Pengertian Abjad, Suku Kata, Kata, Frasa, Klausa, Kalimat, Paragraf dan Teks

April 17th, 2018
  1. Pengertian Abjad

Abjad adalah suatu kumpulan huruf berdasarkan urutan yang umum atau baku.

  1. Pengertian Suku Kata

Suku Kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan nafas dan umumnya terdiri dari beberapa fonem.

  1. Pengertian Kata

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dari satu atau lebih marfem.

  1. Pengertian Frasa

Frasa adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau lebih yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks).

  1. Pengertian Klausa

Klausa adalah sebuah satuan grammatikal yang terdapat dalam tata bahasa, klausa memiliki susunan kata melebihi frasa namun kurang lengkap untuk menjadi kalimat.

  1. Pengertian Kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diungkapkan dengan suara naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.

  1. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu kumpulan dari kesatuan pikiran yang kedudukanya lebih tinggi serta lebih luas daripada kalimat. Atau dapat diartikan pula paragraf adalah bagian dari sebuah karangan yang terdiri dari beberapa kalimat.

  1. Pengertian Teks

Teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual.

Baleganjur “I Gusti Ngurah Rai”

April 8th, 2018

Garapan Baleganjur “I Gusti Ngurah Rai” ini mengambil konsep penggambaran jiwa patriot dan keperwiraan salah satu sosok pahlawan kelahiran Desa Carangsari, Badung yakni I Gusti Ngurah Rai. Perang habis-habisan (atau disebut “Puputan”) melawan penjajah dalam merebut kemerdekaan Indonesia pada tanggal 20 Nopember 1946 itulah menjadi sebuah peristiwa monumental sosok I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wanara di Marga, Tabanan. Hingga dar peristiwa tersebut dibuatkan monumen peringatan Puputan Margarana yang menjadi satu kawasan dengan Taman Makan Pahlawan (TMP) Margarana yang terletak di Banjar Kelaci, Desa Marga, Tabanan dan peristiwa perang tersebut diperingati sebagai Hari Puputan Margarana.

 

Perbedaan Objek Dan Pelengkap

April 3rd, 2018

Kehadiran objek sangat ditentukan oleh unsur yang menduduki fungsi predikat. Objek wajib hadir dalam klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba aktif transitif, sebaliknya objek bersifat opsional jika predikat berupa verba intransitif (Ramlan, 1987:93-95; Alwi et al., 1993:368-369; Sukardi, 1997:9). Di dalam tata bahasa tradisional, pengertian objek dicampuradukkan dengan pengertian pelengkap. Pelengkap disebut juga objek (Hudawi, 1953; Alisjahbana, 1954; Wiejosoedarmo, 1984), sedangkan Poedjawijatna (1956:28) menyebutkan bahwa objek mencakupi pula pelengkap. Objek dan pelengkap memang memiliki kemiripan. Keduanya terletak sesudah predikat dan sering berwujud nomina atau frasa nomina.

 

Objek (O)

Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif.  Objek pada kalimat aktif  akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek  umumnya berkatagori nomina.

Berikut contoh objek dalam kalimat:

  1. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
  2. Adik dibelikan sebuah buku.
  3. Kami telah memicarakan hal itu

Suster ane, sebuah buku, dan hal itu  pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.

Pelengkap (PEL)

Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.

Contoh:

  1. Indonesia berdasarkan Pancasila
  2. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
  3. Kaki Cecep tersandung batu.

 

Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

  • Langsung di Belakang Predikat. Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
  • Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif. Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
  • Didahului kata Bahwa. Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

Ciri-Ciri Pelengkap

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

  • Di Belakang Predikat. Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.

Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

  1. Diah mengirimi saya buku baru.
  2. Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului

  • Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.

Contoh :

1. Pemuda itu bersenjatakan parang.

Kata parang adalah pelengkap.

Bersenjatakan apa ? jawabannya yakni Parang (maka parang sebagai pelengkap)

2. Budi membaca buku.

Membaca apa ? jawabannya yakni Buku (buku sebagai obyek karena dapat menempati Subyek/predikatnya berbentuk kata kerja)

 

Perbedaan Objek dengan Pelengkap

          Perbedaan objek dengan pelengkap dapat dilihat berdasarkan rincian berikut:

  1. Objek berkategori nomina, sedangkan pelengkap berkategori nomina, verba, ajektiva, dan preposisional.
  2. Objek berada di belakang verba transitif-aktif, sedangkan pelengkap berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif.
  3. Objek dapat menjadi subjek apabila dipasifkan, sedangkan pelengkap tidak bisa dipasifkan, jika dipasifkan, tidak bisa sebagai subjek.
  4. Objek tidak bisa didahului preposisi, sedangkan pelengkap bisa didahului preposisi.
  5. Objek dapa diganti dengan –nya, kecuali jika didahului oleh preposisi selain di, dari, ke, akan.

 

Sumber :

http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=99

http://ht87.multiply.com/calendar/item/10029?&show_interstitial=1&u=%2 Fcalendar%2Fitem

Sejarah Tari Di Bali

Maret 26th, 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman Pra-Hindu kehidupan orang-orang di Bali dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-tarian meraka menirukan gerak-gerak alam sekitarnya seperti alunan ombak, pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi mereka juga mengabdikan kehidupannya kepada kehidupan sepiritual. Kepercayaan mereka kepada Animisme dan Totemisme menyebabkan tari-tarian mereka bersifat penuh pengabdian, berunsurkan Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu dari beberapa bentuk tari bali yang bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah sang hyang. Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan bahwa Tari Bali akan selalu di kenang sepanjang masa sehingga tarian bali tetap dilestarikan sebagai budaya dunia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapat adalah :

  1. Bagaimana sejarah kemunculan tari Bali?
  2. Apa saja jenis-jenis tari Bali?
  3. Apa pengertian tari Bali?
  4. Apa saja dasar-dasar tari Bali?
  5. Bagaimana klasifikasi tari Bali?
  6. Apa fungsi dari tari Bali?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

  1. Untuk mengetahui sejarah kemunculan tari Bali.
  2. Untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan tari Bali.
  3. Untuk memberikan sedikit pemahaman mengenai tari Bali, dengan harapan paper ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan paper ini penulis hanya menggunakan metode pustaka yakni mencari sumber-sumber pembelajaran yang terdapat di internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Seni Tari

Sejarah dimulai dari masyarakat feudal kemudian berlanjut ke masyarakat modern hingga sekarang. Pada masyarakat feodal perkembangan Tari Bali ditandai oleh elemen kebudayaan hindu. Pengaruh hindu di Bali berjalan sangat pelan-pelan. Dimulai pada abad VII yaitu pada pemerintahan raja ugra sena di Bali. Kebudayaan bali yang berdasarkan atas penyembahan leluhur ( animisme dan totemisme) bercampur dengan Hinduisme dan budhisme yang akhirnya menjadi kebudayaan hindu seperti yang kita lihat sekarang catatan tertua yang menyebutkan tentang berjenis-jenis seni tari ditemui di jawa tengah yaitu batu bertulis jaha yang berangka tahun 840 Masehi. Pada zaman Feodal tari berkembang di istana, berkembang juga dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kepentingan agama yang tidak pernah absen dari tari dan musik. Di dalam masyarakat modern yang dimulai sejak kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, patromisasi dari kerajaan-kerajaan di zaman Feodal mulai berkurang. Pada masa ini banyak diciptakan kreasi-kreasi baru, walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan kepada nilai tradisional; yaitu hanya perubahan komposisi dan interpretasi lagu kedalam gerak.

B.Jenis-Jenis Tari

Adapun jenis-jenis tari Bali menurut perkembangan sejarah adalah :

  1. Seni Tari Tradisional : Seni tari tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
  2. Seni Tari Kontemporer : Seni tari kontemporer Indonesia meminjam banyak pengaruh dari luar, seperti tari ballet dan tari modern barat.

C. Pengertian Tari

Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh manusia. Dari pengertian tersebut tampak dengan jelas bahwa hakekat daripada tari adalah gerak.

Sehubungan dengan hal tersebut dalam buku Kamus umum Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa:

“Tari adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian (seperi musik, gamelan)”. Poerwadarminta, (1976 : 1020). Gerak-gerak dari bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Selanjutnya dalam buku pendidikan seni tari disebutkan bahwa “seni tari adalah ungkapan nilai-niliai keindahan dan keluhuran lewat gerak dan sikap”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan seni tari dalam judul skripsi ini adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak keseluruhan tubuh yang indah. Gerak ini ditata dengan irama lagu pengiring sesuai dengan lambang watak dan tema tari.

D. Dasar-Dasar Tari Bali

  1. Agem : Agem adalah sikap pokok yang mengandung suatu maksud tertentu yaitu suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari satu sikap pokok ke sikap pokok yang lain. Agem terdiri dari bermacam-macam bentuk misalnya, mungkah lawang, ngerajasinga, nepuk kampuh, ngeteg-pinggel, dan lain-lain.
  2. Tandang : Tandang adalah cara memindahkan suatu gerakan pokok kegerakan pokok yang lain, sehingga menjadi satu rangkaian gerak yang bersambungan. Tandang di bagi menjadi 3 bagian yaitu :
  3. Abah : perpindahan gerak kaki menurut komposisi tari.
  4. Tangkis : perkembangan tangan seperti luknagasatru, nerudut dan ngelimat
  5. Tangkep : Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari yaitu suatu ekspresi yang timbul melalui cahaya muka.Tangkep terdiri dari beberapa macam yaitu :
  6. Luru : yaitu rasa gembira yang luar biasa yang diwujudkan dengan mimik
  7. Encah cerengu : yaitu perubahan dari suatu mimik kemimik yang lain
  8. Manis cerengu : yaitu senyum sambil mendelikan mata.

E. Klasifikasi Tari Bali

1. Tari menurut fungsi

  • Seni tari Wali/Sakral (religius dance), tarian ini berfungsi sebagai pelengkap pelaksana dalam upacara keagamaan yang dilakukan di Pura pada saat upacara agama, sebagai pelaksana upacara dan upakara agama tidak pakai lakon contohnya tari Rejang, tari Pendet.
  • Seni tari Bebali/ceremonial dance, adalah seni tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara/upakara di Pura-pura atau di luar pura pada umumnya memakai lakon, contohnya Drama Tari, Topeng, Arja.
  • Seni tari Bali-balian (secular dance), adalah segala tari yang mempunyai unsur dan dasar tari dari seni tari yang luhur yang tidak tergolong tari wali ataupun tari bebali serta mempunyai fungsi sebagai seni serius dan seni hiburan. Contohnya, tari Legong, Tari Oleg Tamulilingan, dll.

Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut fungsinya tari dibedakan menjadi tiga yaitu: Tari Wali merupakan tarian sakral yang hanya ditarikan di tempat-tempat suci, Tari Bebali, yang masih ada hubungannya dengan upacara adat baik di Pura maupun di luar Pura yang sudah memakai lakon, tari Bali-balian, tarian yang sudah mengandung unsur seni dan hiburan.

2. Tari menurut koreografer

  • Tarian Rakyat, adalah tarian yang sudah mengalami perkembangan masyarakat primitif sampai sekarang. Tarian ini sangat sederhana dan tidak begitu mengindahkan norma-norma keindahan dan bentuk yang standar. Pada zaman masyarakat primitif tarian ini merupakan Tarian Sakral yang mengandung magis. Gerak-gerik tariannya sangat sederhana karena yang dipentingkan adalah keyakinan yang terletak di belakang tarian tersebut., contohnya tarian meminta hujan, tarian untuk mempengaruhi binatang buruan.
  • Tari Klasik, adalah tari yang semula berkembang dikalangan Raja dan bangsawan yang telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi sehingga memiliki nilai tradisional.
  • Tari Kreasi Baru, adalah tarian yang sudah diberi pola garapan baru, tidak lagi terikat kepada pola-pola yang telah ada dan lebih menginginkan kebebasan dalam hal ungkapan meskipun sering gerakannya berbau tradisi.

3. Tari menurut cara penyajian

Jenis tari menurut penyajiannya dibagi 3 yaitu:

  • Tari Tunggal, adalah tari pertunjukan yang hanya ditarikan oleh satu orang penari.
  • Tari Berpasangan, adalah tarian yang dilakukan oleh dua peran, diantara peran yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi atau ada kaitan yang erat di dalam koreografinya baik berpasangan sejenis maupun berpasangan tidak sejenis.
  • Tari Massal, adalah tarian ini bisa juga disebut drama taro karena selain diuraikan banyak orang juga membawakan suatu cerita lengkap atau sebagian.
  • Tari menurut tema atau isinya
  • Tari Panthomin, yaitu tarian yang menirukan gerak-gerik dari objek yang terdapat diluar diri manusia.
  • Tari Erotik, adalah tarian yang mengandung isi yang erotis atau percintaan.
  • Tari Eroik/Tari Kepahlawanan, yaitu tarian yang mempunyai latar belakang penghindaran terhadap penderitaan (Tari Barong) dan tarian Perang (Tari Baris).
  • Drama Tari yaitu tarian yang membawakan suatu cerita biasanya ada yang berdialog dan ada yang tidak memakai dialog.

F. Fungsi Tari Bali

  1. Sebagai sarana upacara dimana gerakannya ayang ritmis dan lemah gemulai. Tari bali juga mempunyai Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna dan kekuatan tertentu sehingga tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan rupa atau pakaian, tetapi mempunyai kekuatan sekala dan niskala.
  2. Sebagai sarana hiburan seperti tari dalam penyambutan, seperti menyambut tamu-tamu kehormatan saat ada pertemuan umum.
  3. Sebagai budaya yang dilestarikan sepanjang jaman. Tari Bali kini sudah di akui sebagai salah satu budaya yang paling indah di internasional.
  4. Sebagai kharakteristik budaya bali. Ciri khas orang local yang tinggal di bali atau penduduk asli bali pasti memiliki unsur-unsur rohani bakal calon penari, walaupun struktur tubuhnya tidak bagus.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Tari Bali merupakan budaya peninggalan agama hindu yang tetap dilestarikan, kita sebagai generasi penerus harus menjaga tari-tari yang ada di Bali agar tidak di klaim oleh Negara tetangga sehingga budaya yang kita miliki tetap asri. Selain itu kita harus menjaga dan meningkatkan mutu tarian dengan memperhatikan struktur dan guna tarian tersbut, sehingga tari Bali tetap lestari.

B. Saran

  1. Dengan telah dibuatnya paper kesenian yang berjudul Kesenian Tari Bali semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca umumnya.
  2. Disamping itu dengan adanya paper ini semoga para pembaca dapat mengembangkan sekaligus melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat menyusun paper yang lebih baik dari paper yang kami buat.
  3. Kebudayaan berharga yang patut kita jaga dan kita lestarikan sebagai aset dan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain untuk menjaga identitas bangsa, jgn sampai pula kebudayaan negara kita di klaim oleh negara tetangga (malaysia) maupun Negara-negara lain. Oleh sebab itu, ada baiknya kita menghargai warisan budaya bangsa ini sebaik-baiknya. Dan dapat menanamkan rasa cinta terhadap kesenian tradisional Bangsa Indonesia, mempererat tali persatuan dan kesatuan.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://purnamiap.blogspot.co.id/2013/09/makalah-tari-bali.html

http://www.ragamseni.com/9-tarian-adat-bali-yang-populer/

Kebudayaan Dan Masyarakat

Maret 26th, 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia terlahir sebagai mahkluk budaya dalam artian mahkluk yang memiliki kemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahkluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi didinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan dirinya. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan dasar ilmu yakni Kebudayaan.

Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture. Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti budi dan akal. Kamus besar Bahasa Indonesia mengartikan kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budaya) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat – istiadat.

Menurut Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah : Sistem Religi ; Sistem Organisasi Masyarakat ; Sistem Pengetahuan ; Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi ; Sistem Teknologi dan Peralatan ; Bahasa ; Kesenian. Diantara ketujuh unsur kebudayaan diatas saya tertarik untuk menelaah Sistem Organisasi Masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

  1. Apa pengertian Masyarakat?
  2. Apa faktor terbentuknya Masyarakat?
  3. Bagaimana konsep Kebudayaan?
  4. Apa saja fungsi dan hakikat Kebudayaan dalam Masyarakat?

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

  1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat.
  2. Untuk memahami faktor terbentuknya Masyarakat.
  3. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe dalam Masyarakat.
  4. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan kebudayaan dan masyarakat.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan makalah ini penulis hanya menggunakan metode pustaka yakni mencari sumber yang terdapat di internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). 2.Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.Berikut ini pengertian masyarakat menurut beberapa ahli :

  1. Koentjaraningrat : Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
  2. Selo Soemardjan : Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
  3. Paul B. Horton & C. Hunt : Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
  4. Karl Marx : Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang salingberhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.

B. Terbentuknya Masyarakat

Kelompok sosial atau masyarakat terbentuk karena manusia-manusia menggunakan pikiran,perasaan, dan keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Manusia mempunyai naluri untuk selalu berhubungan dengan sesamanya.Hubungan yang berkesinambungan ini mengahsilkan pola pergaulan yang disebut pola interaksi social.

Untuk terbentuknya suatu masyarakat, paling sedikt harus terpenuhi tiga unsur sebagai berikut :

  1. Terdapat sekumpulan orang
  2. Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relative lama
  3. Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan kebudayaan berupa system nilai, system ilmu pengetahuan dan kebudayaan kebendaan.

C. Konsep Kebudayaan

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendukungnya. Dalam pengertian sehari-hari, kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu social, kesenian merupakan salah satu saja dari kebudayaan. Dua orang antropolog terkemuka yaitu  Melvile J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski, mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Kemudian Herskovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang super organic  karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus, walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran.

Kata ‘kebudayaan’ berasal dari budhayyah (bahasa sanksekerta) yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi’, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.

Adapaun istilah culture yang merupakan bahasa asing, sama artinya dengan kebudayaan yang berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Sehingga culture dipahami sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Antropolog EV Tylor memberikan definisi kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

D. Fungsi dan Hakikat Kebudayaan Dalam Masyarakat

Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat.Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya.Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.Kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:

  1. Alat-alat produktif
  2. Senjata
  3. Wadah
  4. Makanan dan minuman
  5. Pakaian dan perhiasan
  6. Tempat berlindung dan perumahan
  7. Alat-alat transport

Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi, yang berarti kebiasaan seseorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah.Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur bagi dirinya sendiri.

Khusus untuk mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut Ralph Linton, designs for lifing (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Yang dapat diartikan bahwa kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku atau blueprint for behavior, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dilarang dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan dan kebudayaan juga tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, keduanya saling terkait, saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik dengan segala tipe dan unsur-unsur yang ada pada masyarakat.

B. Saran

Diharapkannya timbul kesadaran dalam diri sendiri bahwa betapa pentingnya unsur kebudayaan dalam masyarakat dan peran pemerintah dalam menjaga sistem kemasyarakatan dan pengaruh-pengaruh kebudayaan luar agar dapat difiltrasi menjadi kebudayaan yang sepatutnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://sahabatnesia.com/unsur-kebudayaan-universal/

https://raulchest.wordpress.com/2009/12/18/kebudayaan-dan-masyarakat/