Sejarah Singkat Gamelan Gong Kebyar Di Banjar Kepisah Desa Sumerta, Denpasar Timur
Banjar Kepisah merupakan salah satu banjar yang ada di Desa Sumerta Kecamatan Denpasar Timur yang terletak di jalan Hayam Wuruk yang berdekatan dengan Art Center. Art Center itu sendiri merupakan pusat pementasan kesenian di Bali. Menurut Bapak Nyoman Sondra dan pengelingsir di Banjar Kepisah, sejarah gamelan di Banjar Kepisah pertama kalinya sekitar tahun 1967. Awalnya sekitar tahun 1967, Banjar Kepisah hanya memiliki gambelan Gong Suling. Pada masa-masa Drama Gong yang diadakan di Tanjung Bungkak, masyarakat Banjar Kepisah banyak yang ikut berperan dalam pementasan Drama Gong tersebut. Ada yang berperan sebagai penabuh dan ada pula yang berperan sebagai penari. Semenjak masa-masa Drama Gong itulah masyarakat Banjar Kepisah berantusias untuk memulai berkesenian. Dan pada saat itu, masyarakat Banjar Kepisah berinisiatif untuk memiliki Gambelan sendiri, yaitu gamelan Gong Kebyar . Namun, pada saat itu masyarakat hanya memiliki dana yang sangat minim. Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat demi memiliki Gambelan Gong Kebyar yaitu, dari sekha manyi (panen padi) menghimpun diri untuk mengisi waktu luang dengan membuat sekha demen , khususnya yang senang menabuh gamelan. Untuk bisa membeli gamelan, kelompok itu menyisihkan upah yang di dapat dari penjualan padi. Sekitar tahun 1969 dana terkumpul, namun masyarakat Banjar Kepisah hanya bisa sebatas membeli daun gangsa, sedangkan pelawah dan bumbungnya hanya bisa meminjam di banjar Tanjung Bungkak. Selama tahun 1969, selain melaksanakan kegiatan latian- latian rutin di Banjar Kepisah, masyarakat Banjar Kepisah tetap melakukan latihan-latihan megambel diluar Banjar, salah satunya melakukan latihan di Banjar Bengkel yang pada saat itu sudah memiliki gambelan.
Akhirnya sekha yang ada di Banjar Kepisah ini pun berkembang, dan membentuk kesenian Drama Gong yang pada akhirnya sering dipentaskan baik di lingkungan banjar , bahkan mampu mementaskan Drama Gongnya keluar desa dan beberapa kali juga pernah pentas di hotel-hotel seputaran Denpasar . Tokoh Drama Gong Banjar Kepisah waktu itu yaitu Bapak wayan desi , bapak made maren , kakek saya sendiri kak nyoman sebeg , bapak wayan ase , dll . Drama Gong yang sering dipentaskan adalah Drama Gong yang menceritakan tentang Celuluk. Topeng Celuluk yang digunakan didalam pementasan Drama Gong tersebut disumbangkan oleh Art Shop Bapak Rismawan yang bertempat di jalan Hayam Wuruk yang sekarang sudah menjadi Bank BRI. Konon topeng celuluk tersebut dikatakan angker.Masyarakat berusaha menaruh topeng Celuluk tersebut di tempat-tempat yang tidak mungkin akan dimasuki oleh roh-roh halus , namun kejadian yang tidak diinginkanpun terjadi,Topeng Celuluk itu hidup (bergerak dengan sendirinya). Masyarakat Banjar Kepisah pun menjadi panik, dengan pawisik dari jero mangku, akhirnya topeng celuluk tersebut diubah bentuk menjadi rangda. Rangda itu kemudian disungsung oleh masyarakat di Banjar Kepisah dengan sebutan Ratu Ayu Alit.
Karena kenginginan yang masih menggebu-gebu , akhirnya pada tahun 1975 timbul kenginginan dari masyarakat Banjar Kepisah untuk memiliki perangkat gamelan Gong Kebyar sendiri, melalui prajuru/kelihan banjar dijualah sebagian tanah Banjar Kepisah untuk membeli pelawah baru . Semenjak sudah memiliki perangkat gambelan yang lengkap, tepatnya tanggal 20 Maret 1975, Banjar Kepisah mendirikan sekha Gong Mertha Jaya.
Adapun instrumen yang terdapat didalam gamelan Gong Kebyar di Banjar Kepisah :
- 1 tungguh terompong
- 2 buah kendang
- 1 buah cenceng ricik
- 3- 5 buah suling
- 1 buah ugal
- 1 buah kajar
- 4 buah pemade
- 4 buah kantilan
- 1 tungguh reyong
- 2 buah jublag
- 2 buah jegog
- 2 buah gong
- 1 kempur
- 1 buah bende
- 1 buah kemong
- 1 buah kempli
Dengan perangkat gamelan yang telah dimiliki di banjar Kepisah, sekha mampu mewujudkan rasa bakti dengan konsep ngayah-ngayah di lingkungan Banjar bahkan di luar Banjar. Dengan perkembangan gamelan Gong Kebyar masa kini yang telah adanya tambahan instrument 1 buah ugal , dan 2 buah penyacah, di banjar Kepisah tidak terdapat instrument tersebut karena sekha Gong Mertha Jaya masih mempertahankan konsep tradisi dan gamelannya juga tidak meprada seperti gamelan masa kini yang banyak menggunakan prada untuk mempercantik penampilan gamelan Gong Kebyar tersebut. Dan hingga saat ini konsep tradisional tersebut masih dipertahankan dengan baik agar dapat di warisi kepada anak cucu di generasi akan datang.
Informasi sejarah gamelan di Banjar Kepisah ini saya dapat dari Bapak Nyoman Sondra selaku Kelihan Gong, dan pengelingsir- pengelingsir di Banjar Kepisah yang saya wawancarai pada Hari Rabu, tanggal 31 Agustus 2011.