Suartana

Maret 27th, 2014

suartanaHallo teman, perkenalkan nama saya I KOMANG SUARTANA AP, saya lahir di GIANYAR tanggal 23 Oktober 1994, saya anak ke 3 dari 5 bersaudara. Nama orang tua saya I MADE SUKAWATI dan nama ibu saya NI WAYAN SUDIASIH. Saudara saya yang pertama adalah cewek bernama NI PUTU SUARI AP, saudara yang kedua adalah cowok bernama I KADEK SUPADAYASA AP, yang ketiga cowok juga bernama I KOMANG SUARTANA AP dengan saya sendiri, saudara yang ke empat cewek bernama I KETUT SUARTINI AP, dan saudara yang terakhir adalah cowok bernama I WAYAN SUAR ARDIARTA PUTRA AP. Kenapa dari kelima anak beliau di beri nama AP..??? karena kepanjang dari AP ini adalah Arya Pering, yang dimana AP ini adalah sebuat bungkusan atau di Bali disebut dengan soroh kalau di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kasta/bangsa.

Pekerjaan ayah saya saat ini adalah sebagai petani, dan beliau saat ini sedang membajak sayah nya. Sedangkan pekerjaan ibu saya sebagai ibu rumah tangga, dan membukak usaha kecil-kecilan (warung) di depan rumah sebagai pengasil tambahan untuk menghidupi ke lima anak-anaknya ini. Saya dengan keluarga saya hidup di keluarga yang sederhana,

Kakak saya yang pertama tamat pendidikan SMA, dan sekarang pekerjaan salon dan butik kebaya. Kakak yang kedua tamat pendidikan New Media Interactive Computer College, dan sekarang melanjutkan pekerjaan di perusahaan besar (Disain Panggu Terbuka), dan adik-adik saya masih menempuh pendidikan SMK, dan yang paling kecil masih SD.

Sedangkan pendidikan saya dari TK (taman kanak-kanak) Catur Paramita Gianyar, SD (sekolah dasar) Negeri 4 Bedulu, SMP (sekolah menengah pertama) PGRI 3 Gianyar di Ubud, SMK (sekolah menengah kejurusan) Negeri 3 Sukawati atau sering disebut dengan SMKI/KOKAR Bali, dan sekarang melanjutkan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Dari semenjak kecil saya sudah diterjunkan untuk ikut menggeluti kesenian khususnya Seni Tari, karena dulu konon embah (nenek) saya suka menari, tapi dari ke lima anak-anak embah( nenek), satu pun tidak ada bisa menari, kecendrung salah satu anak embah (nenek) ada yang suka bernyanyi, menjadi guru SD (sekolah dasar), dan berbisnis seperti membuka warung. Demikian halnya dengan anaknya yang terakhir, yaitu Ayah saya menjadi seorang petani.

Ayah saya ini ingin anak-anaknya bisa atau mau menari kususnya. Dan ayah saya  mengajak anak-anaknya turjun ke dunia Seni, dan mengikut sertakan di sanggar-sanggar salah satunya adalah Sangar Samuan Tiga di Bedulu, dari kelima anak beliau ini hanya 2 saja yang suka menari yaitu saya dengan adik saya ketut, sedangkan adik saya yang I Wayan baru ingin ikut menari karena adik saya ini baru menginjang bangku SD (sekolah dasar). Dan dia baru sedikit suka di bidang menarinya. Karena, di keluarga saya ini semenjak umur 4/5 tahunan itu sudah diajak atau diajari menari, supaya anak beliau ini tau gimana cara menari, dan disaat kecil itu tubuh-tubuhnya sangat lentur dan lemas kalau dibandingkan dengan orang yang ingin menari setelah umurnya di atas 20 tahun, tubuhnya sudah mulai kaku, karena tidak terbiasa dengan gerakan-gerakan orang menari, begitu menurut ayah saya.

Selain mengajak kesenian, orang tua saya mengajarkan bela diri, beliau mengajak kepada kami bela diri MERPATI PUTIH, menurut beliau bela diri itu bagian dari kesenian, tetapi bela diri ini sangat berbeda dari bela diri yang lainnya. Karena bela diri ini mendalamkan tenaga dalam yang dibangkitkan dari pernafasan. Dan bela diri ini berfungsi  sebagai pertahan diri di saat kita menghadapi pertarungan yang tanpa kita sadari. Pengalaman saat ikut merpati putih ini sangat banyak, selain mendapatkan teman dari jauh-jauh, saya juga mendapatkan ilmu pemecasan batako, yang dimana 1 batako ini bertakaran semen 5 kilo dan pasir 1 kilo, dengan ketebalan 5 cm, dan panjang 50 cm. Memecahkan batako ini tidak segampang yang dilihat, tetapi disini sangat susah, tanpa melakukan pemanasan yang sempurna tidak akan bisa memecahkannya. Karena batako ini di diamkan selama 5 tahun sebelum pemecahan di mulai. Dan sekarang saya menginjak Balik 2 atau sering disebut dengan tingkat 2.

Sedangkan sekarang saya yang sampai saat ini masih menggeluti dunia seni, dan saya merasakan kesenian itu indah dan sangat  luar biasa. Karena seni itu tidak bisa di nilai dari uang tetapi seni itu dapat di nilai dari keindahan seperti halnya orang yang menari, yang di lihat adalah indahnya gerakan tubuh nya pada saat menari, dan halnya seorang penyanyi, nyanyian nya sangat indah di dengar oleh orang-orang banyak. Semenjak saya kecil hingga sekarang saya mendapatkan pengalaman yang banyak di dalam bidang Seni Menari. Terutamanya adalah dapat mengikuti lomba-lomba, ngayah-ngayah di pura-pura, dapat ikut dalam kegiatan nari di hotel, dan kegiatan pawai kabupaten terutamanya kota Gianyar dan ikut pada saat PKB (pesta kesenian bali) di bidang sandya gita kabupaten Gianyar. Semenjak saya sekolah di SMK Negeri 3 Sukawati, saya mencari jurusan Pedalangan, karena jurusan ini sangat unik saya lihat, dan jurusan ini sangat sedikit peminatnya padahal jurusan ini sangat banyak mendapatkan ilmu seperti ; menari, olah vocal, menabuh/magender, belajar berbicara yang benar dalam pertunjukan wayang ( retorika pewayangan), mendapatka ilmu teater tradisi maupun teater klasik, drama. Begitu banyaknya ilmu yang ada di dalam bidang kesian Pedalangan dan masih banyak ilmu yang terpendam di dalam bidang pedalangan ini. Saya  ingin mempelajari pedalangan karena melihat begitu banyaknya ilmu yang ada di bidang ini. Prestasi yang pernah saya dapatkan di SMK Negeri 3 Sukawati ini adalah

  1. Ikut serta dalam lomba LKS (lomba krativitas siswa) dan saya mendapatkan juara 2 dari 3 peserta.
  2. Ikut lomba FLS2N (festival dan lomba seni siswa nasional) di bidang seni teater dan mendapatkat juara 1 didalam kelompok/group terbaik.
  3. Di dalam ujian UKK (ujian kompotensi kehalian) di bidang pedalangan dan mendapatkan peringkat ke 2 dari 4 peserta/siswa

Mulai disinilah saya banyak mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda, seperti mengikuti lomba FLS2N. disini kami gerup kokar membuat teater tradisi yang berjudul Sidjakarya, dan kami diajar terjun di dalam proses menggarapil teater. Seperti pepatah yang bilang “berakit-rakit dahulu berenang-enang ketepian”  yang artinya : bersakit-sakitlah dahulu, bersenang-senang lah kemudian hari, begitu lah yang kami alami di dalam proses menggarap, tetapi dari semua itu dami mendapatkan penghargaan yang sangat bangga. Sedangkan proses penggarapan waktu lomba LKS dengan ujian UKK saya, saya merasakan penggarapan yang sama, karena disini saya membuat garapan wayang tradisi. Yang hapir sama motif pertunjukannya, tapi memakai judul/lakon yang berbeda. Disaat lomba LKS, saya memakai Lakon KUNTI YADNYA, sedangkan waktu ujian UKK saya memakai Lakon Abimanyu Duta.

Inilah pengalaman yang saya punyak semenjak menggeluti dunia seni hingga saya sekolah di SMK Negeri 3 sukawati dan kini saya melanjutkan sekolah saya ke bangku kuliah di INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR.

Comments are closed.