TARI PENDET

TARI PENDET

Dalam dekade tahun melenium atau tahun 2000 ke atas, dunia kebudayaan khususnya mengalami suatu perubahan-perubahan yang sangat mencolok. Umumnya dalam hal aktifitas cipta, ide, dan penggarapan kesenian. Sehingga membawa suatu dampak positif dan dampak negatif pada masyarakat Bali khususnya. yang berdampak pada suatu sudut kehidupan, seperti mengancam kehidupan atau keajegan seni sakral itu sendiri. Oleh karenanya upaya-upaya penyadaran harus di lakukan dengan berbagai wacana terutama dari pihak pemerintah, lembaga adat dan agama dengan mengikutsertakan pakar-pakar agama yang membidangi masalah kesenian sakral. Namun di samping peran pemerintah, peran masyarakat juga perlu di libatkan agar kesenian sakral tidak beralih fungsi menjadi kesenian fungsional atau kesenian yang di pertunjukan untuk hiburan semata. Salah satu pelencengan yang terjadi dari tahun ke tahun terhadap suatu kesenian sakral ialah pagelaran seni TARI PENDET yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebelum akhirnya disusun lagi tahun 1951 I Wayan Rindi dan seorang penari Ketut Reneng.dan dijadikan tari penyambutan/selamat datang.

Kesenian dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar,karena tidak dapat dipisahkan dari relegius masyarakat hindu di Bali. Upacara di pura-pura (tempat suci) juga tidak lepas dari kesenian seperti seni suara, tari, karawitan, seni lukis, seni rupa, dan sastra. Candi-candi, pura-pura dan lainnya dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa, estetika, etika, dan sikap religius dari para umat penganut Hindu di Bali. Pregina atau penari dalam semangat ngayah atau bekerja tanpa pamrih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Di dalamnya ada rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri dan seniman ingin sekali menjadi satu dengan seni itu karena sesungguhnya tiap-tiap insan di dunia ini adalah percikan seni. Dengan sifat religius masyarakat dan juga ajaran agama Hindu yang universal dan semua penganut dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Hyang Maha Kuasa, maka banyaklah timbul berbagai kesenian yang dikaitkan dengan pemujaan. Banyak tumbuh suatu kesenian yang memang di tunjukan untuk suatu pertunjukan tertentu, atau juga sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Selain itu pula berkembang suatu seni pertunjukan yang sifatnya menghibur. Dari kebebasan berekspresi dalam rangka pemujaan maupun sebagai pendukung dari suatu ritual tertentu, maka di Bali ada di golongkan menjadi dua buah sifat pertunjukan atau seni. Yakni seni wali yang disakralkan dan juga seni yang tidak sakral atau disebut profan yang hanya berfungsi sebagai tontonan atau hiburan belaka.

Sejarah Tari Pendet.

Berdasarkan beberapa catatan, para ahli seni pertunjukan Bali sepakat untuk menyebutkan tahun 1950 sebagai tahun kelahiran tari Pendet. Tari Pendet merupakan tarian kelompok yang biasanya ditarikan oleh sekelompok remaja putri. Masing- masing penari membawa sebuah mangkok perak atau sering disebut “bokor” yang berisikan bunga berwarna-warni. Pada akhir tariannya, para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton, sebagai wujud ungkapan dan ucapan selamat datang. Dibia menyebut penggagas tari itu adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha Denpasar yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. Wayan rindi adalah penekun seni tari yang di kenal karena kemampuannya menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Salah satunya terekam dalam beragam fotosemasa hidupnya yang aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari pendetpada keturunan keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya. “ kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik disejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali. Dibia menyebut tari Pendet sebagai sumber inspirasi bagi penciptaan tari-tari kreasi baru maupun tari kotemporer. Pendet pun dapat disajikan sebagai seni ‘balih-balihan’, yaitu pertunjukan seni yang bersifat sekuler. Ditutup dengan gerak nyakup bawa. Seperti dikutip dari ISI Denpasar, lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan dipura yang disebut memendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan seusai pementasan topeng Sidakarya yaitu sebuah teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir di setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak d kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritual mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara massal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga. Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura.tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke dunia ini. Tari Pendet mengandung anasir yang sakral dan religius. Karna itu pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian – tarian pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, pendet dapat ditarikan oleh semua orang.tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan,ditampilkan setelah rejang di halaman pura dan biasanya menghadap kearah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya .lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah tari Pendet menjadi tarian “ucapan selamat datang” yang kemudian beralih fungsikan sebagai tari balih-balihan yg sering dapat disaksikan di hotel-hotel yang ada di bali,yang kini telah menjadi tari penyambutan terhadap datangnya wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Fungsi tari Pendet Tari Pendet adalah sejenis tari pemujaan yang di tarikan di pura-pura. Tari ini menggambarkan penyambutan atas turunnya dewa-dewa ke Marcapada. Lama-kelamaan tari ini disalin oleh para seniman sehingga dapat dijadikan tari pertunjukan untuk hiburan dan tari penyambutan selamat datang.

Perkembangan tari Pendet Tari Pendet sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu sebelum akhirnya disusun lagi tahun 1951 oleh Wayan Rindi dan seorang penari Ketut Reneng. Hal ini disampaikan oleh Rektor ISI Bali I Wayan Dibia, 22 agustus 2009. kemudian tahun 1961 tarian ini disempurnakan lagi oleh Wayan Baratha yang awalnya hanya dilakukan 4 penari menjadi 5-7 penari. Pada saat pembukaan pesta olah raga tingkat asia di Jakarta tahun 1962 yang pada saat itu presiden RI Soekarno ikut mendorong proses penciptaan tari Pendet massal. Tari Pendet ini dikenal dengan sebutan Pendet Puja Astuti ( guna membedakan dengan pendet upacara ). Tari ini menjadi tari kolosal dengan jumlah penari 3000 penari yang 800 penari berasal dari pulau Bali. Tindakan malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai dari budayawan amat disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa hidupnya, Wayan Rindi memang tak berfikir untuk mendaftarka temuannya agar tidak ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta, tari Bali selama ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai spiritualnya yang luas dan tidak bisa di monopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa tertentu.

Sumber : Ilen-ilen Tari Bali

KENDANG BALI

Kendang Bali

Di Bali kendang tidak dapat di pisahkan dari seni karawitan dimilikinya. Instrumen kendang terdapat pada gamelan golongan madya, yang berfungsi sebagai pemimpin dari sebuah barungan. Selanjutnya terdapat pada gamelan golongan baru , yang memiliki peranan semakin menonjol dengan teknik dan improvisasi yang semakin kompleks. Dibali instrument kendang bisanya di mainkan secara berpasangan dan individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan wadon. Kendang lanang adalah kendang yang memiliki suara lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon adalah kendang yang suaranya lebih rendah atau lebih besar. Pembagian instrument menurut Curt Sach dan Van Boster kendang Bali termasuk ke dalam instrument membranophone. Dimana sumber bunyinya di olahdari lebar sempitnya membrane.Istilah kendang telah disebut-sebut dalam piagam Jawa Kuno yang berangka tahun 821 dan 850 masehi dengan istilah padahi dan muraba. Dalam Prasasti Bebetin, sebuah istilah Bali yang berasal dari abad ke-9, kendang disebut dengan istilah papadaha. Kendang merupakan salah satu instrmen musik yang universal, karena hampir di seluruh belahan dunia di pastikan memiliki alat musik yang tergabung dalam alat musik perkusi. Di Bali kendang tidak bisa di pisahkan dari seni karawitan dimilikinya. Instrumen kendang terdapat pada gamelan golongan madya, yang berfungsi sebagai pemimpin dari sebuah barungan gamelan.

Jenis dan Fungsi Kendang Bali

Ada Sembilan jenis kendang dalam karawitan Bali. Kesembilan kendang yang dimaksud adalah sebagai berikut yaitu :

  • Kendang Mebarung merupakan jenis kendang dengan ukuran terbesar dalam karawitan Bali. Ukuran kendang ini biasanya mencapai panjang 185-200 cm dengan diameter antara 74-80 cm. Kendang mebarung merupakan salah satu instrument dan barungan Gamelan angklung (selendro empat nada). Jenis kendang ini hanya di temukan di daerah Jembrana, Negara daerah Bali Barat.
  • Kendang Tambur merupakan jenis kendang dengan ukuran terbesar kedua kendang tambur dapat di jumpai di kabupaten Karangasem dan dipergunkan untuk dua hal yaitu sebagai pelengkap dalam konteks upacara Dewa Yadnya dan juga untuk mengiringi prajurit kerajaan yang berangkat ke meddan perang. Kendang tambur ini mempunyai ukuran panjang sekitar 72 cm, dan berdiameter teboakan besar 54 cm dan diameter kecil 44 cm. Cara mempermainkan kendang ini dengn mempergunakan dua buah panggul dengan memukul ke dua belah sisi.
  • Kendang Bedug merupakan salah satu jenis kendang yang mirip bentuk dan cara permainannya dengan kendang tambur, akan tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Jenis kendang ini merupakan salah satu instrument dari barungan gamelan gong beri.
  • Kendang Cedugan merupakan kendang yang dalam tehnik permainannya menggunakan panggul. Oleh karena itu kendang ini juga disebut dengan nama kendang pepanggulan. Kendang ini biasanya memiliki panjang antara 69-72 cm, garis tengah teboakan besar 29-32 cm dan garis teboakan kecil 22-26 cm.
  • Kendang Gupekan merupakan salah satu jenis kendang yang cara mempermainkannya dengan memukul memakai tangan. Kendang ini kendang ini biasanya di gunakan dalam barungan Gong Kebyar. Kendang ini selain disajikan dengan berpasangan dapat juga di mainkan secara mandiri atau kendang tunggal. Kendang wadon mempunyai panjang sekitar 67-72 cm diameter tebokan besar 27-32 cm dan diameter tebokan kecil 21-25 cm. Kendang lanang mempunyai ukuran serta suaranya lebih kecil dari kendang wadon. Ukurang panjang sekitar 65-70 cm tebokan besar 26-29 cm dan diameter tebokan kecil 19-22 cm.
  • Kendang Bebarongan merupakan kendang secara khusus terdapat dalam barungan gamelan bebarongan. Jenis kendang ini memiliki panjang sekitar 62-65 cm garis tebokan besar 26-28 cm dan garis tebokan kecil sekitar 21,5-23 cm. Kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran kendang nyalah atau tanggung, karena ukurannya tidak terlalu besar dan tidaak terlalu kecil. Ada dua cra memainkan kendang bebarongan yaitu menggunakan panggul atau menggunankan tangan.
  • Kendang Krumpungaan merupakan berasal dari kata pung yaitu menirukan suara kendang tersebut. Jenis kendang imi hanya dipukul menggunakan tangan. Kendang ini biasanya dipkai untuk meggiringi pelegongan, penggambuhan dan geguntangan. Kendang wadon memiliki diameter tebokan besar 24,5-25 cm, panjang antara 55-57 cm dan diameter tebokan kecil 20 cm. Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter tebokan besar 23,5-24 cm panjang antara 55-57 cm, diameter tebokan kecil 19,5-20cm.
  • Kendang Batel mempunyai banyak kesamaan dengan kendang krumpungan baik dari segi bentuk maupun cara memainkannya .
  • Kendang Angklung merupakan kendang terkecil dari semua jenis kendang di Bali. Kendang ini mempunyai ukuran panjang antara 25-27 cm diameter tebokan besar 12-17 cm dan diameter tebokan kecil 7-12 cm. Karena ukuran kendang angklung kecil maka menggunakan panggul yang kecil.

Tehnik Permainan Kendang Bali

  • Milpil, adalah jalinan pukulan gupekan (memakai tangan) antara tangan kanan dan dan tangan kiri.
  • Batu-Batu, adalah pola permainan yaitu pukulan kendang lanang atau wadon apabila kendang wadon memainkan pukulan bebas pada muka kanan sedangkan kendang lanang megimbangi pukulan kalpak pada sebelah kiri.
  • Gegulet, adalah jalinan pukulan (menggunakan panggul) antara kendang lanang dan wadon,
  • Cadang Runtuh, adalah pukulan yang terdapat pada kendang wadon di muka kanan yang artinya mengimbangi pukulan dari kendang lanang.

Pembuatan Kendang Bali

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan kendang bali adalah mencari dewasa ayu hari atau waktu yang baik agar mendapatkan keselamatan dalam bekerja dan kendang yang di ciptakan nantinya memiliki kwalitas yang baik. Yang diawali dengan mencari waktu untuk menebang pohon yaitu sasih karo, kewulu, dan kesanga yang biasanya disebut sasih berag (kurus) yang biasanya menggunakan sesaji berupa canang sari dan segehan. Umumnya kayu yang dipakai membuat kendang ialah kayu nangka/ketewel, kayu intaran, dan beberapa jenis kayu yang lainnya. Setelah kayu dipotong maka tukang kendang akan mencari hari baaik untuk bekerja yaitu nuasen.

Setelah kendang itu selesai digarap lalu di upacarai dengan disebut istilah ngulapin atau masupati yang bertujuan untuk menghasilkan suara yang seperti kita inginkan sekaligus dapat di pergunakan dalam konteks upacara. Setelah semua prosesi ini dilewati maka ada beberapa hal yang harus di kerjkan seperti membangun bantangdan nukub kendang sampai kendang itu selesai secara total.

Judul buku : Kendang Bebarongan Dalam Karawitan Bali, Sebuah Kajian Organologi

Disusun oleh: I Gede Made Indra Sadguna,ssn,

Tahun Pembuatan :2010

Judul buku: BHERI,Jurnal Ilmiah Musik Nusantara,Vol 5

GONG KEBYAR

Gong Kebyar       

Gong Kebyar adalah salah satu barungan gamelan golongan baru. Sebelum kita melangkah lebih lanjut, ada kalanya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu “Gong” dan apa itu “Kebyar”. Istilah Gong mungkin hampir semua orang mengetahui instrument yang dinamakan Gong, ini kecuali mereka yang tidak memiliki tradisi seni musik yang didalamnya mempergunakan Gong. Sebagai mana telah diketahui bahwa Gong adalah sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar yang mempunyai moncol atau pencon di tengah-tengah. Lain halnya dengan Gong Pulu dalam gamelan Pejogedan (gamelan untuk mengiringi tarian Joged) yang bentuknya tidak bundar dan tidak bermoncol atau berpencon akan tetapi berbentuk bilahan besar yang terdiri dari dua bilah yang bahannya dari besi serta diberi resonator dari kayu dibawahnya. Melihat perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Gong disini berarti sebagai alat atau instrument. Gong dalam arti yang lain bisa berarti sebagai ukuran lagu, karena dalam satu bentuk lagu atau tetabuhan gamelan gong terdapat ukuran panjang maupun pendeknya diukur dari jatuhnya pukulan Gong. Masih ada satu arti lain dari pada istilah Gong ini, yaitu : barungan (ensambel), hal ini dapat terlihat dalam nama Gong Gede, Gong Kebyar, Gong Luang, Gong Beri dan lain sebagainya yang semuanya itu berarti “Barungan”. Dengan demikian jelaslah bahwa istilah Gong itu dapat berarti sebagai ; alat atau instrument, ukuran lagu dan barungan gamelan.

“Kebyar”, didalam bahasa Bali dijumpai kata “makebyar” yang dipergunakan untuk menyebutkan datangnya suara atau sinar besar yang secara tiba-tiba. Dan ada juga disebutkan kata “makebyar” adalah suatu istilah yang artinya suara keras yang datangnya secara tiba-tiba. Menurut Drs.I.G.B.N. Panji dalam bukunya yang berjudul “Notes On The Balinese Gamelan Musik” mengatakan bahwa ‘byar’ berarti suatu bunyi yang timbul dari akibat pukulan alat-alat gamelan secara keseluruhan dan secara besama-sama. Colin Mc Phee dalam bukunya yang berjudul “Musik In Bali” mengatakan bahwa istilah kebyar itu berarti suatu suara yang memecah bagaikan pecah dan mekarnya sekuntum bunga. Menurut tokoh-tokoh Gong Kebyar mengatakan bahwa kata kebyar pada intinya berarti suara keras, kompak dan ramai yang muncul akibat dibunyikannya semua alat gamelan Gong secara bersama-sama dalam satu waktu. Berdasarkan semua uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa istilah kebyar dapat diartikan sebagai ; suara keras, ramai, kompak dan munculnya secara tiba-tiba. Jadi, Gong Kebyar itu adalah suatu barungan gamelan golongan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang berarti suara keras, cepat dan tiba-tiba) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis. Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 dan dipakai untuk mengiringi tari Kebyar. Ada seorang tokoh tari Kebyar yang terkenal dari Jagaraga (Singaraja) yaitu I Wayan Wandres yang berhasil menciptakan tari Kebyar Legong. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong, dimana tari ini merupakan interpretasi dari pada musiknya.

Secara fisik Gong Kebyar tidak jauh berbeda dari Gambelan Gong Gede yang dihilangkan beberapa buah instumennya, diantaranya ialah trompong, gangsa jongkok yang berbilah lima dalam Gong Gede diubah menjadi gangsa gantung dan memakai sepuluh bilah. Ceng-ceng kopyak pada Gong Gede yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang diubah menjadi 1 atau 2 set ceng-ceng kecil pada Gong Kebyar. Kendang yang semula dimainkan dengan menggunakan panggul diganti dengan tangan saja, dengan demikian berjenis-jenis perbendaharaan bunyi bisa ditimbulkan. Gong Kebyar dan Gong Gede memakai laras pelog 5 nada. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Lagu-lagunya seringkali diambil dari bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik merubah komposisinya, melodi, dan ornamentasi melodi. Matra tidak lgi selamanya ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh. Gamelan gong kebyar memiliki instrumentasi yang cukup besar. masing-masing instrument dalam barungan memiliki fungsinya tersendiri sesuai dengan ciri khas gamelan gong kebyar yaitu “ngebyar”. Sesuai dengan namanya gong kebyar, penerapan teknik juga enerjik. Repertoar gamelan gong kebyar memakai teknik-teknik yang sangat komplek. Masing-masing instrument telah memiliki teknik tersendiri dalam sebuah lagu. Begitu juga fungsi alat dalam perangkat/barungan saat memainkan lagu disesuaikan dengan kebutuhan lagu yang dibawakan.

Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

  1. Utama : yang besar dan lengkap
  2. Madya: yang semi lengkap
  3. Nista   : yang sederhana

Adapun instrument-instrument dalam barungan Gamelan Gong Kebyar, diantaranya :

  • 10 buah gangsa berbilah (terdiri dari 2 giying/ugal, 4 buah pemade/gangsa, dan 4 buah kantilan)
  • 2 buah jegogan berbilah 5
  • 2 buah jublag/calung berbilah 5
  • 2 buah penyacah berbilah 7
  • 1 tungguh reyong berpencon 12
  • 1 tungguh terompong berpencon 10
  • 1 pasang kendang besar (lanang dan wadon) yang dilengkapi dengan 2 buah kendang kecil
  • 1 pangkong ceng-ceng
  • 1 buah kajar
  • 2 buah gong besar (lanang dan wadon)
  • 1 buah kemong
  • 1 buah babende (gong kecil bermoncong pipih)
  • 1 buah kempli (sejenis kajar)
  • 1-5 buah suling bambu
  • 1 buah rebab

Sumber :           Dibya, I Wayan. 1977/1978. Pengantar Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Peningkatan/Pengembangan ASTI

BALEGANJUR DAN PERKEMBANGANNYA

BALEGANJUR DAN PERKEMBANGANNYA

Istilah Baleganjur berasal dari kata Bala dan Ganjur.Bala berarti pasukan atau barisan,Ganjur berarti berjalan.Jadi Balaganjur yang kemudian menjadi Baleganjur yaitu suatu pasukan atau barisan yang sedang berjalan,yang kini pengertiannya lebih berhubungan dengan sebuah barungan gamelan. Baleganjur adalah sebuah ensamble yang merupakan perkembangan dari gamelan bonang atau  bebonangan.Baik dari segi instrumentasinya maupun komposisi lagu-lagunya.Menurut Dr.I Made Bandem dalam bukunya yang berjudul “Ensiklopedi Gamelan Bali” menulis: Bonang atau bebonangan adalah sebuah barungan yang terdiri dari berbagai instrument pukul(percussive) yang memakai pencon seperti reong,trompong kajar,kempli,kempur,dan gong. Gamelan bonang memakai dua buah kendang yang dimainkan memakai panggul cedugan. Dalam lontar Prakempa disebutkan bahwa gamelan bonang dipakai untuk mengiringi upacara ngaben.Sama kasusnya dengan gamelan baleganjur yang pada umumnya dipakai untuk mengiringi upacara ngaben.

Hampir setiap desa di Bali memiliki gamelan Baleganjur.Hal ini disebabkan karena berkembang pesatnya Gong Kebyar di seluruh Bali.Karena sebagian dari instrument kebyar dapat digunakan sebagai ensambel baleganjur.Hanya perlu ditambahkan instrument cengceng kopyak(semacam symbal),sebuah bebende(semacam tambur cina),dan sebuah tawa-tawa yang bertugas memegang matra.

  • Instrument pada barungan baleganjur:
  1. 1 buah kendang lanang
  2. 1 buah kendang wadon
  3. 4 buah reong(Dong,Deng,Dung,Dang)
  4. 2 Ponggang(Dung,Dang)
  5. 8-10 buah cengceng
  6. 1 buah kajar
  7. 1 buah kempli
  8. 1 buah kempur
  9. 1 pasang gong(lanang’wadon)
  10. 1 buah bende

Seperti telah disebutkan diatas bahwa gamelan baleganjur pada awalnya difungsikan sebagai pengiring upara ngaben atau pawai adat dan agama.Tapi dalam perkembangannya,sekarang peranan gamelan ini makin melebar.Kini gamelan baleganjur dipakai untuk mengiringi pawai kesenian,ikut dalam iringan pawai olah raga,mengiringi lomba laying-layang,dan ada juga yang dilombakan.

Meluasnya peranan baleganjur dari fungsi semula sebagai pelengkap upacara adat dan agama,atau pawai non ritual,mungkin disebabkan oleh tuntutan dan kebutuhan para pendukungnya,dalam dialektikanya dengan perkembangan nilai dan zaman.Tapi fenomena ini memberikan nilai positif bagi perkembangan gamelan baleganjur ini.Sebab,menurut Dr.edy Sedyawati,pengembangan lebih mempunyai konotasi kuantitatif daripada kualitatif;artinya membesarnya,dan meluasnya.Dalam pengertian kuantitatif itu,pengembangan seni traditional Indonesia berarti membesarkan penyajiannya atau meluaskan wilayah pengenalannya.Tapi bagaimanapun juga perkembangan suatu seni budaya berarti kita berbicara suatu proses.Sebabkonsep suatu bentuk kesenian jelas tidak hanya mengacu secara horizontal saja,namun juga mengarah kepada perkembangan secara vertical.Ini berarti kualitas juga menjadi tujuan.Tahap perkembangan dan kondisi yang dialami gamelan Baleganjur itulah yang dijadikan modal dalam pengembangan gamelan ini untuk meraih kualitas yang lebih baik.Atau dengan adanya modal ini,harapan untuk mencapi tujuan kualitas tentu lebih terbuka.

Di dalam pengembangan traditional Indonesia,kita telah memiliki landasan yang kuat yang termuat dalm undang-undang dasar 1945 pasal 32.Bertolak dari landasan yang telah digariskan tersebut,dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia,Prof.Dr.Haryati Soebadio,merumjuskan yaitu : melestarikan apa yang dianggap sebagi puncak-puncak kebudayaan nasional yaitu yang berkembang didaerah-daerah sepanjang sejarah.Mendorong ciptaan-ciptaan baru sebagai pengembangan unsure-unsur tradisional.Mendorong ciptaan yang sama sekali baru (inovasi) tanpa merujuk unsure-unsur tradisional,dengan mengingat bahwa kita sudah perlu diperhitungkan manusia Indonesia yang modern.Dan tidak menolak unsure-unsur asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.Munculnya drumband tradisional Adi Merdangga jelas dilandasi keinginan melahirkan ciptaan baru sebagai pengembangan unsur-unsur tradisional dan tidak menolak unsure-unsur asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.Adi merdangga pada dasarnya memang berangkat dari pengembangan nilai tradisional dari gamelan baleganjur,yang idenya dipengaruhi oleh seni dan budaya barat yaitu “Drumband”.Dalam sector kesenian,kita tidak perlu takut mengambil konsep kesenian dari barat.Sebab,tidak selalu yang namanya kesenian Indonesia harus memakai konsep yang ada di Indonesia.Bentuk-bentuk materialnya bisa saja berubah,tetapi secara ideologis harus mencerminkan ke-Indonesia.

Drumband traditional adi merdangga yang dikembangkan dari gamelan Baleganjur merupakan wujud nyata dari keterbukaan budaya kita.Adi merdangga adalah suatu kreativitas seni yang mencoba mengangkat nilai tradisi menjadi sesuatu yang tidak statis.Mendinamiskan nilai tradisi menjadi sesuatu yang luwes sesuai dengan tuntutan kemajuan.Sebab,pekerjaan-pekerjaan kebudayaan Indonesia akan menemui kesulitan apabila masyarakat-masyarakatnya tidak bersifat kreatif terhadap tradisi.Tradisi bukanlah sesuatu yang mati, Seharusnya ia adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehidupan/perkembangan zaman. Ditinjau dari penyajian, gamelan balaganjur merupakan barungan yang di sajikan untuk kepentingan prosesi. Biasanya gamelan ini disajikan atau dimainkan oleh golongan pria. Dalam suatu prosesi umumnya gamelan ini di fungsikan sebagai musik pengiring. Pengiring maksudnya disini adalah sebagai “pengikut”, atau dengan kata lain gamelan Balaganjur diposisikan di belakang perangkat-perangkat pokok dari suatu prosesi yang di laksanakan. Mengamati tata penyajiannya, umumnya penabuh yang berada pada barisan paling depan adalah penabuh kendang, kemudian di belakang penabuh kendang berjejer penabuh ceng-ceng, setelah itu di belakangnya penabuh reong dan di susul oleh penabuh gong dan penabuh kempur.

Sumber : Buku “Mudra” Jurnal Seni Budaya Februari 1993

banjar kherta pascima

 

Sekilas  Tentang Banjar Kertha Pascima

Desa Adat Tanjung Benoa adalah sebuah desa kecil yang terletak di kaki pulau Bali. Desa Adat Tanjung Benoa merupakan sebuah organisasi adat yang terdiri dari lima banjar yakni, Banjar Purwa Santhi,Banjar Tengah,Banjar Kertha Pascima,dan Banjar Anyar yang berpenduduk di sekitar Ibukota Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan Banjar Tanjung adalah sebuah Banjar yang pertama terjadi atau terbentuk beberapa ratus tahun yang lalu yang semula jumlah penduduknya hanya mencapai ratusan KK dan sampai saat ini sudah berjumlah lebih dari seratus. Kalau dilihat dari segi perekonomiannya Banjar Tanjung di bagi menjadi 4 tempekan/kelompok. Karena penduduknya mayoritas beragama Hindu dan sebagai mata pencaharian sebagian besar nelayan hanya sebagian kecil ada yang wirasuasta dan buruh.

Dilingkungan Banjar Tanjung juga terdapat beberapa tempat Suci sebagai bukti bahwa Banjar Tanjung adalah banjar yang pertama terbentuk yakni, ada Pura Dalem, Pura Desa,Puseh yang sampai saat ini menjadi sebuah kegiatan untuk melaksanakan keyakinan sebagai umat beragama. Awalnya Banjar Tanjung di bagi menjadi tempekan/kelompok  dan saat ini sudah di bagi menjadi masing-masing Banjar. Banjar Kertha Pascima adalah salah satu banjar yang memiliki kesenian  bersejarah dalam proses pembuatan banjar dari segi bangunan hingga ke perlengkapannya.  Dalam menunjang kegiatan-kegiatan tersebut Banjar Kertha Pascima juga terdapat kesenian/alat Seni Tabuh yaitu Gamelan Gong Kebyar, dan Kesenian sakral cak yang pertama kali ada khusus di banjar Kertha pascima. cak adalah hasil jerih payah anggota banjar untuk mendirikan bangunan banjar yang megah dan sampai memiliki sebuah barungan gambelan Gong Kebyar.

 Sedangkan dari kegiatan Suka Duka utamanya tentang kematian berjalan sebagaimana mestinya dan dari segi keamanan Banjar Kertha Pascima sementara ini tergolong tentram,aman,damai. Tolenrasi dan komunikasi antar warga terjalin dengan baik, ini terbukti dengan setiap kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya masyarakat/warga dapat hadir dengan serentak. Semangat warga dalam menjalankan kegiatan merupakan hal yang paling utama untuk membawa nama banjar hingga membuahkan prestasi yang sangat memuaskan berawal dari lomba Banjar antar se-Kecamatan Kuta Selatan Banjar Kertha Pascima meraih juara satu,selanjutnya lomba Sekaa Teruna dari mengawakili Kecamatan Kuta Selatan sampai ke tingkat provinsi yaitu mewakili Kabupaten Badung  akhirnya bisa meraih juara satu. Dalam kesenian juga warga selalu mendukung khususnya dalam bidang karawitan Banjar Kertha Pascima saat ini memiliki 4 generasi penabuh yang masih aktif.

Banjar Kertha Pascima adalah banjar yang tergolong sangat kompak seperti halnya dalam melaksanakan kegiatan selalu membuahkan hasil yang terbaik. Dari awal hanya memiliki kesenian cak yang dulu digarap oleh pembina dari Banjar Bengkel Denpasar yaitu bapak Bina dan teman-teman dan setelah sekian tahun berjalan akhirnya seluruh warga pun bangga dari hasil jerih payahnya karena sudah bisa membuktikan kekompakannya. Beberapa tahun kemudian setelah banjar sudah berdiri kokoh Banjar Kertha Pascima juga membentuk sekaa gong yang di beri nama CANDRA MEKAR, selain menjalankan aktivitas cak ke hotel-hotel warga banjar juga rutin mengadakan latihan gong kebyar di banjar guna mempersiapkan agar di saat mendapat giliran melaksanakan piodalan di pura gending-gending yang akan di bawa saat piodalan siap di pentaskan.

 Banjar Kertha Pascima memiliki suatu organisasi Sekaa Truna. Nama organisasi sekaa truna ini adalah YOWANA PUTRA PASCIMA . Di dalam organisasi ini  terlihat dari waktu ke waktu pemimpinnya sangat tegas-tegas dalam memimpin organisasi. Dan dalam hari raya pengerupukan atau nyepi pemuda banjar biasanya membuat ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya tersebut. Dan seluruh anggota terlibat dalam pembatan ogoh-ogoh sebagian ada yang  membuatkan gending-gending atau tabuh-tabuh baleganjur yang dipakai ngarap ogoh-ogoh tersebut. Kekompakan sekaa truna di banjar ini membuat warga banjar sangat mendukung saat melaksanakan kegiatan apa saja,karena sekaa truna sudah membuktikan/mengharumkan nama banjar. Selain sekaa truna banjar kertha pascima juga selalu mendukung kegiatan PKK karena peranan ibu-ibu sangat lah penting bagi banjar jika tidak ada PKK semua tidak akan berjalan mulus dalam melaksanakan kegiatan.

Pada tahun 2012 gambelan di banjar Kertha Pascima kembali di renovasi karena semua telawah sudah mulai rapuh dan hancur. Gambelan banjar pertama kali di buat oleh pande gong di desa tihingan Klungkung ,kemudian dari perkembangan jaman akhirnya seluruh warga memutuskan agar gambelan di perbaiki di desa Blahbatuh. Setelah semua berjalan dan akhirnya panitia menemukan pande gong yang bernama Gong Bali disana tepat banjar Kertha Pascima membawa gambelan yang lama agar bisa di buatkan yang baru atas saran dari yang sudah berpengalaman membuat gambelan di pande tersebut. Setelah itu waktu terus berjalan tepat bulan Agustus 2013 tibalah Gambelan yang di tunggu-tunggu oleh seluruh warga banjar khususnya para penabuh di banjar kertha pascima ,karena sudah tidak sabar untuk mencoba gambelan baru. Dari perkembangan jaman semua perlengkapan di banjar kertha pascima mulai berubah dari gambelan hingga ke yang lain-lainya.

Banjar kertha pascima mulai mencari bibit baru untuk memulai kegiatan latihan sekaligus untuk mencoba gambelan baru ini sampai akhirnya banjar ketha pascima memiliki generasi baru dan akan terus bisa mengembangkan kesenian di banjar kertha pascima. Pada saat ulang tahun LPD Desa Adat Tanjung Benoa sekaa gong anak-anak banjar Kertha Pascima tampil sebagai duta banjar penampilan mereka sangat membanggakan karena sudah bisa menampilkan tabuh dan tari yang sangat memuaskan bagi masyarakat Tanjung Benoa khususnya warga banjar kertha pascima. Sekaa teruna juga tidak kalah dengan anak-anak karena kegiatan kesenian di sekaa teruna juga sangat aktif seperti misalnya saat menyambut hari raya NYEPI sekaa teruna melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat saat membuat ogoh-ogoh dan fragment tari disalah tempat bagi pemuda-pemudi yang mempunyai keahlian di bidang seni untuk menggarap sebuah karya untuk di pentaskan di acara penyambutan hari raya NYEPI.

Warga banjar kertha pascima sangat bangga karena saat pementasaan dimulai sudah menampilkan hasil keseluruhan dengan maksimal hingga di berikan apllose yang sangat meriah dari masyarakat Tanjung Benoa semua itu hasil dari jerih payah sekaa teruna semua semoga dari kesuksesan semua ini bisa menjadi acuan untuk bisa menjadi yang lebih baik dari pengalaman yang sebelumnya. Sekian cerita tentang banjar Kertha Pascima itulah sedikit tentang banjar Kertha Pascima untuk tugas pengetahuan multimedia di isi denpasar .