BIOGRAFI SENIMAN ALAM BR MUNGGU MENGWI

BIODATA SENIMAN ALAM

NAMA: I NYOMAN ARNAWA
ALAMAT: BR. MUNGGU DESA MENGWI KABUPATEN BADUNG.
TGL/THN LAHIR: 10-10-19940

SEJARAH BERKARIR
Inyoman arnawa adalah seorang seniman berbakat alam. Beliu mulai belajar menari waktu kelas 6 sd. Beliu di ajarkan oleh guru nya yaitu guru widnya(alm) kemudian beliu pentas pertama kali pada tahun 1966 pertama kali beliu menarikan topeng keras. singkat cerita kemudian beliu melanjutkan karir nya di bidang bondres beliu mempunyai Seka bondres yang bernama TIGA DARA. Pemain seka itu antara lain beliu sendiri guru widnya(alm) dan ketut baya(alm) beliu pernah pentas di mana saja, beliu juga seniman yang ramah pada waktu itu, siapa yang mau ngajak beliu nari beliu ikut kemana pun mereka nari. Beliau juga pernah mengatakan “ jangan mementingkan uang terlebih dahulu,pentingkanlah bakat mu terlebih dahulu” selain beliu menari dengan seka topeng,beliu juga menjadi penari TASKARA MAGUNA(PANDUNG). Beliau mulai mandung thn 1969 pertama kali beliau mandung di mengwi di pura bekak.sampai sekarang pun beliau masih dikenang jasa nya oleh masyarakat di mengwi dan sekarang beliau mengalimi sakit hernia dan beliau sudah mulai pensiun nari pada thn 2016.

“TRADISI NEKANG BR MUNGGU MENGWI”

tradisi yang berada di banjar munggu mengwi mempunyai tradisi yang unik yaitu “NEKANG”. masyarakat se-Banjar munggu mengwi mulai berdatangan ke rumah pengantin baru . Jarak hari pawiwahan dan nekang Galungan ini memang sangat dekat selang 5 hari dari hari pawiwahannya. Tradisi ini cukup unik karena berlaku bagi semua masyarakat di banjar tersebut. Jika jumlah pasangan yang nekang lebih dari satu, biasanya akan didatangi satu persatu dari rumah yang jaraknya terjauh atau terdekat.
Selain itu, nekang atau ngejot tumpeng biasanya di cirikan dengan hiasan penjor yang sangat bagus di depan rumah dan sampian gantung nya sangat panjang minimal 1m. Seperti yang terjadi di Br.munggu mengwi, pasangan yang nekang berjumlah 5 pasang. Sehingga masyarakat mendatangi satu persatu dari yang jaraknya terjauh dari rumah masyarakat. Tumpeng yang dibawa sesuai dengan jumlah pasangan yang nekang. Isi dari tumpeng yang dibawa sesuai dengan kemampuan, ada yang membawa beras, jaja gina jaja uli di bawah tumpeng lengkap dengan sampyannya yang biasanya dihiasi warna warni perambat.
Masyarakat yang berfikir praktis biasanya membawa satu buah sampyan tumpeng pada saat ngejot. Selanjutnya hanya isi tumpengnya yang diserahkan dan sampyannya dibawa kembali ke tempat nekang yang lain.
Bukan hanya ibu-ibu yang melakukan ngejot tumpeng, sebagian mereka adalah remaja yang mewakilkan biasanya datang secara berkelompok sehingga terlihat suasana kebersamaan di hari nekang.
Dahulu masih terlihat perbedaan masyarakat nekang dengan yang tidak, hiasan penjor biasanya menunjukkan identitas sebuah rumah melaksanakan nekang Galungan. Berbeda dengan perkembangan saat ini. Masyarakat sudah semakin kreatif dan seolah berlomba-lomba membuat penjor yang bagus. Sehingga agak susah dibedakan, namun hal ini bisa diatasi dengan mengetahui informasi siapa saja yang nekang.
Persiapan bagi yang empunya karya nekang, bale dangin digunakan sebagai tempat nekang tampak dihiasi pengangge bale. Jerimpen, gebogan dan hiasan lainnya terlihat semarak menghiasi suasana nekang. Biasanya tape jaja uli selalu disiapkan keluarga pasangan yang nekang, ini tidak ada batasannya sesuai dengan kemampuan keluarga tersebut. Tape inilah yang diberikan sebagai balasan tumpeng yang dibawa oleh orang yang ngejot tumpeng. Suasana penuh kekeluargaan dan keakraban mewarnai suasana nekang.

SEGARA RING MURKA

Penata terinspirasi dari lautan atau pantai, dimana pantai atau lautan memiliki suasana yang bisa dikatakan berubah misalnya dari air pantai surut dan ombak yang dasyat dan keindahan pantai. Penata berfikir dan merasakan bagaimana suasana pantai menjadi inspirasi penata. Menurut penata pantai atau laut juga tempat kreasi bermain anak-anak maupun dewasa dan pantai juga sangat berfungsi sebagai kehidupan masyarakat. Di bali pantai adalah sebagai sumber beryadanya. Tetapi manusia pada zaman globalisasi sekarang sudah banyak yang membuat pantai menjadi tercemar, maka dari itulah alam menjadi tercemar dan penguasa laut selatan menjadi menjadi marah. Maka dari itu ombak pantai akan menjadi besar atau dasyat melambakan penguasa pantai selatan marah dan ngamuk. Di bali biasanya di sebut dewa baruna sebagai penguasa lautan dan pantai. Dari inspirasi pantai atau lautan penata membuat suatu karya atau garapan yang berjudul “ SEGARA RING MURKA ” murka yang berarti marah dan segara yang berarti pantai atau lautan. Di artikan kata segara ring murka yaitu lautan atau pantai yang sangat dasyat.

Gamelan Selonding

Gamelan Selonding adalah gamelan sakral yang terbuat dari besi dan berlaras pelog tujuh nada. Gamelan Selonding tergolong barungan gamelan tua yang terdapat didaerah Karangasem, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya. Gamelan Selonding sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan. Dulunya gamelan Selonding hampir jarang ditemui keberadaanya, semenjak perkembangannya gamelan Selonding banyak ditemui di Desa – desa yang ada di Bali. Di Desa Tenganan Pegringsingan, gamelan Selonding biasanya untuk mengiringi tari Abuan, Perang Pandan dan lain – lain. Sejarah munculnya Selonding dikaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang – orang Tenganan mendengarkan suara gemuruh dari angkasa yang datang secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya ( sebelah timur laut Tenganan ) dan pada gelombang kedua, turun di Tenganan Pegringsingan. Setelah sampai di bumi ditemukan gamelan Selonding yang berjumbelah tiga bilah, dan bilah – bilah itu dikembangakan sehingga menjadi gamelan Selonding seperti sekarang yang memiliki tujuh nada.

Perkembangn Gambelan Selonding dari dulu hingga sekarang sangat berkembang pesat .di mana gambelan selonding dulunya untuk mengiringi upacara ke agaman {HINDU} dan tarian – tarian sakral. beda dengan sekarang ,gambelan Selonding di gunakan untuk membuat tabuh – tabuh baru dan di kalaborasikan dengan instrumen –instrumen atau alat – alat gamelan lainnya.

“TEDUNG TRADISI ADAT BALI”

Tedung adat bali merupakan salah satu peninggalan benda atau alat upacara pada zaman dahulu. kata tedung berasal dari kata “TE”dan”DUNG” yang kemudian di gabung menjadi kata TEDUNG, yang artinya Teduh atu peneduh. TEDUNG bisa kita simbulkan sebagai lelontek atau pelengkap upacara adat yang berada di pura yang khususnya ada di bali. tedung sangat di sakralkan oleh agama hindu karena, tedung merupakan tameng atau penyengker yang berada di depan pura. tedung agung bali memiliki bagian-bagian tersendiri yaitu: bagian menur, rangka dan katik. sama halnya dengan konsep tri mandala yang terdiri dari nista, madya, dan utama ( bawah, tengah, dan atas ). dalam pembuatan tedung ini juga menggunakan metode tri angga yang terdiri dari kepala badan dan kaki. pada bagian tedung juga menggunakan kepala (menur) badan (rangka) kaki (katik).