Archive for Desember, 2011

Komentar Video Jnapaka

Selasa, Desember 20th, 2011

Jnapaka berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti memberi tahu dan mengajari. Harmonisasi antara guru dan murid harus terjalin layaknya bunga dan kumbang yang saling membutuhkan satu sama lain. Ketulusan dan kesungguhan , merupakan modal utama untuk melahirkan sebuah keharmonisan. Hal ini diungkapkan kedalam sebuah garapan tari kreasi yang diambil dari cerita penyamaran Arjuna dengan nama Werhatnala ,menjadi seorang guru kesenian di kerajaan Wirata

Penata Tari: I Made Putra Wijaya Nim : 200701031, Program Studi : Seni Tari.  Pendukung Tari :

  1. I Made Nova Antara (Mhs Smtr IV/T ISI Dps).
  2.  NI Wayan Sumantari (Mhs Smtr II/T ISI Dps);
  3.  Gst.Ayu Indra Mahyurani (Mhs Smt IV IKIP PGRI Bali).
  4.  IB. Adi Prawira Utama (Siswa SMA Negeri 1 Ubud).
  5.  Dewa Ayu Eka Rismayanti (Siswi SMK Negeri 4 Dps).

            Penata Iringan : I Wayan Sudiarsa, S.Sn, Pendukung Iringan : Sanggar ARMA Kumara Sari, Pengosekan, Ubud.

Komentar

Komentar yang bisa saya komentari dalam pegelara tugas akhir ini dalam garapan yang berjudul JNAPAKA adalah:

  1. PENATAAN LAMPU Dalam penataan lampu disini perlu saya tekankan dan  tambahkan untuk penataan lampu cahaya supaya bisa di pakai cahaya yang lebih terang atau lampu yang berwarna kuning pada saat baru tarian dimaulai yaitu pada saat penari sedang bermain suling, agar para penari bisa kelihatan dari jauh dan agak kelihatan terang. karena para penari sedang melakukan adegan yang sangat bagus yaitu duet dengan salah satu penari putri. Tidak seharusnya lampu juga harus warnanya kurang bersinar karena dalam pementasan para penari harus menggunakan lampu cahaya yang lebih terang supaya wajah atau mukanya tidak kelihatan  seperti bayang- bayangan.

  1. PENATAAN MIX , Penataan mix yang bisa saya tambahkan adalah pada saat penari sedang bermain suling dan para sendon atau nyanyian yang dilakukan oleh penabuh. Penari yang sedang bermain suling sangat kurang jelas suaranya ketikan sedang bermaindan suara vokal penabuh agak kurang kedengaran Disini perlu ditambahkan mix kecil yang bisa di bawa penari dan mix yang di pasang di alat instrumen pendukung atau gambelan agar ketika pergelaran ini bisa suara yang diahasilkan bisa lebih bagus.

  1. PENATAAN PANGGUNG. Dalam penataan panggung yang terdapat pada pegelaran karya tugas akhir ujian ini, menurut saya sudah pas dan cukup baik. Karena pada panggung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar yang cukup luas para penata sudah bisa menata komposisi panggung sehingga seluruh bagian penari atau struktur penari bisa kelihatan semua tanpa ada gangguan yang lain .

  1. PENATAAN PENGGAMBILAN GAMBAR . Dalam penataan pengambilan gambar disini menurut saya sudah bagus dan bisa ditonton dengan layak , karena tidak ada gangguan yang menjadi hambatan dalam pengambilan gambar.

Itulah yang bisa saya komentari dalam karya pegelaran tugas akhir dalam bidang seni tari yang berjudul jnataka  yaitu dalam penataan lampu cahaya sistim pemakaian mix penataan mix dan penataan pengambilan gambar. Untuk itu  saya bisa tambahkan supaya dalam ujian tugas akhir yang akan datang supaya sistem penataan lampu cahaya dan mik bisa lebih baik dari yang sebelumnya dan memuaskan semua pihak yang ada. Kalau ada kesalahan saya dalam komentar ini atau kurang berkenan saya mohon maaf  terima kasih .

Komentar Video GUNDAH

Selasa, Desember 20th, 2011

Menceritakan tentang Kekacuan……Bencana menghantam……Kesadisan dan kebengisan kaliyuga menyiksa alam raya dan makhluk penghuni Bumi memperparah keharmonisan alam raya, dengan ikut terseret gelapnya zaman kaliyuga. Gundah ……………………………, gundah menyikapi kenestapaan pertiwi yang kian merintih. Melalui dayuan rebab, penata mencoba memeberikan cerminan dalam bahasa musical tentang disharmoni yang telah terjadi era ini. Tema gundah penata bahasakan lewat nada-nada mendayu rebab hasil gesekan penuh inspirasi. Inspirasi menata bait demi bait nada menjadi melodi yang syahdu membentuk sebuah garapan utuh dan memiliki jiwa yang sesuai tema Gundah, Gundah untuk menata pertiwi yang santhi dan jagadhita.

 

Penata Nama : I Gede Agus Prasastika Putra NIM : 2007.02.020  Program Studi :Seni Karawitan

Komentar Yang bisa saya komentari dalam pegelara tugas akhir ini dalam garapan yang berjudul GUNDAH adalah:

  1. PENATAAN LAMPU Dalam penataan lampu disini perlu saya tekankan dan  tambahkan untuk penataan lampu cahaya supaya bisa di pakai cahaya yang lebih terang agar para penabuh bisa kelihatan dari jauh dan agak kelihatan terang. karena para penabuh memakai kostum berwarna gelap yaitu memakai warna dasar hitam. Tidak seharusnya lampu juga harus warnanya kurang bersinar karena dalam pementasan para penabuh harus menggunakan lampu cahaya yang lebih terang supaya wajah atau mukanya tidak kelihatan  seperti bayang- bayangan.

 

  1. PENATAAN MIX , dalam penataan mix ini menurut saya kurang pas dalam pementasan tugas karya akhir ini. Karena di dalam vidio ini garapan ini hanya memakai tiga mik yaitu:

 

A. Satu mik pada intrumen utama

B. Satu mik untuk instrumen pengiring di sebelah kanan

C. Satu mik untuk instrumen pengiring di sebelah kiri

 

Jadi pendapat saya mik yang ada dalam pegelaran tugas akhir itu masih cukup  kurang dan perlu ditambahkan mik agar semua instumen rebab ini menjadi semua kedengaran semua dan merata kesemua instrumen lainnya dan supaya hasil suara yang dihasilkan bisa maksimal atau  lebih baik .

 

  1. PENATAAN PANGGUNG. Dalam penataan panggung yang terdapat pada pegelaran karya tugas akhir ujian ini,menurut saya sudah pas dan cukup baik. Karena pada panggung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar yang cukup luas para penata sudah bisa menata komposisi panggung sehingga seluruh bagian penabuh atau struktus penabuh bisa kelihatan semua tanpa ada gangguan yang lain

 

Itulah yang bisa saya komentari dalam karya karawitan yang berjudul gundah ini dalam penataan lampu cahaya dan sistim pemakaian mix. Untuk itu  saya bisa tambahkan supaya dalam ujian tugas akhir yang akan datang supaya sistem penataan lampu cahaya dan mik bisa lebih baik dari yang sebelumnya dan memuaskan semua pihak yang ada. Kalau ada kesalahan saya dalam komentar ini atau kurang berkenan saya mohon maaf  terima kasih .

 

TOKOH SENI, Alm I Wayan Kumba

Selasa, Desember 20th, 2011

Nama : Alm I Wayan Kumba

Lahir ; di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung pada tahun 1938. Beliau adalah seniman karawitan yang serba bisa yang telah mampu mengharumkan desa adat Tihingan Klungkung khususnya dalam bidang seni yaitu seni tabuh atau karawitan. Beliau adalah orang yang penyabar dan banyak disukai banyak orang karena kesabaran dan ketekunan beliau dalam melatih menabuh di masyarakat . Beliau adalah seniman yang tidak pernah sekolah, sejak kecil beliau sudah mewarisi bidang seni atau yang di istilahkan dengan seniman alam tanpa ada yang melatih oleh guru .

 I Wayan Kumba adalah anak pertama dari lima bersaudara putra alm I wayan Rayeg. Beliau sudah menekuni bidang seni sejak masih kecil sehingga dengan keahliannya ini maka timbullah ide dari leluhur-leluhur kami, maka dibentuklah kelompok atau sekaa-sekaa gong utamanya sekaa angklung di desa adat Tihingan. Beliau adalah angkatan pertama saat sekaa angklung di desa adat Tihingan di bentuk. Saat di terbentuk kelompok atau sekaa gong atau angklung ini, para penabuhnya umurnya masih relatip muda boleh digolongkan masih tergolong anak-anak. Dengan rasa sabar dan percaya diri para pembina tabuh sekaa ini ,akhirnya lambat laun sekaa ini bisa berjalan dengan lancar. Sehingga hal inipun tersebar sampai ke puri Klungkung yang waktu itu bertahta sebagai raja adalah  Ide Idewa Agung bahwa didesa adat Tihingan ada sekaa angklung anak-anak.

Pada akhirnya timbullah ide dari raja Klungkung untuk mengadakan perlombaan seperti istilah sekarang lomba angklung di Kabupaten Klungkung. Dengan adanya perlobaan seperti istilah sekarang Festival angklung maka , rakyat Klungkung menyambut dengan sangat gembira. Dalam hal ini terbukti sekaa gong/ angklung desa adat Tihingan lah pertama kali ditunjuk oleh raja Klungkung untuk dilombakan atau di festipalkan melawan sekaa angklung dari desa adat Kamasan Klungkung. Dari hasil perlombaan atau festipal ini maka sekaa angklung  desa adat Tihingan lah yang sebagai pemenangnya. Dengan kemenangan ini , sekaa angklung menjadi terkenal di kabupaten Klungkung dan sekaligus usia para penabuhnya semakin dewasa.

 Dengan bertambah dewasanya usia para penabuh ini terutama I Wayan Kumba akhirnya banyak datang tokoh-tokoh masyarakat dari luar desa Tihingan untuk mencari pembina gong atau angklung kedesa adat Tihingan yang tujuannya untuk membina di tempat mereka. Akhirnya beliau ( I Wayan Kumba ) memberanikan diri keluar untuk membina tabuh. Hal ini terbukti beliau pernah membina di kabupaten Tabanan di banjar Gempinis desa Gempinis Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun 1956 . Selanjutnya di banjar Dukuh Pulu Kelodan Kecamatan Selemadeg kurang lebih tahun 1958.Setelah itu beliau membina di banjar Dukuh Pulu Kajanan Kecamatan Selemadag tahun 1960 yaitu membina tabuh Pelegongan. Dari Kabupaten Tabanan, dan pada akhirnya sampailah di Klungkung tepatnya di Kecamatan Nusa penida Tepatnya di Banjar Sompang. Di banjar Sompang inilah beliau membina tabuh pearjaan. Dari Nusa Penida pindah lagi ke Nusa Tenggara Barat (Lombok) tepatnya di banjar  Tanah Met Danginan Kecamatan Gunung Sari Kabuapaten Lombok Barat. Disana Beliau juga membina Gong Kebyar. Tahun 1962. Di Lombok pun banyak beliau pernah membina gamabelan tetapi kami tidak tahu tempatnya. Akhirnya beliau kembali ke Nusa Penida untuk membina pada tahun 1962 tepatnya di Banjar Semaya . Disana Beliau juga membina Tabuh Pearjaan. Setelah dari banjar Semaya kembali lagi kebanjar Sompang untuk membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar. Disanalah beliau membina dengan waktu agak lama dengan membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar.

 Mungkin Jodoh sudah ditentukan oleh tuhan, pembina yang namanya I Wayan Kumba ini sampai mendapat jodoh disana yaitu mantan penari Arja. Dari hasil Perkawinan ini beliau mempunyai tujuh orang anak diantaranya dua laki-laki dan lima perempuan. Dari tujuh anak yang dimiliki ada tiga anak yang mewarisi bakat orang tuanya diantaranya dua laki –laki dan satu perempuan. Karena terlalu memporsir tenaga untuk membina tabuh di beberapa desa dari tahun 1956 , disampaing usia juga sudah lanjut akhirnya beliau kena serangan penyakit yang menyebabkan beliau sampai meninggal pada tahun 1996 dan kini sudah diupacarakan atau diaben pada tahun 1998. Demikianlah Kisah perjalanan hidup dari I Wayan Kumba (Seniman) yang tak segan –segan mengabdikan ilmu yang dimilki untuk kepentingan orang banyak khususnya seni karawitan.

SEJARAH GAMBELAN SEMARANDANA DI PURA PENATARAN PANDE DESA TIHINGAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG

Selasa, Desember 20th, 2011

Bermula dari gambelan bebonangan atau baleganjur saih pitu,akhirnya menjadi gambelan Semarandana. Dulu gambelan Baleganjur merupakan seperangkat gambelan yang sangat terkait dengan hal kegiatan keagamaan, namun karena pengaruh dan sesuai dengan kebutuhan, maka gambelan Baleganjur pun menjadi sebuah barungan gambelan Semarandana. Gambelan Semarandana adalah gambelan yang termasuk gambelan golongan ke tiga atau gambelan golongan baru. Gamelan ini berlaras pelog tujuh nada dengan jumlah bilah dua belas bilah yang di ciptakan oleh alm,bapak Wayan Brata pada tahun 2000. Di desa Tihingan khususnya di pura Penataran Pande terdapat juga sebuah barungan gambelan Semarandana yang dulunya adalah gambelan baleganjur saih pitu. Awalnya sebelum terdapat gambelan semarandana pura penataran pande memiliki sebuh intrumen baleganjur saih pitu yang buat pada tahun 2000 dan diplapas atau disucikan pada bulan Nopember yang bertujuan untuk sebagai pengiring upacara keagamaan.  Dengan perkembangan jaman , para warga ingin menambah instrumen sehingga menjadi barungan yang lengkap. Akhirnya para warga dan penglingsing membuat gambelan Semarandana .Gambelan Semarandana ini pun di buat dengan penggagas jero kelian pura dan penglingsisr pura penataran pande ( Jro Mangku bargawa ) karena sesuai dengan jaman sekarang yang bisa dijadikan multi fungsi atau banyak kegunaan dan tujuan, antara lain seperti: untuk menabuh ngelambat, mengiringin tari-tarian, untuk menabuh Semarpegulingan ,untuk menabuh Angklung.dan lain sebagainya. Karena desa Tihingan adalah desa pariwisata pembuat gambelan atau desa pusat pembuatan gambelan di Bali, tidak mau kalah dengan desa yang ada di daerah lainnya. Maka krama desa pengempon pura penataran pande mencoba untuk membuat gambelan ini sesuai dengan gagasan penglingsir yang telah disepakati untuk dijadikan sebagai sarana dalam mengiringi upacara atau pelengkapan dalam upacara yadnya di pura Penatan Pande. Gambelan Semarandana ini dibuat pada tahun 2006  dengan secara bertahap, mulai dari dua tungguh gangsa pemade, hingga ke instrumen lainnya seperti kantialan,jublag, penyacah, jegogan, terompong, ugal dan reong.  Dana yang digunakan adalah melalui patungan dan sumbangan dari warga pengempon lainnya, Proses pembuatan gambelan ini juga dilakukan oleh pengempon pura dengan sistem gotong royong. Supaya hasilnya menjdi lebih baik, Para pengempon mencari duasa atau hari baik dalam proses pembuatannya. Gambelan Semarandana ini di proses hampir satu tahun lamanya sampai pinis. Ada yang mebuat bilahnya,dan ada yang membuat plawahnya.atau tempat bilahnya. Untuk ukiran pelawah, warga mencari tukang ukir dari desa Angantelu kecamatan Manggis kabupaten Karangasem yang kebetulan tukang ukir ini juga warga pande. Gambelan  Semarandana ini pun di sucikan dan di tempat kan dipura penataran pande dan digunakan setiap emam bulan sekali yaitu pada hari tumpek landep yaitu hari piodalan di pura Penatan Pande. Gambelan semarandana ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu terletak pada instrumen reongnya, karena instrumen reongnya yang bentuknya lebih besar dari reong semarandana lainya. Reong ini mempunyai panjang dua meter lelih atau reong terpanjang yang belum ada seperti gambelan Semarandana pada umumnya. Jumlah mencol ini berjumlah delapan belas pencol dengan bentuk pelawah seperti jaro yang diukir dengan ukiran bome.