Banjar Padang Tegal Kelod

Padang Tegal Kelod adalah sebuah banjar adat yang merupakan bagian dari desa adat Padang Tegal, lingkungan dinas kelurahan Ubud. Letak banjar ini sangat strategis karena terletak berdekatan dengan berbagai daerah pariwisata di Ubud. Masyarakat di banjar ini pada mulanya adalah mayoritas petani dan sangat sedikit masyarakat yang bekerja pada pemerintahan maupun pariwisata. Sebaian besar masyarakat Padang Tegal Kelod memiliki tanah sawah yang digunakan sebagai tanah garapan (tempat mereka bekerja), ketika itu keberadaban sosial masyarakat Padang Tegal Kelod sangat tinggi dalam hal kebersamaan dan solidaritas sehingga gotong royong selalu dikedepankan, disamping itu, pada saat itu masyarakat pada banjar ini sangat dikenal sebagai pekerja keras dan memiliki antusiasme yang tinggi sehingga secara ekonomi masyarakat di daerah ini bisa dibilang maju.

Seiring dengan berkembangnya waktu diawali dengan adanya seniman-seniman dari luar yang datang ke Ubud, seperti Blangko, Hansnel, Rudolf Bonet mengakibatkan banyak masyarakat yang terpengaruh sehingga tertarik untuk ikut belajar dan berkecimpung dalam bidang seni, terutama seni lukis. Itu dapat dibuktikan, sekitar tahun 80-an di Padang Tegal Kelod berdiri sebuah sanggar/koperasi seni yang beranggotakan para seniman lukis yang berasal dari Padang Tegal Kelod. Sehingga seni lukis saat itu sangat laris dan hampir 80% warga Padang Tegal Kelod pada saat itu menjadi pelukis. Sejak saat itu kehidupan masyarakat di banjar ini mulai berubah, sedikit demi sedikit generasi mudanya mulai mengikuti pendidikan, baik itu pendidikan akademis maupun non akademis.

Oleh karena inisiatif dari tokoh-tokoh masyarakt pada tahun 1989/90 berdiri sebuah sanggar seni atau sekeha gong yang menghimpun para muda-mudi untuk ikut didalamnya baik bertujuan untuk mengikuti kegiatan keagamaan, kegiatan seni budaya, dan tent saja bidang komersial untuk pentas reguler yang disajikan kepada tamu yang keuntungannya akan dipakai untuk menunjang kegiatan kemasyarakatan. Dan pada 1993 berdiri sebuah sekeha Kecak yang pada awalnya beranggotakan 80 orang namun pada akhirnya semua anggota banjar pada saat itu ikut bergabung dalam sekeha tersebut, sehingga sekeha tersebut menjadi milik banjar.

Pada tahun 1997, ketika krisis ekonomi terjadi di Indonesia yang berujung dengan terjadinya reformasi dimana harga dollar naik sangat tinggi dan rupiah semakin melemah yang menyebabkan secara umum ekonomi Indonesia terpuruk, namun hal itu malah menguntungkan masyarakat di daerah Ubud, karena kenaikan dollar saat itu mengakibatkan sangat banyak tourist yang datang ke bali baik untuk membeli karya seni, pada saat itu masyarakat di Ubud sangat Berjaya, sehingga merubah gaya hidup masyarakat yang menjadi semakin mewah. Nah, hal ini ternyata merubah rasa sosial masyarakat yang dulu sangat tinggi menjadi semakin berkurang, dan memiliki rasa individual yang tinggi.

Pada tahun 2002 dan 2004 terjadi lagi  bencana yang menimpa bali yaitu .terkenal dengan nama bom Bali 1 dan bom Bali 2. Bom Bali  sangat berpengaruh terhadap kehidupan warga masyarakat Bali hingga Padang Tegal Kelod yang sebelumnya bisa eksis hidup dari seniman lukis menjadi mulai kehilangan gairah sebagai pelukis karena lukisannya mulai tidak laku, sehingga orang yang awalnya jadi seniman banyak yang kembali lagi ke pekerjaan mereka sebelumnya baik menjadi petani dan lain sebagainya, hanya sebagian kecil saja yang tetap bertahan pada pekerjaannya sebagi seniman.

Hingga saat ini, Banjar Padang Tegal Kelod yang warganya berjumlah  1031 penduduk memiliki pekerjaan bermacam-macam, diantaranya ada yang  membuka usaha penginapan seperti home stay, guest house biasa sampai ada  yang memiliki hotel melati atau hotel bintang 2,  ada juga yang membuka usaha Artshop dimana mereka bisa menjual karya seni mereka, Padang tegal juga mempunyai salah satu Objek wisata yang sangat terkenal bahkan di dunia yaitu “Monkey Forest”  itu adalah salah satu tujuan utama tourist yang datang ke Ubud. Tourist yang datang ke sana bisa menikmati langsung suasana hutan dan berinteraksi langsung dengan monyet yang bebas berkeliaran disana .Mereka juga bisa memberikan makanan kepada monyet-monyet disana. Disana juga terdapat salah satu Pura Khayangan Tiga yaitu Pura Dalem Padang Tegal sehingga letak setra (kuburan) desa ini juga berada disana. Dua pura khayangan tiga lainnya terletak di tengah-tengah desa.

Di Banjar Padang Tegal Kelod, terdapat organisasi-organisasi, salah satunya adalah  Sekeha Truna Truni yang beranggotakan pemuda dan pemudi dari banjar ini. Organisasi ini biasanya memiliki acara rutin seperti gotong royong, ngayah di pura sampai donor darah. Biasanya acara-acara tersebut mereka adakan dalam rangkain ulang tauphun sekeha truna-truni tersebut. Dan pada puncak nya biasanya diadakan di Balai banjar yang dihias, dan disana dipertunjukan pementasan baik tari-tarian, gambelan, hingga musik-musik modern. Disamping untuk merayakan ulang tahun ini juga dijadikan ajang berkreativitas bagi anak muda di banjar ini.

aplod

Banjar Padang Tegal Kelod juga memiliki Sekeha Gong yang bernama “Sandi Suara’’, anggota sekeha ini ada yang berasal dari kalangan tua maupun dari pemuda. Sekeha ini memiliki pentas reguler yang biasa dipentaskan setiap hari senin yang menampilkan Tarian Barong dan Rangda. Selain itu sekeha ini biasanya memiliki kegiatan ngayah ke pura-pura utamanya pura khayangan tiga di Padang Tegal dan pada saat hari raya pengerupukan yang merupakan rangkaian dari hari raya nyepi dimana sekeha gong ini bias any mementaskan beleganjur untuk mengiringi pawai ogoh-ogoh. . Selain sekeha gong, ada juga sekeha Cak yang juga mementaskan tarian cak  setiap hari selasa. Bagaimana pun setiap tourist yang berkunjung ke Bali tentunya ngin menyaksikan 2 tarian yang sangat terkenal dan juga merupakan ciri khas tarian di bali.

Demikian sedikit sejarah serta beberapa hal yang dapat kita ketahui tentang Banjar Padang Tegal Kelod.