SEJARAH MUNCULNYA GAMBELAN DI BANJAR BUAGAN

Juli 6th, 2014

SEJARAH MUNCULNYA GAMBELAN DI BANJAR BUAGAN

IMG_4677 copyDi era globalisasi saat ini, musik tradisi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ini bisa kita lihat dari komposisi lagu, bentuk instrument, dll. Di Bali Musik tradisional dinamakan karawitan. Istilah karawitan berasal dari kata rawit yang artinya halus (indah), Mendapat awalan ka dan akhiran an, menjadi karawitan yang berarti seni suara instrumental dan vokal yang menggunakan laras pelog dan selendro. Karawitan instrumental Bali disebut Gambelan, dan karawitan vokal disebut tembang atau sekar.
Gambelan Bali merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Bali yang sudah diwarisi sejak zaman yang lampau. Untungnya kebanyakan dari bentuk gamelan itu masih hidup sampai sekarang, yang mana kehidupannya didukungoleh vitalitas agama Hindu Dharma. Hampir tak ada satu pun upacara keagamaan di Bali yang sempurna tanpa ikut sertanya gamelan Bali. Untuk memudahkan penulisan asal mula gamelan Bali ini, perlu dibuat fase-fase perkembangan gambelan Bali sebagai berikut : Masa prasejarah (2000S.M.-Abad VIII); Masa Pemerintahan Raja-raja Bali Kuna (Abad IX-XIV); Masa Kedatangan Orang-orang Majapahit, Masa Kejayaan Raja-raja Gelgel dan Klungkung (Abad XIV-XIX); Masa Pemerintahan Belanda (1846-1945); Masa Kemerdekaan (1945-Akhir Abad XX) dan Masa Kini (Akhir Abad XX-Awal Abad XXI).
Sekarang saya akan menjelaskan tentang sejarah munculnya gambelan di wilayah tempat saya tinggal yaitu di Br. Buagan jalan imam bonjol no 250, menurut cerita dari sesepuh (orang tua kita dulu) pertama adanya gambelan di banjar buagan diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1980, gambelan yang dibeli saat itu ialah gambelan semara pegulingan, namun gambelan ini tidak bertahan lama karena beberapa alasan, seperti susahnya mencari pelatih yang ahli dibidang gambelan saih pelog 7 nada ini, selain itu untuk upacara keagamaan tidak cocok, kemudian dari hasil rapat pengurus banjar diputuskan untuk menukarkan gambelan tersebut dengan gambelan gong kebyar, namun hanya gong dari semara pegulingan yang disisakan karena akan digunakan untuk peresmian, dll. Setelah adanya gambelan gong kebyar dibanjar maka mulailah aktifitas belajar mengajar, berlatih megambel, selain itu dibanjar juga ada sekaa genjek yang cukup terkenal pada saat itu. Setelah beberapa proses latihan dilaksanakan maka dilaksanakan pentas tari dan tabuh serta genjek, acara ini dilaksanakan tiap tahun sehubungan dengan hari ulang tahun banjar.
Setelah acara itu berlangsung setiap tahun, mulailah muncul keputusan dari pemerintah kota denpasar bahwa akan dilaksanakan lomba baleganjur, maka dari itu untuk ikut serta dalam ajang lomba baleganjur yang baru pertama kali diadakan di desa pemecutan kelod ini banjar buagan membeli seperangkat gambelan baleganjur, setelah gambelan itu datang, maka dilaksanakan latihan yang benar-benar intensif, dari hasil rapat di pemerintahan maka ditunjuk lah banjar buagan sebagai tuan rumah dalam ajang lomba bergengsi tersebut, melecut lah semangat muda-mudi banjar buagan untuk ikut mensukseskan lomba tersebut, dengan hasil jerih payah yang tinggi, akhirnya banjar buagan keluar sebagai juara 1 dalam lomba tersebut, rasa gembira dan suka cita pun bercampur aduk jadi satu, suatu hasil yang membanggakan yang diraih oleh st.tenaya kusuma banjar buagan.
Setelah adanya 2 barungan gambelan tersebut, banjar buagan kembali membeli seperangkat gambelan angklung, gambelan ini dibeli karena untuk meringankan beban penduduk yang memiliki upacara kematian atau yang sedang berduka cita, pasalnya sebelum ada gambelan angklung dibanjar, penduduk banjar buagan yang memiliki upacara kematian biasanya menyewa gambelan angklung kebanjar tetangga, dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, maka dari itu dari hasil rapat pengurus banjar dihasilkan keputusan untuk membeli seperangkat gambelan angklung. Setelah datangnya gambelan angklung, sekaa gong swara mekar jaya banjar buagan mulai belajar megambel angklung, sekaa gong yang baru mendapatkan juara 1 lomba baleganjur tersebutlah yang mempelajari gambelan angklung paling pertama, gambelan ini ada sekitar tahun 2000. Namun sampai sekarang masih belum ada penerus sekaa angklung dibanjar buagan, yang masih aktif hanyalah sekaa angklung senior atau yg sudah lanjut usia, generasi muda dibanjar buagan sampai saat ini masih belum mempelajarinya hanya baru sebatas mempelajari gong kebyar dan baleganjur saja. Ini mungkin disebabkan karena pelatih dari barungan gambelan angklung masih belum ada, tidak seaktif 2 barungan gambelan lain yang ada dibanjar buagan. Semoga saja generasi muda disini bisa mempelajarinya lebih awal dan tidak harus menunggu sampai sekaa angklung senior ini bubar atau sudah tidak bisa ngayah lagi.
Ada cerita menarik dari munculnya gambelan angklung dibanjar buagan, setelah mempelajari beberapa gending, kemudian banjar buagan untuk pertama kalinya mengikuti lomba layang-layang yang diadakan oleh pelangi bali, saking terobsesinya untuk ikut memeriahkan lomba tersebut, sekaa teruna-teruni banjar buagan sampai-sampai membawa 2 barungan gambelan yakni baleganjur dan angklung, sungguh pengalaman yang sangat luar biasa, bagaimana tidak disana kita mendapatkan perhatian yang lebih dari peserta lain, juri, komentator,dan penonton yang ikut serta meramaikan lomba tersebut. Saking semangatnya untuk meramaikan acara tersebut dan dengan semangat yang bergebu-gebu akhirnya sekaa teruna tenaya kusuma mendapatkan juara 2 lomba layang-layang tradisional katagori bebean. Ini memang pengalaman yang sungguh menggembirakan sekaligus paling mengesankan yang pernah terjadi dibanjar buagan.
Itulah beberapa cerita singkat tentang sejarah munculnya gambelan di banjar Buagan, dan juga beberapa cerita menarik bersama gambelan dan masyarakat. Harapan kedepannya bagi penerus dan pewaris dari peninggalan sesepuh kita dulu semoga bisa dirawat, dipelihara dan dipelajari sebagai sarana dalam berkumpul, beryadnya,dalam upacara keagamaan khususnya kita sebagai umat hindu sedharma.
Daftar informan : 1. Kelian dinas banjar Buagan
2. Ketua sekaa gong Eka Swara Mekar Jaya
3. Sesepuh banjar Buagan

 

Comments are closed.