Ogoh-Ogoh DURGA MURTI Nusa Penida Br. Sebunibus

This post was written by yunadika on April 12, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Tentang Hari Raya Nyepi

Hari raya Nyepi adalah hari tahun baru bagi umat Hindu di Indonesia. Pada hari ini terjadi pergantian tahun saka. Bagi penganutnya, pada hari itulah diwajibkan untuk melaksanakan suatu swadharma yang disebut sebagai catur berate penyepian, yang terdiri amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelanguan (tidak makan), dan amati lelungaan (tidak bepergian). Sejak beberpa hari sebelumnya masyarakat telah sibuk melaksanakan serangkaian upacara yang pada intinya adalah melakukan penyucian alam semesta.Acaranya terdiri dari melasti ke laut atau mata air secara beramai-ramai sambil mengususng segala bentuk pratima. Sehari sebelum nyepi dilaksanakan caru taur kesangan yang merupakan salah satu bentuk upcara bhuta yadnya yang berlokasi lapangan atau daerah pusat kegiatan manusia,

Sehubungan dengan berate penyepian maka pada hari raya nyepi semua jalan-jalan betul-betul sepi dari lalu lalang kendaraan, atau manusia. Kejadian itu dipertahankan selama 24 jam. Di Bali unsure toleransi agama berjalan baik sehingga semua orang menghormati perayaan hari tersebut. Transportasi darat, laut dan udara saat itu terhenti. Hanya ada beberapa kendaraan petugas dan hanya mereka yang berada dalam keadaaan darurat yang diizinkan ke luar, seperti misalnya orang sakit yang memerlukan pertolongan ke rumah sakit (Raka, 2007).

Bagi umat hindu di Bali, nyepi adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Karena, hanya pada saat Nyepi, kota kosong dengan kendaraan, hemat bahan bakar dan alam menjadi bebas polusi, walau hanya sehari (Rahma, 2012).

Tetsirat bahwa pelaksanaan nyepi pasti berdampak secara fisik kepada pencemaran udara. Dapat dibauangkan setiap harinya jumlah bahan bakar minyak yang digunakan dan berapa jumlah produknya di buang ke udara. Sehingga beralasan untuk mengangkatnya menjadi suatu tulisan; sejauh mana Hari raya Nyepi berdampak terhadap kualitas lingkungan hidup manusia? Asumsinya dengan melakukan kewajiban berupa pengendalian keinginan untuk tidak bepergian selama 24 jam maka penggunaan bahan bakar minyak berkurang sehingga cemaran udara berkurang. Kalau hal itu terbukti maka tentunya data tersebut sangat bermanfaat dan terbukti bahwa pelaksanaan hari raya nyepi berdampak positif terhadap kualitas lingkungan hidup (Raka, 2007).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Tentang Ogoh – Ogoh Durga Murti

Durga melambangkan kekuatan Yang Mahatinggi yang mempertahankan tatanan moral dan kebenaran di alam semesta. Ibadah dari Shakti dewi sangat populer di kalangan Hindu. Durga singkatan simbol terpadu dari semua kekuatan ilahi (Shaktis). Dewi Durga adalah ibu ilahi, yang melindungi orang dari kekuatan jahat egoisme, kecemburuan, kemarahan kebencian, dan ego. Cinta ibu dan kebaikannya terhadap anaknya, adalah contoh terbaik dari kasih murni dalam alam semesta. Demikian juga, cinta Maa Bhagwati (Durga) terhadap pemuja nya (Anak) murni dan tenang. Maa (Ibu) tidak pernah meminta suatu bantuan dari anaknya. Dia menuangkan kebaikannya dan kehangatan pada anak tanpa menginginkan imbalan apa pun.Kasih Jagdamba adalah seperti sungai yang mengalir bebas.Durga mencintai pemuja nya setiap (Anak) tanpa diskriminasi apapun.

Asal DewiDurga Hal ini diyakini bahwa sekali keberadaan alam semesta berada di bawah ancaman oleh Mahishasura (setan). Para Dewa Siwa mengaku untuk melindungi dunia mereka dari kekuatan jahat. Dewa Siwa meminta tiga dewi, Saraswati, Maa Kali dan Lakshami Maa untuk melepaskan kekuasaan mereka (shaktis). Power muncul dalam bentuk perempuan. Cahaya Ilahi muncul dan dewi kekuatan yang luar biasa muncul dengan tangan banyak. Dia cantik serta ganas.

Durga adalah seorang gadis yang sangat cantik dengan penuh kemarahan. Para dewa bernama Durga nya, yang tak terkalahkan dan mereka dilengkapi dengan semua senjata mereka. Durga menunggang seekor singa ke puncak gunung. Dalam pertempuran kekerasan, dia membunuh Mahishasura dan dengan demikian, menyelamatkan dunia dari ancaman iblis.

Durga – ImageDurga kata telah diturunkan dari bahasa Sansekerta yang berarti benteng atau tempat yang sulit dijangkau. Dalam Gambar, Shakti terlihat dalam bentuk perempuan, mengenakan pakaian merah. Dewi memiliki delapan belas lengan, membawa banyak item di tangannya. Warna merah melambangkan keganasan dan ini menunjukkan bahwa dewi menghancurkan kejahatan dan melindungi orang dari rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh kekuatan jahat. Durga menunggang harimau menunjukkan bahwa ia memegang kekuasaan yang tak terbatas dan menggunakannya untuk menyimpan kebajikan dan menghancurkan kejahatan. Delapan belas lengan memegang senjata menandakan energi yang tak terjangkau Durga Maa dimilikinya. Senjata yang berbeda menyarankan gagasan bahwa dia bisa menghadapi kekuatan jahat tanpa pertimbangan.

Durga ChalisaShri Durga Chalisa adalah “ayat empat puluh” doa. Ayat-ayat ini biasanya dibacakan atau dinyanyikan oleh kelompok. Tindakan dan perbuatan Sri Durga yang teringat dalam ayat-ayat untuk membantu fakir untuk merenungkan kualitas berbudi luhur dan mulia.

Nama DurgaDewi Durga adalah perwujudan dari kekuatan ilahi dari Yang Mahakuasa. Durga kata, dalam bahasa Sansekerta berarti “tak terkalahkan”. Durga Devi mewakili kekuasaan, kekuatan, moralitas dan perlindungan. Maa Durga adalah penghancur dosa dan pelindung moralitas. Dewi Durga juga dikenal sebagai Shakti (Power).

2.2  Penjelasan Tentang Baleganjur Yang Mengiringi

          Dalam penampilannya, ogoh-ogoh selalu identik dengan Baleganjur dan Tektekan, dalam bagian ini akan dibahas mengenai historis mengenai Baleganjur itu dan Tektekan dalam ranahnya sebagai seni pertinjukan. Secara universal barungan gamelan di Bali dapat diklasifikasikan menjadi gamelan Barungan Alit, Barungan Madya (menengah), dan Barungan Agung (besar). Pengklasifikasiannya didasarkan atas banyaknya personil yang terlibat dan dilibatkan dalam gamelan tersebut. Jika gamelan barungan Alit itu mempergunakan 4-10 orang penabuh, gamelan barungan madya antara 11-25 orang, sedangkan gamelan barungan golongan madya itu diatas 25 penabuh

Gamelan Baleganjur adalah satu dari sedikitnya sepuluh golongan kuno yang hingga sekarang masih tetap eksis di Bali Hingga kini ada dua pengertian berbeda melekat dengan gamelan prosesi ini. Yang pertama adalah musik pengusir Bhuta Kala sehingga disebut Kalaganjur. Yang kedua adalah sebagai musik pembangkit semangat sehingga disebut Balaganjur. Namun, secara historis Baleganjur itu berasal dari Bebonangan, yaitu sebuah perangkat gamelan kuno yang lahir pada masa pemerintahan raja-raja di Bali

            Dari pengertian di atas kami Br. Sebunibus berinspirasi membuat gending ogoh-ogoh durga murti yang jumlah penabuhnya hanya 17 orang, dengan instrument riong, gong, kempur, bende, ponggang, tawa-tawa, kajar, kendang, ceng-ceng. Kami hanya sempat latian cuma 2 hari. Peran dan keterlibatan saya yaitu sebagai:

  1. Peran : Sebagai Tukang Kendang
  2. Keterlibatan : Sebagai Panitia Kesenian

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Ogoh-ogoh merupakan salah satu ciri khas dari rangkaian pelaksanaan perayaan Tahun Baru Caka yang kita kenal dengan Hari Raya Nyepi. Ogoh-ogoh umunya dibuat dengan muka seram, mata besar melotot sebagai lambang/simbolis  buta kala.

Ogoh-ogoh akan diarak keliling desa pada malam pengerupukan, dimana tepat pada tengah hari sebelumnya sudah dilaksanakan upacara pecaruan yang disebut tawur agung/tawur kesanga yang bertujuan untuk membayar atau mengembalikan. Apa yang dibayar dan dikembalikan? Adalah sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka sari-sari alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Bhuta sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (buta somya). Setelah diupacari dengan upacara buta yadnya pecaruan tersebut, buta kala yang disimbolkan dengan Ogoh-ogoh ini kemudian diarak keliling desa disertai dengan berbagai bunyi-bunyian seperti kentongan, bom khas bali yang disebut plug-plugan, mercon, kembang api dan lainnya yang selanjutnya berakhir pada kuburan setempat untuk dibakar yang secara secara simbolis buta kala ini agar kembali ke alamnya masing masing dan tidak mengganggu manusia sehingga kehidupan harmonis antara manusia dengan alam dan ciptaannya terwujud.

Ogoh-ogoh pada umumnya dibuat untuk simbolis buta kala, seperti raksasa, leak, celuluk dengan tampangnya yang seram, mata melotot besar, dengan taring yang panjang. Tetapi kreativitas orang bali membuat tampang ogoh-ogoh dari tahun ke tahun semakin beragam dan makin bagus tentunya.

Comments are closed.

Previose Post: