Gambelan gong luwang adalah gambelan langka yang pada umumnya dipergunakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Gambelan yang berlaras pelog (tuju nada) dan merupakan barungan mandya ini, yang barungannya lebih kecil dari Gong kebyar, termasuk barungan yang jarang dimainkan untuk mengiringi suatu pertunjukan tari atau drama. Kalau Gong Luwang dimainkan diatas pentas, seperti dalam pegelaran drama tari Calonarang , barungan ini hanya dipakai untuk mengiringi adegan memandikan mayat atau madusang-dusangan. Ada 8 (delapan) atau 9 (Sembilan) macam instrument yang membentuk barungan gambelan dengan jumlah penabuh antara 16 sampai 20 orang.
Instrumentasi dari barungan gambelan gong luang adalah:
- 1 buah saron cenik
- 1 buah saron gede
- 2 buah jegogan
- 1 buah trompong
- 2 buah gong ageng
- 1 buah kempur
- 2 sampai 4 pasang ceng-ceng kopyak
- 2 buah gambang bambu (saron)
- 2 buah kendang
Tabuh yang biasa dimainkan antara lain: Labda,Ginad, Lilit, dan Manukabada di tambah beberapa tabuh wargasari dan panji cenik (dari tabuh gambang). Tabuh-tabuh gong luwang sangat melodis yang di warnai oleh perpaduan ubit-ubitan reyong dan gambang yang khas yang diberikan aksentuasi oleh saron dan jegogan. Peranan kendang sangat kecil karena suara kendang haya terdengar mendekati jatuhnya Gong untuk menandakan akhir dari suatu bagisn komposisi.
Hingga dewasa ini Gong Luwang masih hdup di Desa Singapadu (Gianyar), Tangkas (Klungkung), Kerobokan (Badung), dan Kesiut (Tabanan) ,SMKI Bali dan STSI Denpasar juga memiliki masing-masing 1 barung gambelan Gong luang.
Dikutip dari: buku selayang pandang seni pertunjukan Bali oleh I wayan Dibia.