswa bidik misi ini saya melanjutkan pendidikan saya, saya sangat bersyukur kepada tuhan yang sudah memberi ijin untuk saya bisa melanjutkan pendidikan, dengan harapan semoga saya bisa mempertahankannya sebaik mungkin. keseharian saya di rumah hanya menjalankan hoby kalo ada acaracpentas saya sangat senang menjalani tu semua, karena dari sana lahh saya mendapatkan pengalaman yang unik-unik, tujuan hidup saya adalah ingin menyukseskan adik-adik yang berada di sekitar saya dengan menyukseskan diri terdahulu, astungkara keinginan itu bisa saya capai,

“ibu bapak dan kakek doain anak mu ini supaya bisa menjadi orang yang sukses dalam bidang apapun agar kelak anakmu ini bisa membahagiakan orang tuanya”

tidak  serasa 19 tahun sudah, sedih tawa hidup serba kekurangan ini tetap kami lewati dengan teguh, sekian yang bisa saya sampaikan, terimakasih.