Cerita Ramayana

Juli 6th, 2014

index

Ditinjau dari segi kepercayaan, cerita Ramayana merupakan suatu pendidikan rohani yang mengandung falsafah yang Sangat dalam artinya. Walau cerita ini fiktif, Ramayana merupakan cerota mitos kuno yang bersumber pada pendidikan. Cerita Ramayana sesuai dengan cerita kehidupan manusia dalam mencari kebenaran dan hidup yang sempurna. Cerita Ramayana menyinggung pula kebaikan dan kesetian Dewi Sri kepada suaminya yaitu Sri Rama, Karena Sri Rama merupakan titisan Dewa Wisnu, sedangkan Dewi Sri adalah istri Dewa Wisnu yang digambarkan sebagai bumi manusia. Dari segi social masyarakat membuktikan bahwa Rama dan Dewi Sri adalah merupakan tokoh-tokoh sosiawan dan dermawan yang mencintai sesamanya. Kitab Ramayana merupakan hasil sastra India yang indah dan berani. Menurut pemikiran, di India ada lebih dari 100 juta orang yang pernah membaca kitab Ramayana, artinya bahwa pengemar cerita Ramayana melebihi pembaca Weda, menurut para budayawan, kitab Ramayana digubah oleh seorang Empu agung, yaitu Empu Walmiki. Kitab ini terbagi-bagi menjadi 7 bagian atau 7 kanda. Bagian-bagian tersebut yaitu Bala Kandha, Ayodya Kandha, Aranyaka Kanda, Kriskindha Kandha, Sundara Kandha, Yudha Kandha, Utara Kandha.

  1. Pada Kandha yang pertama yaitu Bala Kandha, dikisahkan tentang Rama dan saudara-saudaranya ketika masih kecil. Diceritakan di negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodya dipinpin oleh seorang Raja bernama Prabu Dasarata. Ia mempunyai 3 istri yaitu Dewi Kausalya (Sukasalya) yang berputra Rama sebagai, Kekayi yang melahirkan Bratha dan Dewi Sumitra yang berputra Lasmana dan Satrugna (Satrugena). Dalam sayembara (Swayamwara) di Wideha (Manthili) Rama berhasil memboyong Sinta putrid Janaka. Sinta kemudian menikah dengan Rama.
  1. Bagian yang kedua disebut Ayodya Kandha mengisahkan Raja Dasarata sudah tua. Maka Sang Prabu menghendaki turun thata dan Rama diserahi untuk menggantikannya sebagai raja di negeri Ayodya. Tanpa berpikir panjang tentu saja Rama sebagai anak sulung menyanggupi diri. Raja Dasarata memerintahkan agar negeri dihias dengan sebaik-baiknya untuk peresmian penobatan Raja bagi Sri Rama yang baru saja menikah. Tetapi alangkah kagetnya sang Raja Dasarata bahwa di malam hari menjelang penobatan Rama, Dewi Kekayi mengingatkan pada Dasarata akan janji yang telah diungkapkan tentang anaknya si Brata agar bisa naik tahta. Dan selanjutnya agas brata tenang memerintah Ayodya, Dewi Kekayi memerintah kepada Rama dan Sinta agar meninggalkan Ayodya dan hidup di Hutan Kanyaka atau Dhandaka selama 14 tahun. Tentu saja sang Prabu Dasarata sedih sekali dan tak kuasa menolak janji yang telah terucapkan kepada Kekayi. Hampirhampir sang Dasarata lari akan bunuh diri. Namun sang Sri Rama tau akan gelagat itu, dengan rela hati bersama Sinta untuk melepaskan haknya dan pergi ke hutan selama 14 tahun. Tak mau ketinggalan Raden Lasmana ikut dalam pengusian ke hutan. Sejak itulah Sang Dasarata meninggal. Brata diangkat sebagai Raja. Sesaat menduduki singgasana ia kemudian jatuh. Selanjutnya Brata tidak mau naik tahta malahan lari mencari Rama di hutan untuk menyerahkan kembali kepemerintahan kepada kakaknya, tetapi Sri Rama harus mengenapi 14 tahun di hutan. Untuk itu terompah Sri Rama dibawa kembali ke Ayodya sebagai ganti Sri Rama Sri Rama, maka raja terompah memerintah Ayodya.
  1. Aranya Kandha adalah bagian yang ketiga mengisahkan tentang Batara Wisnu yang menitis ke Rama. Rama memang titisan Batara Wisnu yang ke Sembilan kalinya. Penitisan ini menjadikan karakter Rama benar-benar bertindak ingin meluruskan prilaku umat yang jahat dengan cara kesabaran dan kebenaran. Rama dalam pengasingan di hutan sudah berkali-kalimembantu para rohaniawan yang diggangu oleh raksasa.
  1. Bagian yang ke empat disebut Kiskindha Kandha yang menceritangan perjalanan Rama hingga mencapai ke negeri Kiskindha. Sebelumnya Rama sudah bertemu dengan burung Garuda Jatayu yang sudah sekarat dan maut hamper menjemputnya. Peristiwa tersebut terjadi karena burung Jatayu bertempur guna merebut Sinta dari tanggan Rahwana. Setelah burung Jatayu mengatakan semua yang dialaminya akhirnya mati, kemudian Rama dan Lasmana melanjutkan perjalanan. Dalam perjalana Rama bertemu dengan Sugriwa raja kera yang terjepit pada dua cabang asam yang berhimpitan dan tak akan bisa lepas tampa pertolongan orang lain. Himpitan cabang itu dipanah (jemparing) oleh Sri Rama dan lepaslah Sugriwa dari repitan cabang pohon. Kemudian berkatalah kepada Sri Rama, bahwa dirinya adalah Sugriwa si raja kera dari Kriskindha. Sugriwa akhirnya minta tolong kepada Sri Rama agar sudi membantu melawan kakaknya yang bernama Subali. Bersekutulah Sugriwa dengan Rama dan saling berjanji akan tolong menolong di dalam segala kerepotannya. Akhirnya matilah Subali dalam peperangn melawan Sugriwa yang bibantu Sri Rama. Setelah meraih kemenangan bertahtalah Sugriwa di kerajaan Kiakindha. Selanjutnya Sugriwa memerintahkan prajurit berangkat ke Alengka. Setelah sampai di pantai, maka para kera binggung karena tidak mampu menyebrang laut.
  1. Sundara Kandha adalah bagian yang ke lima mengisahkan perjalanan sang Hanuman yang menjadi utusan Sri Rama. Hanuman, kera putih(wanara seta) kepercayaan Rama, si anak dewa angin menuju ke Negara Alengka dengan cara mendaki gunung Mahendra, kemudian meloncat menyebrang samodra dan tibalan di Alengka. Seluruh kota dijelajahinya hingga masuk ke istana dan bertemu dengan Sinta. Setelah saling mengabarkan khususnya Sri Rama yang suatu saat akan menjemputnya ke Alengka. Saat itu Hanuman ddiketahui oleh Indrajid, Hanuman ditangkap lalu diikat dan kemudian dibakar. Dengan ekornya yang meneala itu mengakibatkan seluruh kota itu terbakar, kemudian kembalilah Hanuman ke Ayodya melaporkan peristiwa itu kepada hadapan Sri Rama.
  1. Bagian ke enam yaitu Yudha Kandha menceritakan tentang Wibisana yang diusir Rahwana dan akhirnya Wibisana bergabung dengan sang Rama. Sebelumnya Wibisana member petunjuk agar kakaknya yaitu Sang Rahwana mau mengembalikan Sinta kehadapan Rama, namun petunjuk tersebut membuat Rahwana marah. Wibisana disuruh pergi dari Alengka. Ia pergi bergabung dengan Sri Rama. Hal ini mengakibatkan Indrijad mati, Kumbakarna beserta prajurit dan para senapati gugur dalam perang berebut Sinta. Rahwana yang sakit itu mengamuk, peperangan pun berlanjut dan banyak pula prajurit kera yang mati. Hampir saja Rama kewalahan karena kesatian Rahwana, akhirnya Rahwana pun mati. Selesailah peperangan antara Sri Rama melawan Rahwana. Wibisana diangkan oleh Rama menjadi Raja Alengka. Di hati Rama ternyata ada keraguan tentang kesucian Sinta. Untuk membuktikan, maka ia menyuruh membuat aoi ungun. Masuklah Sinta ke dalam api itu. Ternyata tidak mati, justru Dewa Agnilah menyerahkan Sinta untuk Rama sebeb Sinta memang masih suci. Kini Sinta bersama Rama pulang ke Ayodya, diiringi oleh tentara kera. Mereka disambut oleh Barata, yang segera menyerahkan tahta kerajaan kepada Sri Rama.
  1. Bagian yang ke tujuh disebut Utara Kandha. Dua pertigaan dari buku Utara Kandha ini berisi tentang cerita yang tidak ada kaitannya dengan riwayat sri Rama. Dalam kitab ini disebut-sebut tentang nama Raja Dharmawangsa Teguh. Kitab Ramayana ini berisi bermacam-macam cerita, misalnya tentang raksasa-raksasa nenek moyang sang Rahwana atau Dasamuka. Terjadinya Dasamuka dan sikapnya yang kurang sopan terhadap para Dewa dan para pendeta.di kisahkan pula mengenai Sri Harjuna Sasrabahu yang mengamukan kepada Dasamuka, disiksa ditarik dengan kereta kencana, diikatkan badanya dengan roda kereta sampai kesakitan. Siksaan terhadap Dasamuka ini terpaksa dilakukan oleh Sri Harjuna sebab patihnya yang bernama patih Suwanda (Sumantri) mati dibunuh olehnya, namun Dasamuka ditolong oleh Pandya batari Durga.isi pokok dari bagian ke 7 ini sebenarnya berupa lanjutan dari riwayat Rama Sinta, tetapi ada perbedaan dengan bagian akhir kitab yang ke 6. Menurut para ahli sastra bagian ke 7 memang berupa Kandha gubahan baru. Diceritakan setelah Sinta diboyong kle utara (Ayodya), maka Sang Batara Rama mendengar desas-desus rakyat bawah bahwa kehadirannya sangat disangsikan akan kesuciannya. Demi memperlihatkan kesempurnaanya, maka Sinta yang pada saat itu dalam keadaan hamil diusir dari Ayodya oleh Rama. Pergilah Sinta dengan tiada tujuan tertentu dengan mengenakan pakian orang sudra papa dan sampailah di pertapaan Empu Walmiki. Usia kehamilan Sinta semakin besar, maka setelah tiba waktunya lahirlah dua anak yang ternyata lahir kembar, diberi nama Kusa dan Lawa. Kedua anaknya diasuh dan dibesarkan oleh Empu Walwiki dan dididik membaca kekawin. Sang Walmiki juga menulis cerita riwayat Rama dalam kekawin. Suatu saat ketika Sang Rama mengadakan aswameda yaitu korban pembebasan kuda, Kusa dan Lawa diajak diajak hadir oleh Sang Wawiki. Kedua anak muda inilah yang membawa kekawin gubahan sang Empu. Setelah pembacaan sang kekawin dengan riwayat sang Rama, barulah tau bahwa Kusa dan Lawa adalah anaknya sendiri. Maka segera Wlmiki diminta untuk mengantar Sinta kembali ke istana. Setiba di istana Sinta bersumpah “ janganlah kiranya raganya diterima leh bumi seandainya tidak suci.” Seketika itu juga bumi terbelah menjadi dua dan muncullah Dewi Pertiwi yang duduk di atas singgasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sinta dipeluknya dan dibawanya lenyap masuk ke dalam belahan bumi. Tentu saja Sri Rama sangat menyesal atas semua itu. Perasaan Rama sangat haru melihat sang Dewi Pertiwi yang berkenan untuk muncul menjemput Sinta. Peristiwa tersebut telah membuat Rama mengerti akan kesetiaan Sinta kepadanya. Itulah penyesalan Rama, yang kemudian dinyatakan pada semedinya di pantai samudra dan lepaslah penitisan Wisnu kembali ke Sorgaloka untuk bertemu dengan sang istri yaitu Dewi Pertiwi.

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. Dkk. 1981/1982. Wimba Wayang Kulit Ramayana (Ketut Madra), Proyek

            Penggalian/Pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan Baru, Denpasar.

Subramaniam, Kamala. 2001. Ramayana, Penerbit Paramita, Surabaya.

Comments are closed.