Sejarah Gamelan Gong Kebyar di Banjar Tengah Gulingan Mengwi

Masyarakat di banjar tengah gulingan mengwi  sejak dulu sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, walaupun beberapa orang penduduk  ada yang menjadi pegawai negeri sipil atau PNS, namun tetap juga mereka menekuni pekerjaan petani untuk kerja sampingan mereka. Pada zaman dulu beberapa masyarakat yang ada di banjar tengah gulingan mengwi sepakat membentuk organisasi sekaa gong. Dan para petani yang membentuk organisasi itu setiap panen, mereka menyisihkan hasil padinya.

Setelah terkumpul hasil padi mereka, maka padi itu dijual. Setelah uang terkumpul, mereka kemudian mencari salah satu pande gong yang ada di desa Tihingan  klungkung untuk membuat gamelan. Menurut Nara Sumber yang saya wawancarai yaitu I Made Gedug, beliau memaparkan banjar tengah gulingan mengwi membeli gong  sekitar tahun 1930-an. Karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh para sekaha untuk membuat gamelan Maka gamelan yang bisa di buat hanya:

  • 4 Tungguh gangsa
  • 4 Tungguh kantil
  •  2 Tungguh jublag
  •  2 Tungguh jegog
  • 1 Buah gong
  • 1 Buah kempur
  • 1 Buah bende
  • 1 Tungguh reong
  • 1 Tungguh terompong
  • 1 Tungguh kajar
  • 1 Buah kecek
  • 1 pasang kendang

Menurut pemaparan nara sumber I Made Surawan yang saya wawancarai juga, Setelah beberapa lama sekitar tahun 1960-an dari banjar membuatkan 2 tungguh ugal dan 1 buah gong wadon. Beberapa tahun kemudian sekitar tahun 1995 seperangkat gamelan gong kebyar yang ada di banjar tengah gulingan itu yang dulunya milik sekaa yang anggotanya 40 orang sekarang diserahkan pengelolaannya kepada banjar dan sudah rasmi menjadi milik banjar dengan syarat gamelan tersebut tidak boleh dijual.

 

Di dalam proses pembuatan gamelan di banjar tengah gulingan pada waktu itu, terjadi hal unik yaitu pada saat pande gong membuat reong yang ada pada nada dong dan nada dung terjadi pengepulan asap yang tebal sekali sampai menjulang keatas.

Dengan terjadinya keanehan seperti itu maka sekaa yang memesan gong tersebut rapat dan menanyakan hal yang terjadi pada saat pembuatan reong ke orang pintar (Paranormal) yang ada di banjar tengah gulingan. Menurut pemaparan orang pintar (Paranormal) tersebut kedua reong yang dalam pembuatannya mengeluarkan asap tebal itu harus di disakralkan. Dan sampai sekarang pun masih di sakralkan.

Gong kebyar yang ada di banjar tengah gulingan ini dari dulu sampai sekarang sering dipakai untuk mengiringi upacara keagamaan. Disamping itu juga gamelan gong kebyar ini juga sering dipakai untuk mengiringi tari-tarian di setiap acara ulang tahun pemuda banjar tengah gulingan. Tari-tarian yang sering dipentaskan di acara ulang tahun pemuda itu adalah Tari Sekar Jagat, Tari Cendrawasih, dan Tari Puspanjali.

KOMENTAR VIDEO UJIAN KOMPETENSI SISWA SMK N 3 SUKAWATI “KALIYUGA”


  •  Kaliyuga merupakan garapan UJIAN KOPETENSI SISWA angkatan 2010 SMK N 3.Sukawati. Dalam pementasan ujian  ini banyak sekali aspek-aspek yang mendukung, diantaranya yaitu sound system dan lighting. Pertama-tama saya akan mengomentari tentang lighting dalam pentasan ini.
  • Dilihat dari segi lightingnya, Dalam video ini  pencahayaannya sangat sederhana sekali. Tetapi pencahayaannya terlalu mencolok ke dalam. Jadi tidak semua panggung terkena sinar lampu.
  • Sama halnya dengan sound system, tetapi hanya beberapa instrument yang tidak kedengaran, seperti kempur yang di tidurkan dan gong. Mungkin karena kempur dan gong yang di pentaskan itu tidak berisi make. Makanya sampai tidak kedengaran.

 

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!