Mengenal Tari Rejang Dewa

Sebagai orang Bali kita harus mengenal sebuah tarian yang sering dipentaskan saat upacara, yaitu tari Rejang Dewa.

Sejarah Tari Rejang Dewa

Tari Rejang adalah tarian tradisional yang diprcaya masyrakat Bali dalam menyambut kedatangan serta menghibur para dewa yang datang dari Khayangan dan turun ke Bumi. Tarian rejang ini secara khusus ditampilkan pada waktu berlangsungnya suatu  upacara adat atau keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Selain sebagai salah satu warisan budaya, tarian ini juga dipercaya memiliki nilai-nilai penting di dalamnya khususnya makna spiritual, sehingga juga dipercaya sebagai tarian yang suci dan dilakukan dengan penuh rasa pengabdian.

Menurut beberapa sumber sejarah  yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak zaman pra-Hindu. Tarian ini dipercaya dilakukan sebagai persembahan suci untuk menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi. Di kalangan masyarakat Hindu Bali, Tari Rejang ini selalu ditampilkan pada berbagai upacara adat dan keagamaan yang diselenggarakan di pura seperti upacara Odalan. Selain itu di beberapa tempat di Bali, tarian ini juga ditampilkan setiap adanya upacara di Bali, sebagai bagian dari upacara peringatan tertentu di lingkungan desa mereka.

Fungsi Tari Rejang Dewa

Seperti yang diungkapkan di atas, Tari Rejang ini merupakan tarian persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang dari khayangan dan turun ke Bumi. Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.

Gerak Tari Rejang Dewa

Secara umum gerakan Tari Rejang ini sangat sederhana. Hal ini disebabkan karena dalam tarian ini lebih fokus pada nilai spiritual di dalamnya. Gerakan Tari Rejang ini biasanya didominasi dengan gerakan ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah ke depan secara perlahan. Setiap gerakan dalam tarian ini biasanya dilakukan dengan tempo yang cenderung pelan dan juga disesuaikan dengan iringan musik yang ada, sehingga terasa hikmat dan terlihat selaras.

Tempat Ditarikan Rejang Dewa

Tari Rejang ini biasanya ditarikan oleh sejumlah penari wanita secara berkelompok maupun secara masal. Pada umumnya mereka bukanlah para penari profesional, sehingga dapat dilakukan oleh anak kecil yang belum haid (menstruasi). Walaupun begitu, dalam pertunjukan tari ini biasanya juga terdapat beberapa orang penuntun yang disebut Pamaret, yaitu seorang yang sudah berpengalaman melakukannya. Pamaret ini biasanya berada di barisan paling depan agar para penari pemula bisa mengikuti gerakannya.

Iringan Tari Rejang Dewa

Dalam pertunjukan Tari Rejang ini biasanya diiringi dengan musik gamelan khas Bali. Musik gamelan tersebut pada umumnya adalah gong kebyar, namun ada beberapa yang memakan gamelan lain seperti gamelan selonding atau gamelan gambang. Selain itu dalam pertunjukan Tari Rejang ada pula yang diiringi vokal seperti tembang atau kidung.

Busana Tari Rejang Dewa

Busana yang digunakan pada Tari Rejang ini biasanya merupakan pakaian adat masyarakat Bali yang didominasi warna kuning dan putih. Busana tersebut terdiri dari kain putih panjang yang di kenakan dari bawah sampai pinggang penari. Pada bagian atas merupakan serangkaian kain panjang seperti selendang yang berwarna kuning dililitkan di badan penari menutupi kain putih bagian atas. Sedangkan pada bagian  kepala, penari menggunakan mahkota yang dibuat dengan ornamen bunga-bunga. Untuk tata rias yang digunakan para penari, biasanya lebih sederhana dan lebih terkesan natural.

Perkembangan Tari Rejang Dewa

Dalam perkembangannya, Tari Rejang ini masih terus ada hingga sekarang. Selain sebagai warisan budaya, Tari Rejang ini juga merupakan bagian dari upacara keagamaan masyarakat Hindu di Bali. sehingga tarian tersebut tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat di sana. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini juga tidak dilakukan oleh penari khusus sehingga dapat diajarkan secara turun-temurun dan keahlian dalam menari tidak terhenti begitu saja.

Category: Tak Berkategori Comment »

Comments are closed.

Back to top