Archive for the ‘Tak Berkategori’ Category

ETIKA GAMBELAN BALI

Minggu, Juli 6th, 2014

ETIKA GAMBELAN BALI

ETIKAGambelan sebagai bunyi sesuai dengan uraian dalam prakempa, sebuah lonttar mengenai kosmologi, etika, dan estetika tentang gambelan Bali, dunia ini dipenuhi sinar dan warna. Setiap sinar dan warna itu terkait dengan posisi kardinal dalam lingkaran bumi Bali. Salah satu dari aspek etika yang dibahas dalam lontar Prakempa adalah apa yang dinamakan kutukan. Panca Tirta dan Panca Geni adalah dua kekuatan dalam kehidupan budaya Bali yang tak dapat dipisahkan satu sama lain sebagai simbol kehamonisan. Dengan melihat kedudukan para dewa dan atributnya dalam kosmologi gambelan Bali, jelas ini mencerminkan bahwa gambelan Bali itu bersifat religius berdasarkan prinsip yang dinamakan siwam (kesucian), styam (kebenaran), dan sundaram (keindahan). Demikianlah lontar prakempa memberi dasar tentang kosmologi gambelan Bali yang semuanya menunjukan falsafah, etika, dan estetika dalam gambelan. Seseorang yang mempelajari gambelan dari persepektif teknik permainan, tetapi juga mempelajari inti filsafat, etika, dan estetikanya.
Secara umum kata etika diartikan sebagai adat atau tata susila. Dipandang dari sudut ilmu agama etika merupakan pengetahuan normatif, menunjukan tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma kehidupan beragama. Etika memiliki kedudukan sebagai pengatur tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya, dengan lingkungan, dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam aktifitas gambelan Bali yang masih bersifat religius, etika memiliki peranan sangat penting dan menonjol dalam proses bermain gamelan. Pedoman untuk memahami etika dalam gambelan Bali terdapat dalam lontar Prakempa, Aji Ghurnita, dan lontar lain yang terkait dengan agama hindu. Dalam lontar prakempa dinyatakan bahwa gambelan sebagai musikal instrumen dibuat oleh para ahli berdasarkan suara bumi atau getaran gumi yang dalam lingkaran Dewata Nawasanga ditunggu oleh para dewa dan saktinya sesuai dengan kekuatan dan atributnya masing-masing. Seperti diuraikan juga dalam prasasti-prasasti Raja-raja Bali Kuna sebelumnya, gambelan Bali biasanya dibuat oleh seorang ahli gambelan dinamakan pande. Kata pande artinya seseorang yang memiliki keterampilan dalam menatah besi, tembaga, perunggu, perak atau emas. Seorang pembuat gambelan biasanya memiliki keahlian dalam mencampur kerawang atau perunggu (timah dan tembaga) dan lanjut membuatnya menjadi alat-alat gambelan. Keahlian membuat gambelan sebagai sebuah kerajinan seni diabdikan kepada bhagawan wiswakarma. Bhagawan wiswakarma dianggap sebagai dewanya para pengrajin seni seperti pengrajin perak, emas, besi, bambu, anyaman-anyaman termasuk kria seni. Pembuatan gambelan Bali memerlukan proses yang cukup panjang dan awal mula pembuatan gambelan itu didahului dengan memilih hari baik. Selain memilih hari baik seorang pande juga menyiapkan sesaji untuk sebuah upacara yangdisebut nuwasen, memulai penempaan bahan gamelan. Adapun sesajinya minimal meliputi daksina dan prasajeng santun yang terdiri dari beras, kepala, telur, jajan tradisional, dan bermacam-macam bunga yang berwarna-warni. Sesudah melalui proses yang cukup lama, pembuatan berjenis-jenis instrumen gambelan selesai dan biasanya masyarakat pemilik gambelan melakukan upacara pemelaspasan, penyucian untuk percobaan pertama penggunaan gambelan itu. Sesaji yang lebih besar disiapkan lagi dan biasanya percobaan ini dilakukan bersaman dengan pementasan tari-tarian yang terkait dengan pamelaspas itu. Sesudah diupacarai masyarakat diwajibkan memelihara gambelan dengan baik dan tertib, dan tidak seorang pun diperbolehkan untuk melangkahi gambelan tersebut.
Kini di Bali terdapat lebih baik dari 30 jenis barungan gambelan yang satu sama lain memiliki fungsinya masing-masing. Seperti diuraikan di atas ada 3 (tiga) jenis fungsi gambelan yang berbeda sesuai dengan prinsip desa, kala, dan patra (tempat,waktu dan keadaan) yaitu gambelan yang bersifat wali, bebali, dan balih-balihan. Fungsi –fungsi diatas juga menunjukan stratifikasi dalam gambelan baik dari segi sejarah, dan fungsinya. Sedangkan bentuk gambelan (genre) yang disajikan untuk memenuhi setiap fungsi menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Masing-masing golongan gambelan memiliki juga kelengkapan upacara yang berbeda. Gambelan-gambelan di Bali diberi upacara yang berbeda. Gambelan-gambelan di Bali diberi upacara pada hari sakral yang dinamakan hari Tumpek Krulut, yaitu hari Sabtu Kliwon Krulut yang secara siklus hadir setiap 210 hari sekali. Hari tumpek merupakan salah satu hari suci yang dianggap sakral oleh masyarakat Bali. Tumpek-tumpek ini adalah hari-hari transisi. Masyarakat Bali sangat menghargai waktu transisi sebagai saat yang sangat berbahaya, oleh karena itu perlu ada manajemen waktu yang baik dan dibina lewat upacara-upacara keagamaan. Masyarakat Bali menghormati waktu transisi seperti ngadaslemah (menjelang pagi), jeg ai (siang hari), sandikala (menjelang malam), tengah lemeng (tepat pukul 24:00) dan waktu-waktu lain yang sejenis. Tumpek wayang misalnya dianggap waktu yang penuh transisi yaitu transisi wuku, hari, tanggalan, dan pasaran. Bagi seorang bayi yang lahir pada wuku tumpek wayang harus diruwat dengan upacara sapuleger, yaitu sesaji khusus dan pementasan wayang kulit dengan lakon sapuleger atau lahirnya kama dan kala.
Salah satu aspek etika yang dibahas dalam lontar prakempa adalah apa yang dinamakan kutukan. Bagi seorang yang menjadi guru gambelan atau murid yang mendalami gambelan seharusnya memahami falsafah dasar dari lontar ini, berikut aturan-aturan yang menyertainya. Bagi mereka yang tidak mengindahkan seluruh aturan yang berlaku akan dikenai kutukan yang cukup dahsyat, dimana arwah mereka tidak akan memperoleh sorga bahkan mereka akan menjadi dasar kawah neraka. Mereka tidak dibenarkan untuk menitis lagi sebagai manusia, melainkan menjadi bintang rayap yang selalu dihina oleh manusia. Menghindari kutukan seperti itu setiap insan yang mempelajari gambelan setidaknya memulia aktifitasnya dengan membuat upacara sederhana, mempelajari falsafah, etika, dan estetika dalam gambelan sesuai dengan prinsip yang disebut siwam, satyam, sundaram (kesucian, kebenaran, dan keindahan).
Sumber : Bandem, I Made. “ Diatas Panggung Sejarah”, GAMBELAN BALI. 2013.

SEJARAH MUNCULNYA GAMBELAN DI BANJAR BUAGAN

Minggu, Juli 6th, 2014

SEJARAH MUNCULNYA GAMBELAN DI BANJAR BUAGAN

IMG_4677 copyDi era globalisasi saat ini, musik tradisi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ini bisa kita lihat dari komposisi lagu, bentuk instrument, dll. Di Bali Musik tradisional dinamakan karawitan. Istilah karawitan berasal dari kata rawit yang artinya halus (indah), Mendapat awalan ka dan akhiran an, menjadi karawitan yang berarti seni suara instrumental dan vokal yang menggunakan laras pelog dan selendro. Karawitan instrumental Bali disebut Gambelan, dan karawitan vokal disebut tembang atau sekar.
Gambelan Bali merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Bali yang sudah diwarisi sejak zaman yang lampau. Untungnya kebanyakan dari bentuk gamelan itu masih hidup sampai sekarang, yang mana kehidupannya didukungoleh vitalitas agama Hindu Dharma. Hampir tak ada satu pun upacara keagamaan di Bali yang sempurna tanpa ikut sertanya gamelan Bali. Untuk memudahkan penulisan asal mula gamelan Bali ini, perlu dibuat fase-fase perkembangan gambelan Bali sebagai berikut : Masa prasejarah (2000S.M.-Abad VIII); Masa Pemerintahan Raja-raja Bali Kuna (Abad IX-XIV); Masa Kedatangan Orang-orang Majapahit, Masa Kejayaan Raja-raja Gelgel dan Klungkung (Abad XIV-XIX); Masa Pemerintahan Belanda (1846-1945); Masa Kemerdekaan (1945-Akhir Abad XX) dan Masa Kini (Akhir Abad XX-Awal Abad XXI).
Sekarang saya akan menjelaskan tentang sejarah munculnya gambelan di wilayah tempat saya tinggal yaitu di Br. Buagan jalan imam bonjol no 250, menurut cerita dari sesepuh (orang tua kita dulu) pertama adanya gambelan di banjar buagan diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1980, gambelan yang dibeli saat itu ialah gambelan semara pegulingan, namun gambelan ini tidak bertahan lama karena beberapa alasan, seperti susahnya mencari pelatih yang ahli dibidang gambelan saih pelog 7 nada ini, selain itu untuk upacara keagamaan tidak cocok, kemudian dari hasil rapat pengurus banjar diputuskan untuk menukarkan gambelan tersebut dengan gambelan gong kebyar, namun hanya gong dari semara pegulingan yang disisakan karena akan digunakan untuk peresmian, dll. Setelah adanya gambelan gong kebyar dibanjar maka mulailah aktifitas belajar mengajar, berlatih megambel, selain itu dibanjar juga ada sekaa genjek yang cukup terkenal pada saat itu. Setelah beberapa proses latihan dilaksanakan maka dilaksanakan pentas tari dan tabuh serta genjek, acara ini dilaksanakan tiap tahun sehubungan dengan hari ulang tahun banjar.
Setelah acara itu berlangsung setiap tahun, mulailah muncul keputusan dari pemerintah kota denpasar bahwa akan dilaksanakan lomba baleganjur, maka dari itu untuk ikut serta dalam ajang lomba baleganjur yang baru pertama kali diadakan di desa pemecutan kelod ini banjar buagan membeli seperangkat gambelan baleganjur, setelah gambelan itu datang, maka dilaksanakan latihan yang benar-benar intensif, dari hasil rapat di pemerintahan maka ditunjuk lah banjar buagan sebagai tuan rumah dalam ajang lomba bergengsi tersebut, melecut lah semangat muda-mudi banjar buagan untuk ikut mensukseskan lomba tersebut, dengan hasil jerih payah yang tinggi, akhirnya banjar buagan keluar sebagai juara 1 dalam lomba tersebut, rasa gembira dan suka cita pun bercampur aduk jadi satu, suatu hasil yang membanggakan yang diraih oleh st.tenaya kusuma banjar buagan.
Setelah adanya 2 barungan gambelan tersebut, banjar buagan kembali membeli seperangkat gambelan angklung, gambelan ini dibeli karena untuk meringankan beban penduduk yang memiliki upacara kematian atau yang sedang berduka cita, pasalnya sebelum ada gambelan angklung dibanjar, penduduk banjar buagan yang memiliki upacara kematian biasanya menyewa gambelan angklung kebanjar tetangga, dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, maka dari itu dari hasil rapat pengurus banjar dihasilkan keputusan untuk membeli seperangkat gambelan angklung. Setelah datangnya gambelan angklung, sekaa gong swara mekar jaya banjar buagan mulai belajar megambel angklung, sekaa gong yang baru mendapatkan juara 1 lomba baleganjur tersebutlah yang mempelajari gambelan angklung paling pertama, gambelan ini ada sekitar tahun 2000. Namun sampai sekarang masih belum ada penerus sekaa angklung dibanjar buagan, yang masih aktif hanyalah sekaa angklung senior atau yg sudah lanjut usia, generasi muda dibanjar buagan sampai saat ini masih belum mempelajarinya hanya baru sebatas mempelajari gong kebyar dan baleganjur saja. Ini mungkin disebabkan karena pelatih dari barungan gambelan angklung masih belum ada, tidak seaktif 2 barungan gambelan lain yang ada dibanjar buagan. Semoga saja generasi muda disini bisa mempelajarinya lebih awal dan tidak harus menunggu sampai sekaa angklung senior ini bubar atau sudah tidak bisa ngayah lagi.
Ada cerita menarik dari munculnya gambelan angklung dibanjar buagan, setelah mempelajari beberapa gending, kemudian banjar buagan untuk pertama kalinya mengikuti lomba layang-layang yang diadakan oleh pelangi bali, saking terobsesinya untuk ikut memeriahkan lomba tersebut, sekaa teruna-teruni banjar buagan sampai-sampai membawa 2 barungan gambelan yakni baleganjur dan angklung, sungguh pengalaman yang sangat luar biasa, bagaimana tidak disana kita mendapatkan perhatian yang lebih dari peserta lain, juri, komentator,dan penonton yang ikut serta meramaikan lomba tersebut. Saking semangatnya untuk meramaikan acara tersebut dan dengan semangat yang bergebu-gebu akhirnya sekaa teruna tenaya kusuma mendapatkan juara 2 lomba layang-layang tradisional katagori bebean. Ini memang pengalaman yang sungguh menggembirakan sekaligus paling mengesankan yang pernah terjadi dibanjar buagan.
Itulah beberapa cerita singkat tentang sejarah munculnya gambelan di banjar Buagan, dan juga beberapa cerita menarik bersama gambelan dan masyarakat. Harapan kedepannya bagi penerus dan pewaris dari peninggalan sesepuh kita dulu semoga bisa dirawat, dipelihara dan dipelajari sebagai sarana dalam berkumpul, beryadnya,dalam upacara keagamaan khususnya kita sebagai umat hindu sedharma.
Daftar informan : 1. Kelian dinas banjar Buagan
2. Ketua sekaa gong Eka Swara Mekar Jaya
3. Sesepuh banjar Buagan

 

OGOH-OGOH DI ERA GLOBALISASI

Minggu, Juli 6th, 2014

OGOH-OGOH DI ERA GLOBALISASI

Ketut JuliantaraHari raya suci umat hindu di Bali sangat erat hubungannya dengan perayaannya, salah satu hari raya suci yang dirayakan oleh seluruh umat hindu ialah Nyepi, hari raya suci yang jatuh setiap 1 tahun sekali ini memiliki perayaan yang bisa dibilang paling meriah dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat di Bali khususnya, sehari sebelum hari raya nyepi dilaksanakan pengerupukan, pada saat inilah dilakukan upacara untuk mengusir bhuta kala dalam bentuk pengarakan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan sejenis patung yang melambangkan makhluk Bhuta Kala dalam kebudayaan Bali. Mengikut ajaran agama Hindu di Bali, Bhuta Kala melambangkan kekuatan (Bhu) alam semesta dan masa (Kala) yang tak terukur dan tak terhingga. Bhuta Kala digambarkan sebagai puaka atau raksasa yang besar dan menakutkan. Selain berbentuk raksasa, Ogoh-ogoh juga digambarkan dalam bentuk makhluk-makhluk yang hidup di alam fana, syurga maupun neraka, seperti naga, gajah, garuda, Widyadari, ataupun dewa. Kebelakangan ini, ada ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai tokoh terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbaur politik atau diskriminasi walaupun tidak selaras dengan prinsip asas ogoh-ogoh, misalnya ogoh-ogoh yang menyerupai seorang pengganas.
Tujuan utama ogoh-ogoh adalah sebagai lambang Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa lalu akhirnya dibakar hingga hangus pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan dan penganut agama Hindu Bali, upacara ngrupuk ini melambangkan kesedaran insan terhadap kehebatan alam semesta dan peredaran masa. Kehebatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat menentukan sama ada makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju ke arah kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini bergantung pada kemuliaan manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seluruh dunia.
Nama Ogoh – ogoh itu sendiri diambil dari sebutan ogah-ogah dari bahasa Bali. Artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Dan tahun 1983 merupakan bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di Bali. Pada tahun itu mulai dibuat wujud-wujud bhuta kala berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali. Ketika itu ada keputusan presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari libur nasional. Semenjak itu masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh, di beberapa tempat di Denpasar. Budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
Ogoh – Ogoh ini dimaksudkan mengembalikan bhutakala ketempat asalnya. Sebelumnya ada tradisi Barong Landung, Tradisi Ndong Nding dan Ngaben Ngwangun yang menggunakan ogoh-ogoh Sang Kalika, bisa juga merujuk sebagai cikal bakal wujud ogoh-ogoh. Di dalam babad, tradisi Barong Landung berasal dari cerita tentang seorang putri Dalem Balingkang, Sri Baduga dan pangeran Raden Datonta yang menikah ke Bali. Tradisi meintar mengarak dua ogoh-ogoh berupa laki-laki dan wanita mengelilingi desa tiap sasih keenam sampai kesanga. Visualisasi wujud Barong Landung inilah yang dianggap sebagai cikal bakal lahirnya ogoh-ogoh dalam ritual Nyepi.

`Ogoh Ogoh Bali ini adalah seni kebudayaan yang menarik dan menghibur juga penuh banyak makna yang terkandung di dalamnya sebagai ciri dari martabat bangsa, berikut adalah Gambar Foto Proses sekilas tentang Ogoh ogoh bali yang terkenal diseluruh dunia. yang terbuat dari rangka Bambu. Pada umumnya ogoh-ogoh terbuat dari bambu yang dianyam sedemikian rupa untuk membentuk sebuah ogoh-ogoh, baik itu berupa tokoh pewayangan atau tema lainnya. Namun kini ogoh-ogoh mulai dimodifikasi oleh sejumlah perajin, bahan bambu atau kayu yang dianggap terlalu berat dan rumit kini diganti dengan gabus.
Selain lebih ringan, ogoh-ogoh gabus ini juga mampu menjadi inspirasi bagi warga yang hendak menggunakan ogoh-ogoh sebagai dekorasi. “Sekarang saya arahkan pakai gabus, karena untuk pendidikan, supaya mereka bisa belajar membuat patung untuk dekorasi, di hotel-hotel juga bisa. Proses pembuatannya tidak banyak berbeda dengan ogoh-ogoh bambu, hanya saja ogoh-ogoh gabus memerlukan ketelitian dalam hal merancang pola yang akan dibentuk. Jika salah memotong gabus, maka bentuknya pun bisa tidak simetris. Lama pembuatan ogoh-ogoh gabus ini juga lebih singkat dibanding dengan ogoh-ogoh dari bambu.
Selai menggunakan gabus, kini teknologi sudah mulai masuk kedalam.nya. pemuda-pemuda dibali atau yang sering disebut dengan sekaa truna truni kini berlomba-lomba untuk membuat suatu hasil karya ogoh-ogoh dengan tema yang baru dan dengan teknologi didalamnya, seperti ogoh-ogoh dibanjar buagan desa pemecutan kelod denpasar barat ini, sekaa truna truni tenaya kusuma (nama organisasi pemuda dibanjar buagan) membuat satu ogoh-ogoh dengan mengambil tema “kroda sang narasinga”. Ogoh-ogoh ini mereka buat untuk mengikuti parade ogoh-ogoh yang dilaksanakan oleh pemerintah kota denpasar. Didalam proses pembuatannya, mereka memasukan teknologi dalam hal pemutaran senjata cakra dan gadha, dengan tambahan gir dan dinamo serta menggunakan teknik pemutaran dalam kipas angin. Ini semua dibentuk sedemikian rupa dan dipasang diujung jari untuk cakra, sedangkan pemutaran gadha dilakukan pada ujung senjata gadha tersebut.selain itu ada juga penambahan pemasangan lampu-lampu, yang pertama pemasangan lampu laser pada setiap mata ular yang ada dibelakang kepala ogoh-ogoh, selain itu juga ada di bawah ogoh-ogoh untuk menerangi ke atas serta pada ujung lutut untuk menerangi tapel( kepala ogoh-ogoh), untuk menerangi ogoh-ogoh pada waktu malam hari dipasang lampu pada setiap ujung sanan(bambu yang dirangkai untuk mengangkat ogoh-ogoh). Semua rangkaian ini dibantu oleh genzet untuk menggerakan senjata dan menghidupkan lampu.nya, semua kontruksi ini benar-benar dipikirkan secara matang sebelum proses pembuatan badan ogoh-ogoh dimulai. Dengan semua persiapan yang dilakukan akhirnya ogoh-ogoh kroda sang narasinga berhasil lolos mewakili kecamatan denpasar barat untuk ikut dalam parade ogoh-ogoh yang dilaksanakan di seputaran patung catur muka, puputan badung. Sungguh suatu hasil yang sangat membanggakan yang telah diraih oleh sekaa truna truni tenaya kusuma.
Daftar informan : I Wayan Dika Sutirta (undagi ogoh-ogoh dibanjar Buagan)
I Putu Indra Mahardika (seniman Banjar Buagan)

KAJAR TRENTENG

Minggu, Juli 6th, 2014

KAJAR TRENGTENG DALAM BARUNGAN SEMARA PEGULINGAN

index

Salah satu kesenian yang ada di Bali ialah Karawitan. Karawitan menurut bapak Drs. I Wayan M. Aryasa adalah musik tradisi masyarakat indonesia yang berlaraskan pelog dan selendro. Musik tradisi Bali dapat dibedakan menjadi 2, yaitu musik tradisi yang berupa vokal (karawitan vokal) dan berupa instrumental (karawitan instrumental). Karawitan vokal adalah suatu bentuk musik tradisi yang mempergunakan suara manusia sebagai sumber bunyi, yang dalam bahasa Bali disebut Tembang. Sedangkan karawitan instrumental adalah bentuk musik tradisi yang mempergunakan alat-alat sebagai sumber bunyi. Di Bali terdapat beberapa bentuk barungan gambelan yang terdiri dari bermacam-macam alat/instrumen, seperti: gender, kendang, suling, ceng-ceng, dan gong yang berlaraskan pelog dan selendro. Dalam kehidupan masyarakat di Bali yang makin komplek ini, masih dijumpai sekitar 30 jenis perangkat gambelan dan tiap-tiap perangkat memiliki kekhasan tersendiri (Bandem,1982;3). Salah satu jenis gambelan tersebut adalah semara pegulingan.
Semara Pegulingan adalah merupakan salah satu gambelan yang ada diBali, gambelan ini berlaras pelog 7 nada, Gamelan yang dalam lontar Catur Muni-muni disebut dengan gamelan semara aturu ini adalah barungan madya, yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gamelan Semar Pagulingan (semar=semara, pagulingan=peraduan) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan ke peraduan (tidur). Kini gamelan ini bisa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental maupun mengiringi tari-tarian/ teater. biasanya barungan gambelan ini digunakan untuk mengiringi upacara manusa yadnya. Salah satu instrument yang terdapat dalam barungan gambelan semara pegulingan adalah kajar trengteng, kajar trengteng ini merupakan instrument pembawa tempo sama seperti instrument kajar yang terdapat dalam barungan gong kebyar, namun ada beberapa hal yang membedakan.nya, seperti fungsi, bentuk, tehnik dan alat pemukulnya.
fungsi kajar trengteng dalam barungan gambelan semara pegulingan adalah selain fungsi utamanya sebagai pembawa tempo, fungsi yang membedakannya dari instrument pembawa tempo lainnya adalah memperjelas pukulan kendang, kendang yang digunakan dalam gambelan semara pegulingan adalah kendang krumpungan lanang dan wadon, kendang tersebut mempunyai 4 motif suara pukulan, 4 motif suara inilah yang dapat diikuti oleh kajar trengteng, fungsi ini sangat amat berpengaruh terhadap satu gending (lagu) dalam gambelan berlaras pelog 7 nada ini. Tapi tak selamanya dia berfungsi mengikuti suara kendang, hanya pada aksen-aksen tertentu atau sesuai kebutuhannya saja.seperti contohnya pada gending iringan tari legong kuntul, pada saat penari melakukan gerakan mapal (berjalan) kajar trengteng berfungsi sebagai tempo sesuai dengan gending pada saat gerakan itu, namun pada bagian pengawak kajartrengteng berubah fungsi dari pembawa tempo menjadi memperjelas pukulan kendang atau mengikuti suara kendang.
Bentuk dari kajar trengteng juga berbeda dari kajar yang terdapat dalam barungan gambelan gong kebyar atau tawa-tawa dalam barungan baleganjur.bentuk dari kajar trengteng hampir sama dengan bebende yang memiliki pencon yang hampir sejajar dengan lambih(pinggiran) kajar tersebut namun ukurannya jauh lebih kecil dari bebende. Ukuran diameter lebih kurang 15 – 17 cm, dan tinggi 8 – 10 cm dengan ketebalan lebih kurang 1 – 2 mm.
Dalam memainkan instrument kajar trengteng memiliki tehnik yang khusus, artinya kita harus mengetahui jenis pukulan dan suara kendang yang pada kendang krumpungan terdapat 4 jenis suara pukulan. Yang pertama ada deng, tut, kom, dan pang, jenis suara inilah yang harus diikuti oleh kajar trengteng yang fungsinya sebagai memperjelas pukulan kendang. Jika fungsinya sebagai tempo, kita hanya perlu menutup lambih dari kajar dengan tangan kiri dan memukul penconnya dengan panggul menggunakan tangan kanan, hampir sama dengan tehnik memainkan kajar dalam barungan gambelan berlaras pelog 5 nada itu. Tapi jika fungsinya mengikuti suara kendang, disini memiliki beberapa tehnik untuk memainkannya. Jika mencari suara deng pada kendang krumpungan wadon, dalam kajar trengteng kita memainkannya dengan cara memukul lambih agak kedalam dengan panggul(alat pemukul) dengan tangan kanan tanpa menutupnya dengan tangan kiri, selanjutnya jika mencari suara ‘tut’ pada instrument kendang krumpungan lanang, dalam kajar trengteng kita memainkannya dengan cara memukul pencon(atau bagian tengah) dalam kajar trengteng dengan menggunakan panggul yang dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri menutup lambih dari kajar tersebut. Jika mencari suara ‘kom’ pada instrument kendang krumpungan wadon, pada instrument kajar trengteng kita memainkannya dengan cara memukul lambih bagian pinggir dari kajar trengteng dengan panggul menggunakan tangan kanan dan menutup lambih bagian satunya dengan tangan kiri, selanjutnya jika mencari suara ‘pang’ pada instrument kendang lanang krumpungan, dalam instrument kajar trengteng kita memainkannya dengan cara memukul lambih bagian pinggir dari kajar trengteng dengan menggunakan panggul yang dipegang oleh tangan kanan dengan tidak menutup lambih bagian yang lain dengan tangan kiri. Itulah tadi beberapa tehnik untuk memainkan kajar trengteng dalam barungan gambelan semara pegulingan.
Alat pemukul (untuk memainkannya) yang sering disebut dengan panggul dalam memainkan instrument kajar trengteng sangat berbeda dari panggul instrument berpencon lainnya. Seperti panggul kajar, trompong, riong dalam barungan gambelan gong kebyar memiliki bentuk yang hampir sama dan dilengkapi dengan tali yang melilitnya, fungsi dari tali tersebut adalah untuk sedikit meredam suara yang dihasilkan dalam memainkan instrument tersebut, namun pada kajar trengteng tidak seperti itu, panggul kajar trengteng terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa yang hampir menyerupai huruf S yang memiliki panjang kira-kira 20cm yang jelas sangat berbeda dengan bentuk dari panggul yang lainnya dan tanpa dililit dengan tali. Cara memegang panggul tersebut hampir sama dengan cara memegang panggul riong yaitu dengan menggenggam panggul tersebut dengan menggunakan tangan kanan, 4 jari memegang erat panggul tersebut dan satu jari telunjuk diluruskan, ini berfungsi untuk menyeimbangkan panggul tersebut saat dimainkan.
Daftar informan : 1. I Wayan Suarjaya S.Sn
2. I Putu Eka Arya S. S.Sn
(pengerajin gambelan)

SEJARAH BANJAR BUAGAN

Senin, Mei 5th, 2014

SEJARAH SINGKAT BANJAR BUAGAN

 IMG_4126Banjar Buagan adalah banjar dimana tempat saya tinggal,banjar yang beralamat di jalan imam bonjol no 250 ini sudah ada diperkirakan sejak tahun 1950, dimana para sesepuh atau orang tua kita dulu membuat suatu perkumpulan untuk tempat mereka berbagi pengalaman, gotong royong dan lain sebagainya, nama banjar buagan sendiri diambil dari kata buag/bueg yang berarti kotor, menurut sejarah yang berkembang dimasyarakat, sebelum adanya banjar buagan tempat ini adalah tanah yg ditumbuhi pepohonan yang jelas tidak terawat atau kotor, kemudian oleh para warga sekitar dibersihkan dan dibangunlah sebuah bangunan untuk mereka berkumpul membentuk suatu organisasi dan diberilah nama tempat itu buagan. seperti banjar-banjar lainnya, buagan juga dipimpin oleh seorang kelian dinas dan kelian adat, kelian dinas yang sekarang masih menjabat bernama A.A. Mayun Sudarsana,st. Kelian dinas sudah mengalami 6 kali pergantian masa periode kelian dinas, sama dengan kelian adat yang sedang menjabat saat ini adalah I Wayan Budi, ini juga sudah mengalami pergantian masa periode kelian adat, dibanjar buagan juga terdapat pkk, pkk adalah istilah lain untuk menyebutkan organisasi ibu-ibu yang berada dilingkungan banjar, selain itu juga terdapat sekeha teruna-teruni yang diberi nama sekeha teruna-teruni Tenaya Kusuma, sekeha teruna-teruni ini adalah sebutan untuk suatu kelompok atau organisasi pemuda dan pemudi yang terdapat dilingkungan banjar, selain PKK dan STT(sekeha teruna-teruni) juga ada perkumpulan(sekeha) sekeha santhi Dharma Sadhu Sawitra, sekeha gong anak-anak dan dewasa Eka Swara Mekar Jaya, sanggar tari Puspa Mekar Jaya, pencak silat Bakti Negara, dll. Sarana dan prasarana dibanjar juga bisa dikatakan sangat mendukung bagi berlangsungnya semua kegiatan yang ada dibanjar, banjar Buagan memiliki satu barungan gambelan gong kebyar dengan motif kuno(tanpa prada dan ukiran yang sederhana) ada keinginan dari pemuda untuk merubah gambelan itu menjadi yg lebih kekinian/modern, tapi tidak diijinkan oleh para sesepuh kita karena itu merupakan suatu peninggallan sejarah yg ada dibanjar buagan dan tidak boleh dirubah karena gambelan ini sudah ada sejak banjar ini didirikan dan bisa bertahan sampai saat ini, selain itu banjar buagan juga memiliki satu barungan angklung keklentangan, satu barungan baleganjur, dan tempat latihan beserta alat yg mendukung latihan dari pencak silat bakti negara Buagan, dibanjar Buagan juga terdapat koperasi simpan pinjam yg diberi nama Ngardi Jaya, koperasi ini sangat amat mendukung pemasukan dari banjar Buagan, koperasi ini juga melayani siapa saja tidak harus dari penduduk banjar buagan saja tapi bisa juga dari luar lingkungan banjar, dibanjar buagan juga terdapat lapangan bulu tangkis, dulunya ini disewakan oleh banjar agar adanya pemasukan, tapi kini sudah diperuntukan untuk generasi muda dibanjar yg ingin meningkatkan kualitasnya sekaligus menyalurkan hobinya bermain bulu tangkis, selain lapangan bulu tangkis kini sedang dibangun lapangan futsal disebelah barat banjar, lapangan ini dibuat bekerjasama dengan pihak luar yg mendukung kegiatan banjar Buagan, dari semua sarana dan prasarana yg ada serta organisasi dibanjar hanya sekeha santhi yang belum ada generasinya, dari pihak banjar kesulitan untuk mencari bibit untuk generasi selanjutnya. Semua kegiatan berlangsung seperti biasa, banjar buagan juga sudah menghasilkan beberapa prestasi, diantaranya dari bidang olahraga, merebut 3 emas, 2 perak dan 4 perunggu dalam lomba pencak silat memperebutkan piala walikota, ditingkat provinsi juga pernah sebagai juara satu lomba terompak(lomba lari menggunakan sandal bakiak) banjar buagan juga mewakili bali ketingkat provinsi, dan masih banyak lagi dari tingkat desa dll. Dalam bidang seni, banjar Buagan juga menghasilkan beberapa prestasi, diantaranya juara 2 lomba baleganjur, juara 1 lomba tari bali anak-anak, juara umum loba mekekawin,dll, kegiatan dari pemuda pemudi banjar Buagan bisa dikatakan sangat aktif atau padat, setiap 3 tahun sekali stt tenaya kusuma mengadakan kegiatan penggalian dana berupa bazaar, hasil dari penggalian dana ini digunakan untuk menunjang setiap kegiatan yang ada di pemuda, dari mulai acara ulang tahun pemuda yang jatuh pada tanggal 11 maret, pada acara ulang tahun ini biasanya juga dilaksanakan pesta rakyat, pesta rakyat yang dimaksud diantaranya ada kegiatan jalan santai, donor darah, lomba untuk anak-anak seperti lari kelereng, makan kerupuk, lari karung, pemberian bantuan kepada veteran yang sudah berjasa bagi banjar Buagan, bantuan kepada keluarga tidak mampu dilingkungan banjar, dan malam harinya diadakan evaluasi tari kenaikan tingkat tari dan tabuh serta penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba, pada tahun ini kegiatan ulang tahun pemuda juga disertai dengan lomba ogoh-ogoh anak-anak, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari bibit-bibit baru lingkungan banjar dalam hal pembuatan ogoh-ogoh. Selain kegiatan dari dalam banjar, STT Tenaya Kusuma juga sering mengikuti kegiatan yg diadakan oleh kota denpasar, diantaranya mengikuti lomba ogoh-ogoh serangkaian menyambut hari raya nyepi, banjar buagan mendapatkan nilai terbaik ke 4 dan ditunjuk mewakili kecamatan Denpasar Barat dalam pawai ogoh-ogoh yang diadakan dilapangan puputan badung, tapi untuk tahun ini, STT Tenaya Kusuma lebih memfokuskan diri untuk kegiatan ulang tahun yg disertai dengan pesta rakyat yang sudah jelas akan dinanti-nanti kehadirannya. Selain itu pemuda-pemudi banjar Buagan juga rutin mengadakan acara di sungai badung serangkaian menyambut hari kemerdekaan republik indonesia yang jatuh pada tanggal 17 agustus,  kegiatan yang dilaksanakan diantaranya konser musik, penampilan tari dan tabuh, lomba mancing, gebug bantal, panjat pinang, lomba menangkap bebek bagi ibu-ibu pkk, dll. Bahkan banjar buagan pernah mendapatkan penghargaan dari museum rekor indonesia (MURI) serangkaian pelaksanaan konser musik diatas sungai dan penonton terbanyak menonton konser musik diatas sungai. Semua kegiatan itu dilaksanakan berkat dukungan dari semua pihak, seperti pemerintah kota dan provinsi, instansi-instansi dll, semoga apa yang ada dibanjar buagan dan semua kegiatannya dapat mendukung dan ikut mensukseskan program pemerintah dalam hal memajukan seni dan budaya dibali khususnya dan juga mewadahi kreatifitas anak muda dalam bidang seni ataupun olahraga.