Jatayu adalah burung garuda perkasa yang bisa berbicara seperti manusia. Jatayu adalah sahabat dari Prabu Dasarata, ayah Sri Rama raja dari Ayodya. Suatu ketika Jatayu mendengar jeritan Dewi Sita yang menyebut-nyebut nama Rama Wijaya dari Ayodya, tahulah Jatayu bahwa wanita yang dikempit Prabu Dasamuka (Rahwana) dan terbang di atas hutan adalah menantu Prabu Dasarata. Dengan seluruh kesaktian dan kemampuannya, Jatayu berusaha merebut Dewi Sita dari tangan Prabu Dasamuka (Rahwana). Ketika Jatayu sedang berusaha menyelamatkan Dewi Sita dari Prabu Dasamuka (Rahwana), sayap Jatayu ditebas dengan pedang, tubuh Jatayu terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran.
Ketika Sri Rama dan Lakshmana menelusuri hutan untuk mencari Dewi Sita, mereka melihat darah berceceran dimana-mana. Setelah ditelusuri, mereka menemukan seekor burung tanpa sayap yang sedang sekarat. Burung tersebut mengaku bernama Jatayu, yang berusaha menolong Dewi Sita karena diculik Prabu Dasamuka (Rahwana). Namun usaha yang dilakukannya tidak berhasil sehingga Dewi Sita dibawa kabur ke Kerajaan Alengka. Melihat keadaan Jatayu yang sekarat, Sri Rama memberi hormat untuk yang terakhir kalinya. Tak lama kemudian Jatayu menghembuskan napas terakhirnya. Sri Rama dan Lakshmana melakukan upacara pembakaran jenazah sederhana untuk Jatayu. Jenazahnya mendapat percikan tirtha (air suci) oleh seorang yang “Berjiwa Suci” karena merupakan seorang titisan Wisnu.
Dari kisah Jatayu di atas, saya terinspirasi untuk membuat sebuah karya baleganjur yang mencerminkan kepahlawanan dan jiwa ksatria yang dimili Jatayu. Karya baleganjur yang saya buat berjudul “JATAYU DUTA”, dan untuk teman-teman yang ingin melihat video karya saya, dapat klik video dibawah.
Dikisahkan Raja Kamsa yang takut akan ramalan, bahwa kematiannya berada di tangan Sri Krisna memanggil salah seorang penasehatnya bersama istrinya yang bernama Putana. Putana adalah seorang Asura Perempuan yang diperintahkan untuk membunuh bayi-bayi yang sedang menyusui atau usianya di bawah satu tahun. Putana kemudian berkeliling desa dan membunuhi bayi-bayi yang tidak bersalah.
Pada suatu saat sampailah Putana di Desa Gokula. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Putana mengubah dirinya sebagai wanita cantik. Putana masuk ke halaman rumah Nanda dan melihat seorang bayi dalam ayunan yang merupakan Sri Krisna kecil. Kemudian bayi itu dipangkunya, layaknya seorang wanita yang mencintai seorang anak kecil. Orang-orang yang melihatnya agak heran tetapi terkesan dengan kecantikan dan kasih sayang yang ditunjukkan wanita tersebut kepada bayi putra Yashoda. Putana melonggarkan bajunya dan mulai memberi susu kepada sang bayi. Putana berpikir bahwa bayi tersebut akan segera mati setelah minum air susu beracunnya. Akan tetapi dia terkejut tatkala sang bayi menghisap semua susu yang ada dalam dadanya dengan keras. Dia berteriak-teriak agar tindakan sang bayi tidak dilanjutkan, akan tetapi dia terlambat dan dia merasakan nyeri yang tak tertahankan dan kemudian mati saat itu juga.
Mayat wanita cantik tersebut kemudian berubah wujud menjadi Asura Perempuan yang tinggi besar dan menyeramkan. Warga Gokula kemudian memotong-motong tubuh dan membakar mayatnya. Pada saat pembakaran mayat tersebut keluar bau harum yang mereka tidak ketahui berasal dari mana.
Dari kisah Sri Krisna di atas, saya dan seorang teman saya terinspirasi untuk membuat sebuah karya baleganjur yang berjudul “Putana Pejah” dan untuk video karya saya dan teman saya, dapat di klik dibawah.
Karyaning,
berasal dari kata karya yang berarti
bekerja, sedangkan Segara berarti
laut. Karyaning Segara adalah suatu
pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat yang dilakukan setiap hari di tengah
laut.
Suasana gembira, senang dan bahagia dari
masyarakat pesisir pantai terlihat dari wajah mereka ketika bekerja di laut.
Tidak pernah mengeluh dan selalu semangat dalam bekerja mencari nafkah untuk
menyambung hidup mereka.
Dari fenomena di atas muncul ide si
penggarap untuk membuat sebuah karya karawitan inovatif dengan mengkombinasikan
pola-pola garap baru bernuansa kekinian yang dituangkan ke dalam barungan Gamelan
Pesel.
Gamelan Pesel merupakan bentuk baru dari gamelan yang lahir di tanah Bali, terkonsep dari dua ansambel gamelan Bali yaitu gamelan Semara Pegulingan dan Selonding. Jadi dari pemikiran tersebut, maka nama Pesel merupakan penggabungan atas dua kata yang diurai yaitu dari kata Pegulingan dan Selonding. Pesel juga berkorelasi dengan bahasa Bali yang artinya “dijadikan satu” yaitu kata kerja yang biasa dikatakan orang Bali untuk menyatukan suatu benda yang bersifat jamak. Jadi kata Pesel dalam konteks gamelan ini, diharapkan dapat mengharmonikasikan gending atau lagu yang disajikan dan dapat mempersatukan rasa orang yang memainkan dan menikmatinya. Pengkonsep gamelan ini adalah I Wayan Arik Wirawan S.Sn M.Sn, berasal dari Banjar Kehen Kesiman, Denpasar, Bali.
Kendang adalah instrumen gamelan Bali yang berfungsi sebagai pemurba irama dan ada juga yang berfungsi untuk mengawali atau mengakhiri sebuah lagu atau gending dalam gamelan Bali. Instrumen ini memiliki banyak ukuran, ada yang kecil dan ada yang besar. Namun di video kali ini saya akan menjelaskan tutorial bermain kendang tanpa menggunakan panggul.
Dalam instrumen kendang yang saya mainkan terdapat 3 warna suara, yaitu Cung, Plak, dan Jedet. Cara mencari warna suara Cung adalah dengan menekuk tangan dan memukul muka kendang, tetapi secara lembut. Cara mencari warna suara Plak adalah memukul kendang dengan tangan kiri di bagian muka kendang yang di kiri. Cara mencari warna suara Jedet adalah memukul pinggir muka kendang dengan tangan kanan. Dalam video ini juga saya menjelaskan sebuah pupuh sederhana untuk dijadikan sebagai tutorial bermain kendang tanpa panggul.