Biografi I Made Raka Suparta

Nama : I Made Raka Suparta

 

Tgl Lahir : 12 September 1968

 

Alamat : Desa Kapal, Mengwi Badung

 

Nama Istri : Ni Ketut Astini

 

 

Raka Suparta

 

Raka Suparta adalah seniman alam,adapun  bidang  seni yang dikuasainya antara lain seni wirama,tabuh,pedalangan dan beragam seni lainnya.Beliau menyebutkan dirinya mengenal dunia seni saat masih terbilang anak-anak melalui tatapan-tatapan yang ada di berbagai kahyangan di desanya.

 

 

Mulai Belajar Mewirama,menabuh dan Dalang

 

Adapun orang yang  dijadikan seorang gurunya tiada lain tetangganya sendiri yang bernama I Ketut Arka yang kini duduk sebagai seorang Pemangku,tidak puas belajar dari satu orang iapun melanjutkan menimba ilmu di Jero Kaleran yakni kepada A.A Putra yang kini telah duduk sebagai Pandita.Dalam waktu yang relatif singkat dan didasari bakat  dan keinginan yang kuat,seni wirama,geguritan dan mekidung tadi,Raka suparta mulai menunjukan kemampuan terhadap seni yang diminatinya menginjak remaja,ia menunjukan bakatnya di desa pada tahun 1980an,iapun mengikuti ustawa dharma gita sejenis event untuk seni wirama,lomba Kendang Barong Se-Bali.

 

 

 

 

 

Seni Yang DiGelutinya :

 

# Seni Pedalangan

# Seni Tabuh (Karawitan)

# Seni Tari

 

 

Saran-Saran

 

Raka Suparta prihatin terhadap dunia seni dan para senimn dibali. Hal ini karena dirinya banyak melihat bidang seni dan seniman yang terkesan mati suri dari Kabupaten atau kota dibali,meski demikian dia salut dengan perhatian Pemkab.

Sejarah Gamelan Kembang Kirang Di Banjar Tangkup Tegalalang

  Timbulnya barungan gambelan kembang kirang suci di Banjar Tangkup Tegalalang ,dimulai dari dibuatnya barungan gamelan Angklung Klentangan yang merupakan satu-satunya kesenian yang menjadi kebanggaan masyarakat di Banjar Tangkup,sampai sebelum tahun 1940.

 

Tidak dapat diketahui dengan pasti,kapan gambelan Angklung klentangan tersebut tumbuh.Namun hanya dapat diungkapkan bahwa,Gamelan Angklung ini pernah menjadi kegemaran bagi warga Puri Agung di Gianyar.Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa,setiap kali pihak Puri Agung Gianyar menyelenggarakan suatu upacara yadnya,maka sekaa Angklung dari Banjar Tangkup tidak pernah luput untuk “ngaturang ayah” guna memeriahkan suasana upacara tersebut.

 

Lebih lanjut informan I Wayan Wiri asal dari Banjar Tangkup mengatakan bahwa, pada tahun 1940 di Puri Agung Gianyar sedang diselenggarakan serangkaian upacara yadnya yang cukup besar.Pada kesempatan tersebut sekaa Angklung dari Banjar Tangkup turut pula memeriahkan upacara itu dengan kebolehannya menabuh gamelan.Pada pelaksanaan upacara tersebut selain telah dimeriahkan oleh suara angklung klentangan,turut pula ditabuh beberapa jenis barungan gamelan yang lain seperti Gong Gede,Gender Wayang,Gambang,serta gamelan Kembang Kirang dari desa Kamasan Kelungkung.

 

Penampilan barungan gambelan kembang kirang dari desa kamasan kelungkung, adalah betul-betul sempat memukau para peserta upacara tersebut. Demikian pula halnya dengan para sekaa angklung dari banjar tangkup, selain merasa kagum akan penampilan gamelan kembang kirang itu, pada kesempatan itu pula mereka mulai memperbincangkan keinginan mereka untuk dapat memiliki barungan gambelan kembang kirang. Dalam pikiran mereka membayangkan, betapa lebih mantapnya apabila mereka dapat memainkan gambelan angklung panca nada yang berbilah sepuluh itu.

 

Demikianlah hal tersebut senantiasa menjadi angan-angan serta menjadi bahan perbincangan setiap kali berkumpul dengan teman-temannya. Sampai pada akhirnya tercetuslah idenya untuk menambah beberapa jenis instrumen angklungnya untuk bisa di jadikan barungan gambelan kembang kirang.

 

Kemudian atas prakarsa dari pemuka masyarakat yang antara lain dapat disebutkan yaitu : I Nyoman Degeng, I Wayan Liah, I Ketut Teka, I Wayan Sambut, serta berkat dukungan dari “Kerama Banjar” Tangkup, maka pada tahun 1949 Gambelan kembang kirang yang senantiasa menjadi impian masyarakat di Banjar Tangkup, brhasil didirikan dengan biyaya sebanyak 80 (delapan puluh) ringgit, yang dikerjakan oleh “Pande Gambelan” dari Tiyingan Kelungkung yang bernama Bapan Geriya.

 

Oleh pande gambelan tersebut, sebelumnya dapat menyampaikan kepada masyarakat di Banjar Tangkup bahwa, Gambelan Kembang Kirang yang mereka miliki itu nantinya akan menjadi barungan gambelan yang “tenget” Namun ketika itu Masyarakat di Banjar Tangkup, belum percaya degan penyampaian pande tersebut.

 

Setelah gambelan itu dicoba untuk mengadakan latihan-latihan, ternyata ada saja keributan-kerubutan yang terjadi di dalam latihan.

Akhirnya semenjak saat itu, mereka telah mempunyai keyakinan bahwa, Gambelan Kembang Kirang mereka itu adalah dianggap keramat. Kiranya anggapan dan keyakinan mereka akan hal itu, akhirnya telah mendorong hati mereka untuk menghubungkan pengertian keramat itu adalah sama dengan “suci”.

 

Demikianlah kemudian barungan gambelan yang mereka miliki itu dinamai “Gambelan Kembang Kirang Suci” Sampai sekarang masi menjadi kebanggaan bagi masyarakat pendukungnya.

 

Kiranya perlunya penulis ungkapkan disini bahwa, sebagai mana umumnya yang kita jumpai di Bali, yaitu “sekaa” biasa menyimpan alat-alat gambelannya di tempat-tempat yang khusus. Tempat menyimpan gamelan biasanya disebut “Cegong” atau Bale Gong.

 

Kenyatan yang penulis jumpai di Banjar Tangkup adalah sangat unik, di mana barungan gambelan kembang kirang ini tidak pernah disimpan di dalam ruangan, melainkan tetap di gelar di aula balai banjar Tangkup.

 

Masysrakat di Banjar Tangkup mengatakan bahwa, setiap kali gambelan tersebut disimpan di dalam bale gong, maka suatu keributan-keributan akan slalu saja terjadi. Kenyataan yang sering dialami inilah, nampaknya telah menambah suatu kepercayaan mereka bahwa gambelan yang mereka miliki itu adalah memang benar-benar kramat (suci).

udgita

http://www.youtube.com/watch?v=kZ6f0wv6QO4

 

judul                      : udgita

karya                     : I Made Subandi S.sn

penyaji                 : duta kab.klungkung

tahun                    : 2004

tempat                 : panggung ardha candra,art center denpasar

evend                   : pesta kesenian bali

 

 

coment:
Pada garapan tabuh kreasi “UDGITA” ini ada beberapa beberapa komentar yang menurut saya agak kurang.

–          Sound system:   kurang peka pada instrument tertentu,ya itu pada intrtument:

kendang:

soud/mike kurang peka pada kendang yang membuat instrument kendang pada  aksen –aksennya kurang terdengar jelas.terutama pada kendang lanang cetutan kurang peka.

Pada instrument Gong:

kurang dekat dengan microfone.juga membuat gong tersebut kurang jelas terdengar.

Pada instrument reong :

Sound terlalu dekat dengan instrument reong,terutama pada reong yang di posisi besar dan di sangsih.

–          Pada gambar video :

Gambar kiuarang jernih dan kurang jelas dan gambar yang di ambil menjadi kabur atau kurang jkelas.

–          Pada lighting lampu terlalu cerah dan  pada posisi penabuh yang ada di depan sehingga penabuh yang beada di tengah dan di blakang kurang cerah.

–          Suara gamelan                  : terlalu nyaring sehingga kurang lembut didengar.entah karena pengaruh sound atau penabuh yang kurangtekhnik tutupannya.

–          Costum                                                :kurang meriah  dan pada destar penabuh kurang rapi dan make up penabuh kurang bersih.

–          Alur penyajian musik      : penaabuh  kurang kompak dan pada tukang ugal kurang jeas member aba –aba pada penabuh yang lain kurang meligat aba –abanya.

Sekian komentar dari saya  terimakasih.

Gambelan Geguntangan

Gamelan Geguntangan

Gamelan Geguntangan adalah barungan gamelan yang termasuk dalam barungan gamelan golongan  baru dimana didalam barungan ini sudah terdapat instrumen kendang yang memiliki peranan penting dan pembendaharaan pukulan kendang yang lebih dominan. Gamelan ini juga disebut sebagai gamelan Arja atau Paarjaan karena sering dipergunakan sebagai pengiring pertunjukan dramatari Arja yang diperkirakan muncul pada permulaan abad XX. Sesuai dengan bentuk Arja yang lebih mengutamakan tembang dan melodrama, maka diperlukan musik pengiring yang suaranya tidak terlalu keras, sehingga tidak sampai mengurangi keindahan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan para penari. Melibatkan antara 10 sampai 12 orang penabuh, gamelan ini termasuk barungan kecil. Instrumen guntang, suling dan kendang merupakan alat musik penting didalam barungan ini.

 

Berbagai macam kegunaan atau fungsi dari Gamelan Geguntangan dapat dilihat dari tata penyajian yang dilakuakan dalam masyarakat Bali. Dalam kesenian Bali ada 3 jenis pengelompokan fungsi kesenian khususnya dalam seni pertunjukan, diantaranya bersifat Bali, Bebali dan Bali-balihan. Seperti apa yang disebut di atas pada mulanya gamelan ini diciptakan untuk mengiringi drama tari Arja yang dalam pengelompokan fungsi di atas termasuk Bebali yang dalam pertujukannya diiringi dengan gamelan Geguntangan  yang berlangsung sampai saat ini. Seiring perkembangannya, Gamelan Geguntangan kini lebih banyak digunakan untuk mengiringi pesantian misalnya geguritan, pupuh, ataupun jenis tembang yang lainnya. Dengan masuknya gamelan Geguntangan dalam mengiringi pesantian, memberi pengaruh khususnya bagi pecinta geguritan yang ada di Bali. Dengan perkembangan fungsi gamelan Geguntangan secara kwalitas saat ini lebih banyak sebagai hiburan atau yang sifatnya presentasi estetis. Ini disebabkan karena pertunjukan gamelan Geguntangan yang digunakan untuk mengiringi pesantian telah di rekam dan disiarkan melalui media elektronik seperti televisi dan radio. Ini menyebabkan semakin banyak masyarakat mengetahui hubungan antara musik iringannya dengan musik vokal atau tembang tersebut disamping sebagai hiburan.

Dewasa ini gamelan Geguntangan amat menarik perhatian masyarakat. Ini  dapat dibuktikan dengan kwantitas gamelan Geguntangan yang tersebar di beberapa wilayah di Bali. Dalam kehidupan masyarakat Bali gamelan ini sedang “naik daun” yang sangat di gemari oleh masyarakat Bali khususnya pengemar pesantian (geguritan,pupuh dan yang lainnya). Hampir disetiap desa atau banjar memiliki gamelan ini. Pesatnya perkembangan media elektronik yang menyiarkan gamelan Geguntangan yang digunakan untuk mengiringi pesantian maupun dramatari Arja dalam penyajiannya, dapat memotifasi masyarakat untuk memiliki gamelan ini. Melalui penyajiannya lewat siaran ataupun rekaman audio-visual, gamelan Geguntangan yang disajikan untuk mengiringi pesantian atau geguritan dapat disaksikan oleh masyarakat umum, sehingga melalui siaran tersebut dalam kenyataanya mampu menarik perhatian masyarakat umum khususnya penggemar seni.

 

 

Instrumen dari Gambelan Guntangan

Kendang

Kendang bali berbentuk truncated/bulat panjang dan memakai hourblass atau pakelit . kendang itu dibuat dari kayu nangka , jati , atau seseh yang dibungkus dengan kulit pada kedua ujung dan dicancang dengan jangat. Fungsi kendang adalah sebagai pemurba irama , mengatur cepat lambat dan perubahan dynamio.

Gong pulu

Gong pulu  berfungsi sebagai sebagai gong dan bermain imbalan dengan tawa-tawa.

 

Guntang

berfungsi sebagai kajar atau penentu cepat lambat jalannya tempo dalam memainkan sebuah repertuar lagu.

Klenang

Klenang bermain imbalan/alternating dengan instrument guntang.

 

Krenet

Pukulan krenet mngikuti pukulan kendang.

 

Cenceng Ricik

Rincik yaitu cengceng kecil yang berfungsi untuk memperkaya rythme.

Tawa-tawa

Tawa-tawa bermain imbalan dengan gong pulu.

Suling

Suling merupakan sebuah instrument dalam karawitan Bali,suling berasal dari dua suku kata yaitu Su yang dalam bahasa Bali berarti baik (luwih) dan Ling yang berarti tangis atau suara (dalam bahasa kawi), jadi Suling dapat diartikan suara tangisan yang baik. Suling dimainkan dengan cara yang sama seperti pada umumnya yaitu menggunakan system tiupan tanpa terputus-putus (ngunyal angkihan). Suling berfungsi untuk mengiringi pupuh yang dinyanyikan. Jika ditinjau dari segi estetika Suling dapat mendukung berbagai adegan yang diperankan, seperti adegan keras, sedih, gembira dan sebagainya, yang dapat mendukung suasana dengan melodi gending dan patet yang dipergunakan.

 

Laras dan tetekep

Laras yang dipakai dalam gamelan geguntangan ialah laras Pelog dan Selendro, sesuai dengan tembang yang dipergunakan. Masalah laras hanya terdapat pada suling, karena suling satu-satunya instrumen yang fix melody di dalam arja. Kemudian menyusul curing dengan laras pelog.

Gending- Gending atau Reportoar Lagu dalam Gamelan Geguntangan

Didalam Gamelan Geguntangan ada beberapa gending petegak yang biasa di gunakan untuk mengawali pementasan, di antaranya:

  1. Sekar Eled
  2. Pangecet Subandar
  3. Lenngker
  4. Godeg miring
  5. Sinom ladrang
  6. Selisir

 

 

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!