Apa kabar?
Seems a lot things have been changed.
Just still don’t get it, as always 😉
Category: Don’t get it! (Page 1 of 2)
By: Sysadmin Is Dead
Bangun di siang hari
Merasa bosan dan tak peduli
Lelah habiskan malam
kencani syslog yang tak pernah sepi
Dan UPS, kau bernyanyi!
Indahnya dunia ini!?
Rutinitasku memanggil
Lewati bosannya hari!
Sudah jam 7 malam
Saat yang tepat, pesta kan kumulai
Liar dan penuh dengan
daftar downloadan yang tak terkendali
Dan PLN, kau beraksi!
Indahnya dunia ini!?
Atasanku pun memanggil
Kini ku tak perlu teman!
Reff:
Pekerjaan malam ini, hanya tuk divisi IT
Yang terluka oleh listrik, yang tidak bermutu
Kemanapun ku melihat, ada paket yang tersesat
Access Point yang terinjak, t’lah membakarku
chkdsk dan fsck,
Membekas liar hiasi hard disknya
Juga papan ketik
Berdaki tebal, kusentuh tombolnya
Kumenangis dan tertawa,
Apa yang telah kulakukan
Bicara tentang cinta, oh haruskah?
To Reff:
Kadang ku mencoba, tegar menghadapi
Bodohnya dunia, masyarakat kita
Dan semuanya gaptek!
Dan semuanya gaptek!
Dan semuanya gaptek!
Dan semuanya gaptek!
Pekerjaan malam ini, hanya tuk divisi IT
Yang terluka oleh listrik, yang tidak bermutu
Kemanapun ku melihat, ada paket yang tersesat
Access Point yang terinjak, t’lah membakarku
Yang t’lah membakarku
Yang t’lah membakarku
Yang t’lah membakarku
Yang t’lah membakarku
Cuma ngetest list comprehension buat mencetak tabel perkalian. Awalnya pakai ini saja,
1 | print [x*y for x in range(10) for y in range(10)] |
tapi hasilnya malahan jadi perkalian 0 sampai 9
1 | [0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, 2, 4, 6, 8, 10,12, 14, 16, 18, 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 0, 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 0, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 0, 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 0, 9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, 81] |
benerin jadi
1 | print [x*y for x in range(1,11) for y in range(1,11)] |
baru berjalan normal mencetak perkalian seperti biasa
1 | [1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, 9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, 81, 90, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100] |
*read the post title*
Take care of your server hostname, ensure it resolvable, either by DNS query or local /etc/hosts. If none of that step is produce sufficient result, apache will refuse to start the http daemon (httpd). The point of failure that I got so far is about gethostname POSIX function that used to determine server hostname. After reading the manual page (Yeah, rite, RTFM will lead you to the source Luke!)
1 | "man hostname" |
referring
1 | "gethostname" |
POSIX function.
To solve this, check your hostname with
1 | "hostname" |
command and find a match ip address that pointing to that hostname on
1 | "/etc/hosts" |
or make sure it can be resolved by DNS query. At any case, an entry on
1 | "/etc/hosts" |
is the best solution for me, but it was not so flexible to handle, when any changes happened on your DNS records.
Today I get this problems on my brand new slackware web server. Hope it can help someone out there.
Berita terhangat di sekitar saya minggu ini adalah antusiasme para sepupu yang berhasil lulus ujian nasional di tingkat SD dan SMP. Perbincangan berlanjut mengenai nilai ujian akhir nasional yang paling kecil yang mereka dapatkan pada mata ujian Bahasa Indonesia. Fenomena ini mengingatkan saya pada nilai ujian semasa mengenyam pendidikan dasar dan menengah dulu. Nilai yang saya raih tidak begitu bagus, tetapi cukup memuaskan (cukup untuk sekedar lulus). Saat SD nilai ujian nasional saya hanya enam koma, lalu naik menjadi tujuh koma saat SLTP dan untungnya di bangku SMA naik lagi menjadi delapan koma berkat mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja.
Fenomena lain yang banyak dibahas media cetak, elektronik dan media daring adalah angka ketidaklulusan siswa banyak disumbangkan oleh mata ujian yang sama, Bahasa Indonesia. Kalau melirik fenomena lain di kalangan siswa sekarang, yaitu merebaknya penyakit penggunaan bahasa alay, saya pribadi menilai ini fenomena yang wajar, bahkan sangat menggembirakan. Mengapa? Setidaknya, para remaja alay tersebut mungkin bisa mempertimbangkan untuk belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk membantu diri mereka sendiri menghadapi ujian Bahasa Indonesia. Lalu, ada selentingan dari sepupu saya,
“Walaupun alay, ada kok yang tetap lulus UN Bahasa Indonesia”
Wah, kalau itu sih, sudah rahasia umum. Tidak perlu saya jelaskan :p
Kesimpulan saya kali ini, bertobatlah wahai kalian remaja alay, kembalilah ke jalan yang benar (EYD), semoga kalian diberikan bekal yang cukup untuk menempuh UN tahun depan. Bagi yang masih bersikeras alay, bersiaplah mulai dari sekarang.