Penelitian Gambelan Kelentang Lombok
Posted Under: Tak Berkategori
Gambelan Kelentang merupakan seperangkat alat musik tradisional yang biasanya dimainkan sebagai musik instrumental dan iringan tari. Di dalam fungsinya sebagai musik instrumental gamelan kelentang dimainkan secara dipukul sendiri-sendiri dalam posisi duduk dan berjalan. Sebagai satu kesatuan sebuah ensambel, didalamnya terdapat beberapa instrumen yang merupakan perpaduan antara instrumen berpencon, berbilah dan rebana. Adapun instrumen yang terdapat di dalam ensambel musik kelentang diantaranya:1 kelentang, bernada. Di samping instrumen dalam bentuk rebana juga terdapat beberapa instrumen lain seperti: rincik dan suling.
Di Desa rendang bajur kecamatan Gunungsari, kabupaten lombok barat, terdapat seniman pembuat gambelan kelentang yang bernama, Bapak Komang Kantun, beliau adalah seorang seniman yang dulunya pernah ngajar di SPG.Berawal dari dulunya Bapak Komang Kantun mengajar di SPG, tamatan SPG dulunya rata-rata mengajar di SD, karena pada saat itu ada kebijakan baru dari pemerintah bahwa guru SD itu harus Sarjana D3, Akhirnya SPG itu di tutup kemudian Bapak Komang Kantun langsung berpindah alih ke bidang kesenian di sekolah, maka dari itu Bapak Komang Kantun mulai dipercayai untuk diberikan subsidi baik itu berupa peralatan gambelan atau dana kepada sanggar-sanggar yang ada di lombok khususnya sanggar-sanggar tradisional Sasak. Berawal dari sana masing-masing sanggar itu mengajukan proposal bermacam-macam pengajuan proposalnya ada Rebana, Gendang Beleq, Tawak-tawak, dan lain sebagainya sampai sekarang ini. dari sana banyak terlihat pengerajin itu sudah memang ada dari sejak dulu tetapi karena jauh jaraknya sehingga pengerajin itu kesulitan bahan maka langka untuk dicari, seingat beliau pada zaman dulu itu di lombok Timur bagian desa Raja, dari sana kemudian Bapak Komang Kantun mulai relas pertama kali untuk membuat gambelan dari bagik nunggal bersama almahrum Bapak Saleh beliau yang tekun dengan kerjasama bersama Bapak Komang Kantun. Besi-besi pelat supanya murah dan gampang dicari yaitu di desa babakan. Seperti Bahan-bahan rangka kendaraan seperti kap, sehingga lama-lama kemudian timbullah jadi kebutuhan bunyi itu jadi Beliau dapat simpulkan bahwa kalau kita pakai alat besi yang mengandung baja untuk membuat Gambelan Kelentang itu lebih bagus sehingga pir untuk membuat bilah Gambelan Kelentang tidak langsung dibuat tetapi memiliki proses yang pertana dipotong kemudian ditempa seperti dipande, dan dibakar di deder pakai palu untuk menyesuaikan bentuk bilahnya sesuai keinginan kita, pada zaman dulu yang bapak komang kantun temui kebanyakan dari segi bentuk Gambelan Kelentang dipengerajin yang lain itu kebanyakan yang membuat ukuran bilahnya pedek jadi penampilannya kurang elok atau kurang pas diliat sehingga kurang sistematis suara yang dihasilkan dengan bentuknya yang lebar tetapi pendek, jadi mulai dari sana Bapak Komang Kantun pikirkan lagi dan terus bertanya kepada Pembina beliau yang bernama Ida Wayan Pasa dari Abian Tubuh dan Bapak Gusti Maharta dari Karang Sidemen, dari sana dulunya Bapak Komang Kantun mendapatkan banyak cara membuat gambelan baik dari segi ukuran dan bentuk membuat gambelan kelentang, adapun bahasa ukuran itu disebut Rai yang berarti Lebar, untuk pengukuran memakai penggaris, sedangkan penampilan yang paling bagus pada Gambelan Kelentang ukurannya 4 x lebar, misalnya lebarnya 7 Cm panjangnya harus 28 Cm, dari sana beliau banyak belajar hingga bisa menemukan penampilan dan suara dalam membuat gambelan kelentang yang baik.Penyusunan nada-nada pada gambelan kelentang ada 2 yaitu pelog dan Selendro karna perkembangan sesuai dengan pesanan, jadi kalau sudah paham dengan susunan nada itu dengan bahan besi itu sama seperti triplek mempunyai ketebalan beberapa ML jadinya ketebalan itu sama, misal kalau ukurannya lebih panjang dan lebar tentu nandanya lebih rendah tetapi kalau pas menemui dari bentuknya itu kita cari penampilan supanya agak bengkuk seperti sambuk atau dibali disebut metundun sambuk sehingga cara penyetelan nadanya itu di getok setelah disepuh agar terdapat suara kencang lalu cara penyetelannya untuk mencari nadanya tinggal memakai getokan saja, suara lebih lengkung maka suara lebih tinggi sedangkang kalau lebih kurus atau tipis suara lebih rendah.Pencocokan nada dengan resonator dengan cara ditiup dan bilahnya dipukul agar resonator dengan bilah bisa menjadi satu atau nyedot dari suara tiupan, untuk bambu yang biasanya beliau pakai itu dipilih untuk membuat resonator bambu tambang, adapun dari segi ukuran pelawah kita cari enaknya itu supaya penuh resonator dengan bunyi itu supanya bisa masuk bilahan itu ke bambu, beliau membuat resonator terlebih dahulu mulai dari resonator yang paling rendah sampi lanjut ke yang lebih tinggi agar ukurannya bisa tersusun nurut, sedangkan untuk ukuran dari style tinggi pelawah tergantung selera dan pesanan. Untuk Nada Gambelan kelentang di lombok yaitu nada pelog 5 nada, adapun susunan oktafnya mengambil dari nada terompong. Gambelan kelentang ini dimainkan dengan memukul sendiri-sendiri ada yang dikatakan panud banteng dan paud solas, paud bantang yaitu diambil dari nada jublah atau dilombok disebut calung, sedangkan paud solas yaitu diambil dari nada terompong. Mungkin itu yang beliau ketahui tentang musik atau gambelan jalan yang ada dilombok pada saat ini, tidak ada bedanya dengan dibali walaupun ada bedanya mungkin dari segi rasa arti interfalnya lebih tinggi atau rendah sedikit, Cuma beda penyebutan nada