Instrumen reyong

Instrumen Reyong

 index

Reyong adalah suatu instrument yang bentuknya memanjang. Instrumen ini pada umumnya mempunyai jumlah moncol/pencon sebanyak 12 buah yang di awali dengan nada ndeng dan di akhiri dengan nada ndung. Di samping itu ada juga buah. Instrumen reyong pada umumnya dimainkan dengan 4 (orang) orang dengan memegang 2 buah panggul yang dipegang oleh tangan kiri satu buah dan tangan kanan satu buah. Instrumen reyong adalah suatu instrumen yang bentuknya memanjang. Instrument ini pada umumnya mempunyai jumlah moncol/pencon sebanyak 12 (dua belas) buah dengan susunan nada sebagaai berikut ;5 ndeng ,7 ndung ,1 ndang ,3 nding ,4 ndong ,5 ndeng ,7 ndung ,1 ndang ,3 nding ,4 ndong ,5 ndeng ,7 ndung . Instrumen ini dapat dimainkan atau dipukul oleh empat orang dengan masing-masing memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kanan dan tangan kiri. Keempat orang pemain ini masing-masing dinamakan : penyorang, pengenter,penyelah dan pemetit. Suara yang bisa ditimbulkan oleh instrument ini adalah suara mati dan suara hidup atau “ngelumbar” . Pukulan ini terletak pada masing-masing moncol. Sedangkan dalam pukulan “lambe” pada tangan kanan diberi tanda : C sedangkan tangan kiri diberi tanda ; K . Adapun jenis-jenis pukulannya adalah sebagai berikut :

Pukulan Ngeremteb.

Nama dari salah satu pukulan reyong yang menggunakan pola pukulan yang lebih mementingkan pada pola ritme dari pada pola nada. Untuk mewujudkan pukulan ini moncol reyong dipukul dengan cara bersama. Nadanya bisa berbeda antara nada yang satu dengan nada yang lain . Suara yang muncul dalam pukulan ini adalah suara mati (ditutup) dan suara hidup / “ngelumbar” (suara tidak ditutup).

Pukulan nerumpuk

Nama dari salah satu pukulan reyong yang memukul satu moncol atau satu nada yang dipukul oleh tangan kanan dan tangan kiri secara beruntun. Pukulan ini bisa dilakukan / disajikan oleh ke empat pemainnya .

Pukulan Norot , Ngosot dan Ngodot .

Nama dari salah satu pukulan instrumen reyong. Pukulan norot,ngosot dan ngodot ada dua macam yaitu : pukulan norot cepat (gencang) dan pukulan norot pelan (adeng) :

Norot cepat (gencang)

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain (penyorag) yang memukul sambil menutup/nekes , yang pelaksanaannya bergantian dan tangan kanan lebih sering.

Norot pelan (adeng)

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain (penyorag) yang memukul sambil menutup / nekes dimana pelaksanaannya bergantian .

Pukulan memanjing

Pukulan reyong yangdilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian dimana letak pukulan dibagian muka (mue) yang sering juga disebut “lambe” pada waktu akan membuat angsel-angsel.

Pukulan ubit-ubitan (ngubit).

Ubit-ubitan sebuah teknik permainan yang dihasilkan dari perpaduan system on –beat (polos) dan off-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukan akan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan jalinan , ubit-ubitan. Pukulan ini juga biasa juga disebut dengan istilah inter loking. Didalam literatur ubit-ubitan sebuah teknik permainan gamelan Bali yang disusun oleh bapak Dr. I Made Bandem, ada menyebutkan jenis-jenis pukulan ubit-ubitan . Didalam contoh ini penulis sajikan beberapa jenis pukulan ubit-ubit antara lain ;

Ubit-ubitan Nyalimput.

Perpaduan antara pemain “penyorog” yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan pemain “pengenter” juga dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri ,sehingga membentuk suatu jalinan (kotekan) . Jumlah nada yang dipukul adalah empat nada . Nada dan moncol nomer satu dipukul oleh tangan kiri bagian “penyorog” ,sedangkan nada dan moncol nomer empat dipukul oleh tangan kanan “ pengenter ”, sedangkan tangan kanan bagian “penyorag” dan tangan kiri bagian “pengenter” memukul nada/moncol nomer dua dan tiga sehingga dapat membuat suatu jalinan atau kotekan .

Pukulan ubit-ubitan Gegelut.

Perpaduan anatara pemain “penyorog” yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri sedangkan pemain “ pengenter” juga melakukan dengan tangan kanan dan tangan kiri sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan. Jumlah nada serta moncol yang dipukul berjumlah tiga nada atau tiga moncol yang bebeda . Nada dan moncol nomer satu dipukul dengan tangan kiri bagian “penyorog” dan nada atau moncol nomer dua dipukul oleh tangan kanan “penyorog dan tangan kiri “pengenter” , sedangkan tangan kanan “pengenter” memukul nada atau moncol nomer tiga sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan “neluin”.

Pukulan Beburu

Pola salah satu pukulan reyong yang membuat suatu pukulan yang saling berkejar-kejaran dengan nada yang beruntun kenada yang lebih tinggi . Pukulan berburu pada instrument reyong adalah memukul empat buah nada yang berbeda dipukul oleh dua orang pemain dengan memakai tangan kanan dan kiri. Pukulan tangan kiri “penyorog” dengan tangan kanan “pengenter” bertemu sekali dalam waktu yang bersamaan, sedangkan tangan kanan “penyorog” dan tangan kiri “pengenter” bertemu sekali tetapi tidak bersamaan .

Sumber            : Mengenal jenis-jenis pukulan dalam barungan gong kebyar

kendang barong

Kendang Barong Dalam Karawitan Bali

 images

Membicarakan kendang Bali tentunya tidak bisa dipisahkan dari seni karawitan yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan karawitan Bali atau karawitan dalam arti yang lebih luas adalah music tradisional Indonesia. Namun secara khusus , seni karawitan Bali adalah music tradisional yang berasal dari Bali yang nilai-nilai musikalnya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sosiokultural masyarakatnya. Secara umum seni karawitan Bali dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: seni karawitan vokal (tembang), seni karawitan instrumental, dan seni karawitan vokal-instrumental. Seni karawitan vokal (tembang adalah suatu bentuk music tradisi yang mempergunakan vokal manusia sebagai media ungkap, seni karawitan instrumental adalah seni karawitan bali yang mempergunakan instrument atau gambelan sebagai media ungkap berkreativitas, sedangkan seni karaitan vokal-instrumental adalah seni karawitan yang di dalamnya menggabungkan unsure vokal dan instrumental.

Proses Pembuatan Kendang Bebarongan  Secara umum proses pembuatan kendang Bali adalah sama. Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan kendang bebaronganadalah mencari dewasa ayu—waktu yang baik- agar mendapatkan keselamatan dalam bekerja dan kendang yang diciptakan nantinya memiliki kualitas yang baik. Mulai dari hari untuk menebang pohon ditentukan dengan mempertimbangkan sistem sasih – masa – dan pawukon (wewaran). Sasih yang baik adalah sasih karo, kawulu, dan kesanga yang biasanya disebut sasih berag (kurus). Dalam perhitungan wewaranyang terpenting tidak jatuh pada ingkeltaru, wewaran : was (beteng) dan menghindari pasah. Sebelum menebang pohon, biasanya akan dihaturkan canang sari dan segehan. Waktu penebangan sangat diperhitungkan agar tidak termakan rayap, tidak mudah pecah dan mempunyai ketahanan dari segi usia.

Setelah kayu di potong lalu mencari hari baik untuk memulai bekerja atau nuasen. Hari tersebut adalah hari-hari yang bertepatan dengan dewasa: karna sula, kala geger, aswajag turundan bojogturun. Setelah kendang tersebut selesai digarap lalu diupacarai yang disebut dengan istilah ngulapin atau masupati, maksud dari upacara ini adalah memohon kjepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar instrument tersebut menghasilkan suara sesuai dangan yang diinginkan, sekaligus dapat dipergunakan dalam konteks upacara.

Adapun jenis-jenis kayu yang dipergunakan untuk pembuatan bantang kendang bebarongan, antara lain : kayu tewel- nangka-,intaran, mahoni, waru, Kendal, poh gading, cempaka, kayu soren, belalu, nayur, taeb, sentul, tenggulun, temuli gending, waru lod, dan seseh. Kayu yang dianggap paling bagus untuk bantang kendang bebarongan adalah kayu nangka.

Selain dari pemilihan kayu, penentuan jenis kulit sebagai penukupkendang juga harus diperhatikan. Dalam nukubkendang bebarongan,  jenis kulit yang dipergunakan adalah kulit sapi yang masih muda atau godel.Jenis godelyang dipergunakan adalah godel  betina karena mempunyai jenis kulit yang lebih lemas dan lentur dari pada yang jantan.

Teknik Menabuh Kendang Bebarongan Ada satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh juru kendang, yaitu sikap duduk dalam bermain kendang sebab sikap duduk yang baik dan benar akan sangat menentukan kenyamanan dalam bermain kendang. Dalam memainkan kendang bebarongan, juru kendang harus duduk bersila dengan posisi kendang di atas paha. Bagian depan kendangberada di sebelah kanan. Posisi kendang sejajar dengan bahu kanan penabuh, badan harus tegak dan perut harus ‘dikunci’. Dengan posisi badan yang tegak dan pandangan kedepan akan menambah kewibawaan seorang pemain kendang, disebut dengan istilah nogdog jejerih. Untuk mendapat suara kendang sesuai dengan yang diinginkan dilakukan dengan jalan mengatur posisi sompe (pengatur suara kendang yang berbentuk cincin terbuat dari jangat). Cara mengatur tinggi rendahnya suara kendang adalah dengan jalan mengatur sompe baik kearah muwa kanan maupun muwa kiri kendang. Pengaturan suara kendang dapat juga dilakukan dengan cara memukul bagian wakis –salah satu bagian dari kendang yang terbuat dari bambo dan kawat yang berbentuk cincin dan berfungsi untuk memegang penukub dan tali, dan penukub kendang pada kedua bagian (muwa).

Pupuh kendang bebarongan adalah gabungan dari beberapa warna suara kendang sehingga menghasilkan suatu pola kekendangan khas bebarongan. Pupuh kekendangan bebarongan terdiri dari pupuh kekendangan pokok dan pupuh kekendangan yang dikembangkan. Pupuh kekendangan yang dikembangkan pada dasarnya mengacu pada pupuh kekendangan pokok. Dalam hal pengembangan ini sangat tergantung dari kemampuan atau skill dan rasa estetis dari juru kendang itu sendiri. Pupuh Kekendangan Pokok Dengan Menggunakan Panggul Yang dipakai dasar dalam pupuh kekendangan pokok adalah gending jenis gilak yang sering disebut gilak bebarongan. Gilak bebarongan terdiri dari delapan ketukan dalam satu frasenya (satu gong-an). Pada pupuh kekendangan pokok bebarongan pukulan pak atau keplak jatuh tepat pada ketukan, sedangkan cedugannya megantung atau sering disebut dengan istilah nyatotin. Dengan jatuhnya keplakan tepat pada ketukan dan cedugan megantung maka tangan kiri akan berfungsi sebagai pemegang mat sedangkan tangan kanan memalui cedugan akan bermain megantung atau off beat. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan sebagai dasar dari pupuh kekendangan barong.

Pupuh Kekendangan Pengembangan Berdasarkan pupuh pokok di atas maka, seara bertahap pupuh pokok itu akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan juru kendang itu sendiri. Caranya adalah sebagai berikut ini:

  1. Langkah pertama adalah membuat keplakan menjadi megantung sehingga keplakan dan cedugan akan megantung.
  2. Pengembangan kedua dilakukan dengan jalan melipatkan jatuhnya cedugan pada gong kedua
  3. Pengembangan ketiga keplakan tetap megantung, sedangkan cedugan ditambah variasinya naming tetap dipukul megantung.
  4. Pengembangan lebih lanjut adalah dengan jalan melipatkan keplakan maupun cedugan dengan teknik megantung, sehingga pupuhnya menjadi sangat rumit.

Pupuh Kekendangan Pokok Tanpa Menggunakan Panggul Pada dasarnya sama dengan pupuh kekendangan pokok yang menggunakan panggul, yaitu sama-sama nyatotin baik keplakan,ceditan, maupun suara pung.

Pupuh kekendangan Tanpa Menggunakan Panggul

Pupuh Kekendangan Pokok Tanpa Menggunakan Panggul Pada dasarnya sama dengan pupuh kekendangan pokok yang menggunakan panggul, yaitu sama-sama nyatotin baik keplakan,ceditan, maupun suara pung.

Hubungan Antara Pupuh kekendangan Dengan tari Barong

Dilihat dari hubungan antara pupuh kekendangan dengan tari barong , ternyata keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, tari (juru bapang) akan bertindak sebagai pemberi aba-aba dan selanjutnya direspon oleh tukang kendang dan seluruh pemain gamelan sehingga terjadilah perubahan dinamika gending yang disebut dengan istilah angsel. Ada empat jenis angsel yang didapatkan dalam hubungan ini yaitu : angsel bawak (pendek), angsel numpuk (berlipat), angsel kado (tidak sempurna) dan angsel lantang (panjang). Selain keempat angsel tersebut, apabila juru bapang memberi aba-aba berupa kipekan (menoleh kekanan atau kekiri) maka akan direspon oleh juru kendang dengan keplakan.

Sumber            : Mengenal jenis-jenis puykulan dalam barungan gambelan gong kebyar

 

SEJARAH GAMELAN SALUKAT

Saya berlatar belakang untuk meneliti sejarah gamelan  salukat ini karena di dalam gamelan ini sangat banyak terdapat inovasi baru dan merupakan satu-satunya barungan gamelan  yang  hanya terdapat di Bali, tepatnya di desa pengosekan, Ubud . Gamelan ini diciptakan oleh seorang komponis muda Bali yang namanya sudah menjulang secara internasional, yaitu Dewa Ketut Alit.

Dari persespektif musik, Bali sangat beruntung memiliki musik tradisi gamelan yang sangat kaya dan berbobot tinggi. Kekayaan ini hendaknya dipelihara dengan baik, dijadikan ‘fondasi’ untuk menopang pergerakan-pergerakan musik tradisi itu sendiri kemasa depan yang lebih baik. Ia merupakan penyanggah budaya yang melahirkan karakteristik Bali sebagai daerah yang unik.Warisan tradisi ini tidak muncul begitu saja. Ia lahir dari proses panjang generasi ke generasi dan merupakan pengendapan akibat adanya pertemuan yang cocok antara musik itu sendiri dengan masyarakat pendukungnya. Ada hubungan akar yang sangat kuat melatarbelakangi hingga ia tumbuh menjadi musik yang sangat kuat pula. Seiring dengan perjalanan waktu, dari zaman setelah kemerdekaan sampai memasuki periode reformasi seperti saat ini, dengan melihat fenomena yang ada disadari atau tidak, bahwa sikap diskriminasai terhadap musik gamelan masih terjadi. Gamelan hanya dianggap sebagai media musik yang terbatas. Ia selalu dikaitkan dengan kehidupan tradisi. Itupun dilakukan oleh orang-orang kita sendiri. Gamelan kini sudah mendunia. Ia tidak lagi dibatasi hanya sebagai produk tradisional belaka. Eksistensinya sebagai ciri khas ke-Indonesiaan telah mengantarkan bangsa ini ketempat yang lebih bermatabat di dunia internasional. Ia tidak hanya sebatas mampu menembus sekat-sekat budaya timur dan barat, akan tetapi dengan lebih elegan telah tumbuh menjadi kekuatan baru yang sudah semestinya disadari dengan memberikan perhatian yang lebih serius dan berkesinambungan. Kehadiran karya-karya baru yang tetap memperjuangkan prinsip-prinsip kemandirian dan bersifat original adalah sangat diperlukan sebagai penyeimbang dari perspektif yang berbeda sehingga muncul lebih banyak pilihan yang merupakan sumbu yang sangat relevan untuk merangsang serta mendewasakan aspresiasi masyarakat sebagai penikmat, pelaku dan penilai seni. Musik gamelan Bali akan secara elegan hidup berdampingan di atas kesetaraan dan bergelora sebagai musik yang mandiri di tengah-tengah musik global yang tiada batas. Ini merupakan salah satu faktor penyebab dibuatnya barungan “Gamelan Salukat”, sekaligus dengan penciptaan komposisi-komposisi karya musik baru dengan menggunakan barungan tersebut sebagai media ungkap.

“Salukat”, dalam arti kata “Salu” artinya rumah dan “Kat” artinya melebur atau  menyucikan kembali. Artinya dalam konteks ini, rumah merupakan tempat pergi dan kembalinya orang untuk melaksanakan segala kreativitas dalam konteks berkeluarga. Jika dijabarkan juga sesuai dengan arti kata yang lain, “Sa” = Selonding, “Lu”= Luang, “Kat”= menyucikan kembali. Sehingga selonding, gong luang, merupakan jenis gamelan yang disakralkan di Bali sesuai dengan konteksnya. Kata ini ditemukan oleh beliau pada saat beliau melukat di salah satu pura yang terdapat air mancur atau pancoran di sebuah desa di Bali, yang bernama desa Kramas. Pura atau pancoran ini dinamakan “PURA SLUKAT”, yang katanya barang siapa yang  melukat pada pacoran ini atau nunas tamba pada pura ini, bahwa diyakini  segala wabah penyakit akan sembuh dan itu sudah dibuktikan oleh beliau sendiri. Lalu setelah mengamati secara cermat “PURA SLUKAT” tersebut, beliau membuat sebuah komposisi musik gamelan di Jepang yang diberi nama “SLUKAT”. Oleh ketertarikan beliau dengan kata tersebut, akhirnya barungan gamelan beliau dinamakan “Salukat” bukan “Slukat”. Gamelan  Salukat dirancang dan dibuat pada tahun 2004. Kemudian gamelan ini selesai pada tahun 2006. Lalu mulai membuat group gamelan (sekeha)  yang juga bernama “Salukat” pada tahun 2007. Kemunculan gamelan ini disebabkan oleh senangnya beliau terhadap sifat yang eskprimental atas dasar pertimbangan dalam konteks gamelan Bali, banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dengan pasti. Selain itu juga, ide diciptakan barungan gamelan ini, beliau sangat suka berkomposisi dengan menggunakan gamelan 7 nada. Sebelum adanya barungan gamelan ini, gamelan yang menggunakan laras pelog 7 nada telah ada. Misalnya barungan gamelan semarandhana, semar pegulingan, selonding, gong luang dan lain sebagainya. Tetapi menurut beliau, jika berkomposisi menggunakan barungan tersebut, beliau merasa terbatas dan kurang puas. Oleh karena nada-nadanya hanya terdiri dari satu oktaf , kecuali patutan selisir yang terdapat dalam barungan gamelan semarandhana.

Barungan gamelan salukat  ini dimainkan oleh 30 orang penabuh. Itu juga tidah harus berjumlah segitu. Tergantung juga dalam kebutuhan berkomposisi. Kalau dilihat dari wujud fisiknya, barungan gamelan ini sangat minimalis tetapi berisi. Maksud dari berisi ini, barungan ini mempunyai banyak makna dan maksud tertentu yang mempunyai alasan  yang edukatif. Bentuk tungguhan pada barungan gamelan ini tidaklah sama seperti halnya bentuk tungguhan yang sudah lumrah pada gamelan Bali. Bentuk tungguhan gamelan ini simple dan praktis untuk di bawa kemana-mana. Tetapi meskipun bentuk tungguhan barungan ini kecil, tidak ada sedikitpun berpengaruh terhadap suara gamelan. Yang anehnya juga tuning pada gamelan ini khusus untuk pemade, ngumbang isepnya dibagi menjadi empat dimensi, yang di bali biasanya hanya 2 dimensi. Tujuannya adalah pada barungan gamelan ini lebih banyak mengacu pada sistem bunyi. Disamping itu juga dalam barungan gamelan ini, menggunakan 5 gong dan 2 kempur. Maksudnya dalam  logika matematika, 5 + 2 = 7. Ini menunjukan bahwa gamelan ini berlaras 7 nada, tetapi gong atau kempurnya tidak dituning secara pasti sesuai dengan nada gamelan. Hanyalah dicari dimensinya saja, agar menimbulkan getaran atau suara yang diinginkan.

Adapun instrument yang terdapat pada barungan “Gamelan Salukat” yaitu terdiri dari :

  • 4 tungguh pemade yang daunnya berjumlah masing-masing 14 bilah
  • 4 tungguh kantilan yang jumlah daunnya masing-masing  berjumlah 14 bilah
  • 2 tungguh calung yang jumlah daunnya masing-masing berjumlah 11 bilah
  • 2 tungguh jegog yang jumlah daunnya masing-masing berjumlah 11 bilah
  • 1 tungguh ugal yang jumlah daunnya 14 bilah
  • 1 tungguh reong yang jumlah penconnya 17.
  • 1 buah kajar
  • 1 buah kempli
  • 1 buah cengceng ricik
  • 1 tungguh gambang
  • 5 gong dan 2 kempur
  • Beberapa buah kendang yang terdiri dari kendang gegupekan, palegongan, jedugan dan lain sebagainya (tergantung kebutuhan komposisi)
  • 8 buah suling
  • 1 buah rebab

 

Fungsinya Ini merupakan gamelan yang mempunyai sifat evolusioner dan radikal. Dalam barungan gamelan ini, bisa dimainkan berbagai jenis lagu (gending) dari jenis repertoar musik yang ada di Bali. Misalnya gending-gending yang ada dalam barungan gamelan selonding, gong luang, angklung, gong gede, semar pegulingan, bebarongan, semarandhana dan lain sebagainya bisa dimainkan di dalam barungan Gamelan Salukat ini. Gamelan ini sungguh enerjik, baik dilihat dari konteks komposisi dan instrumentasinya.

Demikianlah sejarah Gamelan Salukat , Apabila dalam hal ini ada yang tidak berkenan, saya memohon maaf sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih.

SUMBER : Miguel Covarrias ‘pulau bali’ temuan yang menakjupkan udayana unipersity prres

tari legong

TARI LEGONGgambar legong

Sebagai pola dasar yang halus feminin , legong adalah tarian bali yang paling bagus . Para ahli membicarakan keunggulan yang diperbandingan dari beraneka ragam legong seintensif kami membicarakan para penari kami , dan aku mendengar argumen yang khidmat di anatar para pangeran dalam halo apakah kelompok tersebut berasal dari bedulu lebih baik dibandingkan yang dari saba , atau apakah aliran Sukawati lebih unggul dari aliran Badung .

Legong dipentaskan pada perayaan – perayaan yang pada umumnya pada ujung senja ketika panasnya hari sudah berkurang . Pada desas – desus pertama bahwa akan ada legong di alun-alun pusat , atau kalau hal itu pada perayaan pribadi , di tengah jalan , kerumunan orang mulai terbentuk . perempuan dan anak – anak dating duluan untuk mendapatkan tempat terbaik , bergeromol sepanjang ruang segi empat persegi panjang , yang disisakan untuk tempat penari . Ruang untuk menari sering dihiasi dengan atap daun kelapa atau diteduhi oleh tenda rumah kain berwarna hitam , merah dan putih , ekor dari layang – layag raksasa. Pada satu ujung dari “pentas” orkes menghibur kerumunan orang yang makin bertambah secara bertahap dengan lagu – lagu pendahuluan sampai waktunya bagi pertunjukan untuk mulai .

Tiga orang penari cilik , dengan raut muka kejemuan yang tak terbatas , duduk diatas tikar di depan orkes. Mereka didandani dari kepala sampai ke kaki dengan lapisan sutera dengan daun – daun emas yang berilau dan pada kepala mereka mereka mengenakan helm besar dengan hiasan emas yang dihiasi dengan sederet bunga kemboja segar yang sedang mekar . Subang besar yang terbuat  dari emas yang bergaris tengah satu inci , menembus daun telinganya yang ditindik secara prematur. Wajah mungil mereka yang pilu dibedaki dengan tebal , dan mereka mengenakan sebuah titik putih (priasan) , tanda kecantikan didalam penari, dipoleskan diantara alis , yang diukur dan dibentuk kembali dengan cat hitam .

Kostum yang kaya dari dua orang penari utama ,para legong , terdiri dari atas kain bawah ,rompi yang berlengan ketat , dari mana tergantung sebuah celemek panjang dan sempit , dan beberapa yard kain kuat yang dipotong dalam potongan sempit panjang yang membungkus torso mereka dengan tanpa belas kasihan dari dada smpai pinggul. Selanjutnya ini diselimuti selendang kain berhias emas. Ikatan ketat seperti korset memberi  garis- garis pada tubuh para penari dan mendukung punggung mereka . kostum tersebut dilengkapi dengan sebuah rompi pendek yang ketat dari kulit yang berkilat yang dikenakan melingkari bahu , sebuah kerahyang dihiasi dengan batu – batu berwarna dan cermin – cermin kecil , sebuah ikat pinggang erak serta selendang hiasan kulit yang tergantung dari masing – masing pinggul . Gadis kecil yang duduk diantara legong , para condong yang merupakan pelayannya , berpakaian lebih sederhana .

 

 

 

 

 

Kostum legong

Ketika kerumunan orang sudah berkumpul , orkes memulai musik tarian dan para condong berdiri dengan malasnya dan berdiri di tengah – tengah ruang menari . Tiba – tiba , dengan tekanan dari gamelan , seolah ditusuk oleh sebuah aliran listrik , dia melakukan pose yang bersemangat : dengan kaki telanjang datar di tanah , lututnya lentur , dia memulai sebuah tarian yang hidup , bergerak dengan cepat , berputar kedalam dan keluar dari sebuah lingkaran , dengan lengan terentang dengan kaku , jari – jemari tegang gemetar , dan matanya menatap langit . Pada setiap hentakan musik seluruh tubuh condong tersentak , dia mengentakan kakinya yang bergetar lebih cepat , dan getarannya tersebar ke paha dan ke atas pada pinggulnya sampai seluruh tubuhnya bergetar demikan hebatnya sampai bunga – bunga dihiasan kepalanya beterbangan kesegala arah. Pesona yang secara perlahan tumbuh tiba – tiba putus dan gadis itu menggelincir dengan langkah kesamping yang tangkas , pertama ke kanan dan kemudian ke kiri , berayun dari pinggangnya yang lentur semetara lengannya pecah kedalam pola – pola tajam pada pinggang dan lutut. Tanpa berheni dia menggambil dua buah kipas yang terletak diatas tikar dan meneruskan tariannya dengan memegang kipas pada masing – masing tangannya didalam langkah melingkar anggun.

Dengan isyarat dari musik (gambelan) kedua gadis yang lain tegak dan mulai menari dengan tangan , leher , dan matanya , masih berlutut diatas tikar . Kemudian mereka bangkit dan menari bersama condong, membentuk pola yang berbelit-belit dengan enam lengan dan 30 jemari sampai tema musiiknya berhenti. Kemudian condong mengulurkan kipas pada maising-masing legong dan keluar ke latar belakang.

Orkes memainkan melodi yang lebih penuh semangat dan legong menari kembali dengan kipas terkembang yang bergetar  pada sebuah kecepatan sehingga bentuknya lenyap seperti sayap-sayap burung yang berdegung, terbang melayang di angkasa.

Kedua penari terlihat sebagai gambaran ganda yang demikian  mirip gerakan-gerakannya,leher mereka  patah-patah dari sisi kesisi di dalam persetujuan sempurna,disinkronkan pada waktu ganda dengan kedipan mata. Disiplin yang paling mutlak mengontrol gerakan-gerakan mereka yang tajam dan tepat. Masng-masing gerkan mengikuti gerakan sebelumny di dalam urutan ritmis yang sempurana,kesempurnaan teknis diubah bentuknya kedalam keindahan dan gaya. Pada saat –saat tertentu musiknya menjadi lincah dan rumit, kedua gadis itu muncul bersama, membawa wajah-wajah merek saling berdekatan dan dengan lembutnya saling “menggosokan hidung” (ngaras),mengikuti ini gerakan bahu,suatu getaran kesenangan. Ini mempresentasikan  sebuah adegan bercinta,sebuah ciuman yang dilakukan terhadap tema musical yang khusus (pengipuk). Drama berakhir dan episodenya dibiarkan pada khayalan, dan ketiga gadis kecil mengakhiri penampilanya dengan sebuah tarian perpisahan yang santai. Pementasan telah berakhir dengan baik dan gadis – gadis itu tampak sangaat tenang, tidak kelelahan setelah tarianya yang berat.

tentang banjar tabunan

IDENTITAS BANJAR

Banjar Tabunan merupakan sebuah banjar yang bertempat di daerah desa tabunan , Bangli. Saya akan mulai memperkenalkan banjar saya yang bernama Banjar Tabunan. Dari informasi yang saya dapat dari mantan kelian di Banjar Tabunan yang bernama Sang Kompyang Geloyah. Bahwa beliau memimpin dari tahun 1976-1999. Selama beliau memimpin di banjar Tabunan ,berselang 1 tahun beliau sudah bisa merencanakan dan rencana tersebut terwujud dengan melaksanakan upacara memungkah mendem pedagingan. Upacara tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 Mei tahun 1997 dilaksanakan di pura Dalem. Tahun 1977 banjar tabunan menyungsung sebuah barong , dan tapel barong tersebut sudah ada sejak dari dulu . Pada karya memungkah mendem pedangingan tapel barong tersebut di Kodak (di cat). Pada tahun 1990 baru dibuatkan badan barongnya dan membuat dua buah rangda yaitu rangda hitam yang bernama Kala Ditya dan rangda putih yang bernama Betara Durga. Tahun 2010 banjar tabunan juga membuat sebuah parekan seperti celuluk, bojog dan paksi (garuda) biasanya di pentaskan pada rahinan Tilem Sasih Kapitu. Pada tahun 1930 baru mempunyai gong dan mengganti pelawah pada tahun 1980.

pada tahun 2005 pelawah diganti dengan pelawah modern seperti model ukiran. Bale banjar Tabunan sudah dua kali direnovasi pada tahun 1980 dan tahun 2013. Banjar Tabunan juga memiliki sebuah lapangan sepak bola yang letaknya di samping pura puseh. Pada tahun 2010 banjar tabunan membentuk sebuah pesraman anak – anak dan pesraman itu mengajarkan anak – anak untuk belajar megambel. Selain itu pesraman juga mengajarkan anak – anak untuk belajar menari. Pesraman anak – anak itu juga pernah di pentaskan untuk ngayah – ngayah di pura – pura yang ada di Desa Tabunan .

Pada tahun 1960 banjar saya mempunyai sekha janger. Sekha janger tersebut ditarikan oleh Pemuda dan pemudi STT Giri Putra. STT Giri Putra dibentuk pada tanggal 10 november 1980.  Tahun 1986 banjar saya membentuk sekha joged dan sekha santi hingga sampai sekarang masih beraktifitas. Pada tahun 1990 banjar saya mempunyai angklung dan dijual pada tahun 2008 membeli semar pegulingan. Dulu di desa saya jika ada piodalan pada rahinan tilem kepitu tidak pernah ada pentas kesenian seperti calonarang. Pada tahun 2005 disana baru membentuk sekha gong yang bernama sekar sandat  yang aktif hingga sekarang.

sekha gong sekar sandat pernah mengikuti porda (pekan olahraga daerah ) yang dilaksanakan di lapangan puputan  klungkung pada tanggal 28 maret 2006. Selain itu sekha gong sekar sandat pernah pentas di kalangan ayodya art center , denpasar. Banjar Tabunan juga pernah mengikuti lomba baleganjur Adi Merdanga yang dilaksanakan di bangli pada tanggal 10 mei . Selain mengikuti parade calonarang, banjar tabunan pernah pentas calonarang di kertagosa klungkung dan ngayah calonarang di pura pasek pegatepan klungkung. Selain sekha gong di banjar tabunan , sanggar saya juga pernah mengikuti parade calonarang antar kecamatan bangli.

Kegiatan yang ada di banjar saya, setiap rahinan tilem para pemuda dan pemudi STT Giri Putra ngayah di pura dalem sedangkan setiap rahinan purnama para pemuda dan pemudi STT Giri Putra ngayah di pura puseh. Tidak hanya purnama tilem saja STT Giri Putra ngayah , tapi setiap ada piodalan- pidolan di pura para pemuda dan pemudi STT giri putra juga ngayah seperti membuat penjor, membuat pelengkungan dan membersihkan area pura.  Setiap dua minggu sekali para pemuda dan pemudi STT Giri Putra mengadakan rapat rutin untuk membahas kegiatan di banjar . Tanggal 10 november adalah ulang tahun STT Giri Putra . Biasanya untuk memperingati ulang tahun STT Giri Putra para pemuda dan pemudi di banjar Tabunan mengadakan bazzar ulang tahun ,tidak hanya itu saja STT Giri Putra juga  mengadakan  perlombaan – perlombaan mulai dari makan krupuk , panjat pinang dan jalan santai .

Pada tanggal 17 Agustus biasanya para pemuda dan pemudi STT Giri Putra merayakan peringatan kemerdekaan dengan membuat bermacam perlombaan seperti , lomba panjat pinang untuk pemuda dan pemudi banjar Tabunan , lomba makan krupuk , lomba balap karung , lomba lari, lomba klereng, dll.

Sebelum hari raya pengerupukan, biasanya para pemuda dan pemudi STT banjar Tabunan membuat ogoh-ogoh untuk diarak keliling desa. Tidak hanya saat pengerupukan saja ,sewaktu nyepi para pemuda banjar membantu pecalang untuk berjaga dilingkungan banjar. Biasanya penjagaan dilakukan secara bergantian.

Tidak hanya organisasi STT saja yang ada di banjar tabunan, banjar Tabunan juga mempunyai sebuah organisasi untuk kalangan ibu-ibu yang disebut dengan PKK Banjar Tabunan. Biasanya satu bulan sekali diadakan arisan PKK di banjar.

Setiap hari raya galungan dan kuningan masyarakat banjar Tabunan melakukan persembahyangan ke pura dalem, pura Puseh ,dan ke pura Dalem Bakas. Selesai persembahyangan masyarakat banjar tabunan melakukan aktifitasnya kembali. Biasanya setiap hari raya manis galungan masyarakat banjar Tabunan melakukan sebuah ritual ngelawang dan ada piodalan di pura puseh banjar Tabunan.

Aktifitas masyarakat di banjar Tabunan Kebanyakan Masyarakatnya membuat kerajinan batako sebagai sumber mata pencarian mereka. Tidak hanya perajin batako saja , masyarakat di banjar tabunan juga rata-rata bermata pencarian sebagai petani. Setiap dua minggu sekali masyarakat di banjar Tabunan mengadakan kerja bakti/ gotong royong untuk membersihkan lingkungannya. Setiap hari minggu biasanya para langsia mengikuti senam di banjar .

Demikianlah penjabaran identitas banjar saya yang bernama banjar Tabunan..Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan dalam indentitas ini . Terimakasi..