TARI BARIS KETEKOK JAGO

v Iwayan Agus Darmayasa

Menurut informasi para sesepuh dan penglingsir yang ada di wilayah Br.tanggun titi,tonja, menyebutkan sekitar tahun 1938 masyarakat/krama Br.tanggun tii,akan mengadakan upacara memungkah,pemlaspas dan pedudusan agung di Pura Kebon Boni,

Maka pada saat itulah,awal terbentuk nya sekaa Baris ketekok jago,dan untuk lebih cpatnya para pnari memahami tarian baris ketekok jago,maka diadakan upacara ritual keagamaan yaitu mengadakan penuuran (nuur) atau memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dilakukan dipura peti tenget krobokan badung.

Dengan mengadakan upacara ritual sperti itu maka apa yang diinginkan oleh masyarakat tanggun titi untuk memahami tari ketekok jago benar-benar menjadi kenyatan . maka terbukti sampai saat ini tari baris ketekok jago yang ada di Br.tanggun titi,tonja tetap bisa lestari .

Beberapa tokoh dan para pemuka masyarakat juga menyebutkan keberadaan Sekaa Baris Ketekok Jago sampai saat ini sudah memasuki 5 generasi dan tentu juga sama dengan kesenian yang lain dimana dalam perkembangannya mengalami suatu pasang surut, begutu juga yang terjadi di Sekaa Baris Ketekok Jago.

Dengan perasaan senang dan bangga para penari baris tetap melakoni kewajibannya mengadakan suatu persembahan yang suci yang di aktualisasikan dalam suatu pergelaran (sesolahan) yang dilaksanakan setiap enam bulan (6bulan) sekali tepatnya pada hari Buda Manis Wuku Medangsia yang jugs bertepatan dengan pujawali di Pura Dalem Kebon Buni Br.Tanggun TIti,Tonja.

Tarian ini wajib di persembahkan kehadapan Sang Hyang Siwa dan Dewi Durga yang beristana di Pura Dalem Kebon Boni Tonja, karena menurut kepercayaan masyarakat yang ada di wilayah Br.Tanggun Titi Tonja, di Pura Dalem Kebon Boni Tonja juga beristirahat “Dewa/Dewi Seni”. Hal ini bisa dibuktikan lewat peningalan-peningalan suci berupa beberapa buah tapel (topeng) yang sangat disucikan oleh masyarakat Br. Tanggun Titi dan memang benar apa yang disampaikan. Jadi suatu kenyataan Tari Baris Ketekok Jago bisa lestari samapi sekarang.

Pada suatu ketika Tari Baris Ketekok Jago ini pernah tidak dipentaskan,(mesucian) entah apa sebab musababnya sehingga bhatara/bhatari yang bersthana di Pura Dalem Kebon Buni murka dan hal ini dapat dibuktikan untuk mengutus “ancangan bliau” yang berupa ular. “Ular Poleng” mendatangi rumah salah seorang penari Baris Ketekok Jago itu. Berdasarkan fakta seperti itu maka, bagaimanapun situasi dan kondisi yang ada pada para penari , harus menyaipkan diri dan waktu untuk ngaturang sesolahan Tari Baris Ketekok Jago “ di Pura Dalem Kebon Buni dan ini wajib dilakukan oleh para penari Baris Ketekok Jago tersebut.

Di samping sebagai sarana pokok dalam pujawali di Pura Dalem Kebon Buni, Disisi lain Baris Ketekok Jago juga mempunyai fungsi dan tujuan adalah sebagai sarana yang utama yang di dalam pelaksanaan upacara Pitra Yadnya (Ngaben), di mna Baris Ketekok Jago posisinya pada saat prosesi upacara tersebut , pasti menempati posisi di depan Bade (Wadah). Kenapa demikian sesuai dengan informasi yang ditrima dari masyarakat pendukung , Tari Baris Ketekok Jago ini berpungsi untuk  “membuka (ngeruak)” jalan supaya orang yang meninggal , yang diupacarai  itu perjalannya lebih cepat untuk menuju sorga.

 

Pada umumnya Tari Baris Ketekok Jago ini diiringi dengan gambelan gong kebyar yang mempunyai struktur tabuh secara khusus , yang sampai saat ini tari dan tabuh Ketekok Jago ini belum diperjualbelikan (dikomersilkan). Kenapa demikian? Karena Tari Baris Ketekok Jago merupakan salah satu yang tergolong Tari Wali/Sakral.

Adapun struktur tabuh iringan tari Baris Ketekok Jago adalah sebagai berikut :

1.Pengawit : dengan tabuh bebarisan.

2.Pengadeng : dimainkan sebnyak 2 kali.

3.Tabuh penyelah menuju ke pengawak sebanyak 5 kali.

4.Pengawak : biasanya dipakai gending , Dengan gending-gending pengipuk tabuh ini disesuaikan dengan penari sampai selesai adegan tersebut.

5.Tabuh Kale : Tabuh Kale dimana struktur Kendangnya , memakai pukulan  batu-batu sebanyak 2 kali dan dilanjutkan dengan Tabuh Kale sebagai tabuh penutup.

 

 

Karbit

Comments are closed.