BARUNGAN SELONDING

Selonding merupakan seni musik tradisional yang diperkirakan hidup sejak zaman Bali Kuno, di mana imperium kerajaan Majapahit belum masuk ke tanah Bali. Hanya, selonding sebagai seni tradisi manusia Bali Kuno tidak mendapat banyak perhatian dari kekuasaan raja-raja utusan Majapahit. Kesenian yang dikembangkan di Bali ketika itu hanyalah kesenian kraton yang dibawa seniman-seniman tanah Jawa. Akibatnya selonding terabaikan bahkan nyaris mengalami kepunahan. Sebagai khazanah peradaban manusia Bali Kuno, kajian sejarah terhadap selonding perlu kembali dilakukan untuk menghidupkan kembali kesenian yang memiliki kekuatan membawa ketenangan ini.Gamelan Selonding yang terbuat dari besi ini berlaras pelog tujuh nada ini tergolong barungan alit yang langka dan sangat disakralkan oleh masyarakat desa Tenganan Pagringsingan dan Bongaya (kabupaten karangasem).Gamelan ini dimainkan untuk mengiringi berbagai upacara adat di Bali Aga yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi tari Abuang,Perang Pandan (Makare-karean) dan lain-lain. Gambelan Selonding adalah merupakan peninggalan dari kegiatan berkesenian nenek moyang kita di masa silam.

Gambelan ini berfungsi menyajikan tabuh-tabuh petegak atau tanpa disertai tari-tarian, baik dalam kaitannya dengan pelaksanaan upacara Agama  serta kepentingan-kepentingan lainnya. Namun perlu diketahui hanya dalam upacara Agama pada hari raya-hari raya tertentu saja Gamelan Slonding ini ditabuh atau dibunyikan, Gambelan Selonding merupakan salah satu gamelan yang di sakralkan oleh masyarakat desa Tenganan  pangringsingan, Di kalangan masyarakat Tenganan Pagringsingan gamelan Selonding diberi nama Bhatara Bagus Selonding.

Sejarah munculnya Selonding dikaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang-orang Tenganan mendengar suara gemuruh dari angkasa yang datang secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya (sebelah timur laut Tenganan) dan pada gelombang kedua suara itu turun didaerah Tenganan Pagringsingan. Setelah hilangnya suara itu diketemukan gamelan Selonding (yang berjumlah tiga bilah). Bilah-bilah itu kemudian dikembangkan sehingga menjadi gamelan Selondin seperti sekarang. Gambelan Selonding memang masih dapat bertahan dari terpaan gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama, dan ini hanya dimungkinkan oleh adanya suatu vitalitas nilai universal yang terkandung di dalamnya dan terjalin erat dengan masyarakat pendukungnya.

Barungan gamelan selonding terdiri dari delapan buah instrumen antara lain dua buah gangsa,empat buah oncangan dan dua buah penerang. Kalau dilihat bentuk keseluruhannya hampir semua sama yaitu berbentuk trapesium.

Adapun masing-masing pelawah selonding mempunyai ukuran sebagai berikut:

1.Instrumen gangsa wadon.

Panjang bagian atas : 76 cm

Panjang bagian bawah:69 cm

Lebar : 15,5 cm

Tinggi : 25 cm

2.Instrumen gangsa lanang

Panjang bagian atas: 76 cm

Panjang bagian bawah: 67 cm

Lebar: 14 cm

Tinggi: 25 cm

3.Instrumen oncangan lanang I

Panjang bagian atas: 41 cm

Panjang bagian bawah: 36 cm

Lebar: 15 cm

Tinggi: 20 cm

4,Instrumen oncangan wadon I

Panjang bagian atas: 43,5 cm

Panjang bagian bawah: 33,5 cm

Lebar: 18,5 cm

5.Instrumen oncangan wadon II

Panjang bagian atas: 57 cm

Panjang bagian bawah: 43 cm

Lebar: 18,5 cm

Tinggi: 20 cm

6.Instrumen oncangan lanang II

Panjang bagian atas: 43,5 cm

Panjang bagian bawah: 41 cm

Lebar: 16,5 cm

Tinggi: 20 cm

7.Instrumen penerang lanang

Panjang bagian atas: 61,5 cm

Panjang bagian bawah: 55 cm

Lebar: 16,5 cm

Tinggi: 21 cm

8.Instrumen penerag wadon

Panajng bagian atas: 61,5 cm

Panjang bagian bawah: 54 cm

Lebar: 16,5 cm

Tinggi: 21 cm

Sesuai dengan struktur dari lagu-lagu selonding bahwa tiap-tiap inbstrumen mempunyai tugas yang berbeda-beda dalam barungannya. Adapun tugas-tugas itu ialah seperti berikut:

  • Gangsa lanang, jumlah bilahnya delapan buah bertugas mengendalikan melodi lagu. Urutan nadanya: dong – dang – deng – dung – dang – dong – ding – dong .
  • Gangsa wadon, jumlah bilahnya delapan buah, bertugas mengendalikan melodi lagu. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng – dung – dang – dong – ding.
  • Oncangan lanang I, jumlah bilahnya empat buah, bertugas menjalin kotekan/ cecandetan. Urutan nadanya : dung – dang – dong – ding .
  • Oncangan lanang II, jumlah bilahnya empat , bertugas menjalin kotekan / cecandetan. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng
  • Oncangan wadon I, jumlah bilahnya empat buah , bertugas menjalin kotekan/cecandetan. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng .
  • Oncangan wadon II, jumlah bilahnya empat buah , betugas membuat jalinan kotekan/cecandetan. Urutan nadanya : dung – dang – dong – ding.
  • Penerag lanang, jumlahnya empat buah, bertugas memperjelas tekanan lagu. Urutan nadanya: dung – dong – ding.
  • Penerag wadon, julah bilahnya empat buah, bertugas memperjelas tekanan lagu. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng .

Adapun gending selonding yang sering di mainkan yaitu:

  • Ø Sekar gadung
  • Ø Nyangnyangan
  • Ø Rejang gucek
  • Ø Rejang ileh dll

 

 

Sumber : ni ketut suryatini.