Tabuh kreasi pangus ini dibawakan oleh Sanggar Seni Wahyu Semara Shanti, dalam acara UTSAWA MERDANGGA GONG KEBYAR MEPACEK di Kabupaten BULELENG yang di ikuti dari 6 Sanggar yang ada di BULELENG, meliputi :
Padepokan Seni Dwi Mekar
Sanggar Seni Santhi Budaya
Sanggar Seni Anglocita Suara
Sanggar Seni Gita Sunari
Sanggar Seni Wahyu Semara Shanti
Sanggar Seni Suara Mustika
Dalam Tabuh kreasi yang dibawakan Sanggar Seni Wahyu Semara Shanti yang berjudul PANGUS, yang menceritakan tentang pemuda yang tangkas dan cekatan dalam melakukan segala hal.
Motif 1,2,3,4,5 ini saya dapatkan di waktu saya SMK, saya dulu sekolah di SMK N 1 SUKASADA, yang bertempat di Desa Sambangan, Kabupaten Buleleng. Banyak komponen yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan masalah teknik permainan kendang tunggal. Cakupan teknik tidak saja mengacu pada skill dan kemampuan pemain kendang, melainkan juga merambah pada bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan seperti kemampuan mengolah sumber bunyi, keseimbangan, maupun kekayaan motif yang dimiliki oleh Si-pengendang.
Hari
Raya Nyepi, dirayakan setiap tahun sekali oleh umat Hindu yaitu pada saat TILEM KESANGA. Pada saat itu banyak
kegiatan ritual berlangsung, salah satunya adalah acara pengerupukan yang
sehari sebelum Nyepi. Kegiatan itu hampir setiap tahun berlangsung.
Berdasarkan hal tersebut,
terinspirasi untuk menjadikan sebuah karya tabuh inovatif yang menceritakan suasana di waktu
pengrupukan, sehingga terwujud sebuah garapan baru serta mempunyai unsur khas
tersendiri, dan tidak lepas dari unsur-unsur tradisi tertentu. Adapun
kesan-kesan penata dalam berkarya tabuh inovatif ini yaitu menyampaikan
bagaimana suasana dari sembahyang, mecaru sampai pengrupukan di Bali. Dari
suasana tersebut penata mendapatkan ide/inspirasi untuk mengembangkan
kesan-kesan tersebut kedalam pola garapan tabuh inovatif, dimana dalam garapan
ini saya memanfaatkan semar pagulingan, ceng-ceng, tawa-tawa, dan tektekan
(kulkul bambu). Dari alat-alat yang penata gunakan penata ingin menciptakan
suatu kesan dimana alat-alat yang penata gunakan seperti semar pagulingan,
ceng-ceng, tawa-tawa, dan tektekan (kulkul bambu) penata satukan dan tak lepas
dari teknik tradisi.
Dari
pemaparan inspirasi dan ide yang penata dapat dengan pemaknaan filosofi dari
pengrupukan, sehingga terwujud suatu karya tabuh inovatif yang berintikan
siklus pengrupukan menjadi sebuah satu kesatuan yang utuh dalam sebuah yang
berjudul TILEM KESANGA.