Biografi Seniman Tokoh

Biografi I Made Kartawan

 

 LATAR BELAKANG

 

              I Made Kartawan Adalah Seorang Seniman atau Komposer Karawitan yang berasal dari Denpasar Bali kecamatan Densel desa Sidakarya, Banjar  Tengah Sidakarya yang mempunyai nama besar dalam Kesenian Musik Karawitan Bali. Beliau Adalah Anak ke-2 yang lahir di Denpasar, 10 Oktober 1972 dan menikah dengan seorang perempuan yang bernama Ni Made Supeni yang saat ini telah di karuniai 2 orang anak. Dalam kegiatannya di dunia seni bisa di katakan Beliau adalah seorang yang patut di kagumi, selain mahir dalam akademis juga mahir dalam memainkan alat musik instrumen tradisi maupun moderen, dan akhirnya beliau menjadi dosen di Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Karawitan yang mengajar mata kuliah Akustika, Organologi, Musik Teater III, Etnomusikologi di ISI Denpasar sampai beliau ingin melanjutkan kuliah S3 di salah satu Universitas di Canada pada tahun 2011.

Riwayat pendidikan beliau diawali dari Sekolah Dasar Negeri 4 Sesetan pada tahun 1977-1983 kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 6 Denpasar di tahun 1983-1989, dan pada tahun 1989-1992 SMA di SMEA Negeri Denpasar yang sekarang di ganti menjadi SMK N 2 Denpasar, Setelah Tamat beliau langsung melanjukan ke STSI S1 pada tahun 1992-1997yang mengambil judul Skripsi Maha Gora dan mempunyai gelar S.Sn. Pada tahun 2000 beliau ingin melanjukan studi S2 Kajian Budaya Udayana UNUD dan tamat pada tahun 2003 dengan Thesis Keragaman Laras Gong Kebyar di Bali kajian dalam perspektif budaya, setelah selang waktu 8 tahun dengan mengajar di ISI Denpasar beliau melanjutan S3 ke Canada Sampai Sekarang di The University of Britis Columbia, Canada dengan rancangan tulisan disertasi

Tuning in Gender Wayang: Vioces, Indigenius, Concepts, Analysis and Philosophy.

 

 

KARYA-KARYA

 

              Membicarakan Soal karya, beliau mengatakan pada saya tidaklah sulit membuat suatu karya komposisi tabuh atau semacamnya asal kita mau berusaha, berani, tekun dan bisa mempertanggung jawabkan hasil karya tersebut. Pintar dalam memainkan gambelan atau instrument apapun tidak berpengaruh, beliau mengatakan dirinya dahulu tidak tau menau tentang memainkan gambelan dia hanya ikut ekstra di dalam sekolah dan daiajari oleh ayahnya sendiri, tetapi dengan niat yang tekun dia akirnya bisa mewujudkan cita-citanya berkiprah dalam dunia seni saat ini dengan hanya bermodal pengetahuan akademis itu semua bisa terwujud dengan sendirinya baik dalam praktek maupun teori.

 

Adapun karya-karya beliau sebagai berikut:

 

 

No

Judul

Tahun

Biaya dari

Ket.(kelompok/sendiri)-Mandiri

1 Menata Iringan Tari Sang Graha PKB XXIII 2001 PEMKOT Kelompok
2 Menata Fragmentasi Bulan Kepangan PKB XXIII 2001 PEMKOT Kelompok
3 Menata Tabuh Kreasi Lelambatan

” Candana ” PKB XXIV

2002 PEMKOT Kelompok
4 Baleganjur Semarandhana

” Segara Mepek ”

2002 Nusa Dua Beach Hotel Kelompok
5 Menata Sandya Githa ” De Koh Ngomong” Festival Gong Kebyar PKB XXV tahun 2003 di Taman Budaya Dps.

 

2003 PEMKOT Kelompok
6

 

Menata Kreasi Bebarongan Jepun Kuning 2004 ISI Denpasar Kelompok
7 Membuat karya iringan tabuh “Prosesi Penyatuan Kampus FSRRD Unud menjadi ISI Denpasar” dalam rangka Gelar Seni Wisuda I ISI Denpasar, 17 Maret 2004 di ISI Dps. 2004 ISI Denpasar  
8 Menata ”Indonesia Menuju Damai”, 1 April 2004. (Kampanye bersama Parpol. peserta PEMILU) 2004   Mandiri
9 Menata Iringan Musik pada garapan “Kala-kali“ produksi ISI Denpasar dalam rangka Pelantikan Rektor ISI Dps, 5 Juni 2004. 2004 ISI Denpasar Kelompok
10 Menata Iringan Tari pada garapan “Siwa Tatwa“ produksi ISI Denpasar dalam rangka PKB XXIV, 17 Juli 2004 di Taman Budaya Denpasar 2004 ISI Denpasar Kelompok
11 Membuat karya iringan Tabuh Telu Kreasi “Jojor” dalam rangka Upacara Atiwa di Desa Kuta, Okt 2004 2004    
12 Menata Tari garapan baru Oratorium tari “Sumpah Palapa Gadjah Mada” produksi ISI Denpasar, 12 Sept 2004 2004 ISI Denpasar Kelompok
13 Menata Kreasi Baleganjur ” Jagabaya ”

di Desa Adat Kuta

2005 Desa Adat Kuta Mandiri
14 Menata Kreasi Baleganjur ”Pralaya” dalam rangka 100 tahun Puputan Badung 2006 Kelompok Masyarakat Mandiri
15 Menata Babak I Pembukaan PKB XXVIII tahun 2006 Produksi ISI Denpasar 2006 ISI Denpasar Kelompok
16 Menata Babak IV Pawai Pembukaan PKB XXIX 2007 ISI Denpasar Kelompok
17 Menata Babak V Fragmantari Kolosal “Somya Rupa” 2008 ISI Denpasar Kelompok
18 Komposer “Festival of Life” kolaborasi dengan Kanzai Production Jepang. 2009 ISI Denpasar Kelompok
19 Menata Baleganjur “Yowana Lalita” predikat terbaik di Kota Denpasar 2009 Kelompok Masyarakat Mandiri
20 Tabuh-tabuh Baleganjur ”Launching Album dengan Bali Record ” 2009 Bali Record Mandiri
21 Menata iringan oratorium ”Anggada Duta” ISI Denpasar dalam rangka PKB ke 32 tahun 2010 2010 ISI Denpasar Kelompok
22 Membuat komposisi untuk iringan drama tari Panji Semirang, pada Fakultas Bahasa, Kanda University Jepang. 2010 Kanda University Jepang  
23 Penata Karawitan/Tabuh Telek di Desa Sidakarya 2011 Kelompok Masyarakat Kelompok

 

 

Hasil Penelitian/Artikel/Makalah Yang dipublikasikan / Pengabdian Masyarakat

 

I Made Kartawan juga banyak menulis tentang seluk beluk gambelan maupun instrumen baik dalam kelompok maupun mandiri

NO

JUDUL

Pada Majalah/Jurnal, Nomor, Volume, Thn

Ket.(kelompok/sendiri)-Mandiri

1

Ngumbang Ngisep : Sebuah Kajian Estetika akustik gamelan Bali

Bheri Vol. 3 No.1/2004

Mandiri

2

Pembuatan & Pelarasan Gamelan Bali

Bheri Vol. 4 No.1/2005

Mandiri

3

Cara Pembuatan Kendang Bali

Bheri Vol   2006

4

Keragaman Laras Gong Kebyar di Bali ” Kajian Dalam Perspektif Budaya”

MUDRA Vol.17 No. 2/2005

Mandiri

5

Pembina Kesenian di Desa Sidakarya

Tahun 1997 – Sekarang

Mandiri

6

Pembina dan Koordinator Gong Kebyar Dewasa Campuran Duta Kota Denpasar pada PKB XXIV

Tahun 2001

Mandiri

7

Pembina Gong Kebyar Anak-anak Duta Kota Denpasar padaPKB XXV

Tahun 2002

Mandiri

8

Pembina Gong Kebyar Dewasa Duta Kota Denpasar pada PKB XXVI

Tahun 2003

Mandiri

9

Pimpinan dan Pembina Sanggar Sidhakarya

Tahun 2003 – Sekarang

Mandiri

10

Panita Parade Baleganjur Anak-anak dalam rangka PKB XXVIII tahun 2006

Tahun 2006

Mandiri

11

Konseptor dan Koordinator Lomba Baleganjur Anak-anak pada PKB XXIX tahun 2007

Tahun 2007

Mandiri

12

Peranan Ngumbang-Isep Dalam Gamelan Bali

Penelitian Due-like Batch IV STSI Denpasar tahun 2006

Kelompok

13

Panitia Parade Baleganjur Remaja PKB XXX Tahun 2008

Tahun 2008

Kelompok

14

Pembinaan ke seluruh Kabupaten/Kota di Bali dalam rangka Parade Baleganjur pada PKB XXX tahun 2008

Tahun 2008

Kelompok

15

Melakukan pembinaan dalam rangka lomba Baleganjur se Kota Denpasar di Desa Sidakarya

Tahun 2009

Mandiri

16

Reformulasi Sistem Patutan Pada Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu

Penelitian Hibah I-Mhere Bacth III Tahun 2009

Kelompok

17

Perbaikan Proses Produksi Dalam Meningkatkan Kualitas Ekspor Gamelan Bali ke Luar Negeri

Hibah Penelitian Strategis Nasional Tahun 2010

Kelompok

 

 

 

PENGALAMAN BERKECIMPUNG DI DUNIA SENI

             

Adapun beberapa pengalaman yang di alami oleh Beliau dalam menekuni dunia seni baik dalam negeri maupun luar daerah. Ini juga merupakan bagian dari keikutsertaan beliau yang aktif ingin meraih yang terbaik bagi nama besarnya maupun negara dimata dunia.

Berikut ulasan beliau mengenai pengalamannya yang saya tulis:

No

Negara Tujuan

Tahun

Dalam Rangka /kegiatan

Lama Kunjungan

1

Jerman, Swiss, Chekoslowakia, Belgia, Italia, Austria (Eropa)

1996

Duta Seni

1,5 Bln

2

Jerman

1999

Duta Seni Arti Foundation

1,5 Bln

3

Malaysia

2005

Duta Seni

1 Minggu

4

Amerika Serikat

2007

Magang dan Mengajar

3 Bulan

5

Jepang

2009

Misi Kesenian dan Tuning Gamelan

10 hari

6

Denmark

2010

Global Voices Festival dan Tuning Gamelan

14 hari

7

Jepang

2010

Magang dan Mengajar Gamelan

2 bulan

Jepang

2011

Simposium

10 hari

8

Canada

2012-2013

Studi

2 Tahun

 PENGHARGAAN INTERNASIONAL YANG DIPEROLEH

No

Dari

Tahun

Dalam Rangka /kegiatan

1

University of IllinoisSchool of Music

2007

MemproduksiGamelanuntukUniversity Of Illinois

2

University of Maryland

”School of Music”

2007

Workshop dan mengajar

3

Embassy of The Republic of Indonesia

2007

Mengajar dan Magang

4

Group Gamelan Mitra Kusuma WashingtonDC, Amerika Serikat

2007

Mengajar dan Melaras Gamelan

5

SwarthmoreCollege Amerika Serikat

2007

Melaras Gamelan

6

CornellUniversity, Amerika Serikat

2007

Visiting artist

7

ShenandoahUniversity, Amerika Serikat

2008

Melaras Gamelan

8

Kanda University, Chiba. Jepang

2010

Mengajar Gamelan

9

Group Sekar Jepun, Tokyo, Jepang

2010

Melaras Gamelan

10

Kunitachi Music Academy, Tokyo, Jepang

2010

Magang

11

Meseum Ethografi Osaka, Jepang

2011

Symposium

12

Universitas Montreal, Canada

2013

Tuning

KESIMPULAN

 

              Demikian Ulasan wawancara saya dengan Bapak I Made Kartawan yang juga merupakan guru saya sendiri yang saat ini masih senantiasa mengajari saya dalam sesuatu apapun di bidang kesenian, Beliau adalah seorang yang baik dan tegas, dari semua itu dia salurkan dalam inspirasinya bahwa biarpun Ia dulunya bukan orang seni tetapi Ia bisa membuktian bahwa Ia mampu meraih apa yang diinginkannya dengan hanya bermodal pengetahuan akademis, tekun dan di selingi pengalaman yang banyak.

Narasumber

I Made Kartawan, Denpasar, 14 Oktober 2013

Sejarah Gambelan Geladag

Latar Belakang Sejarah Keberadaan Sekaa Gong Geladag Desa
Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan (Dulu Kecamatan Kuta)

 

Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional kita dan khususnya yang berkembang di Bali sangatlah beragam. Salah satu dari sekian banyak kesenian yang hidup subur adalah seni pertunjukan yang berkembang di Bali Selatan tepatnya di Banjar Geladag Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan. Tidaklah sukar mencari lokasi ini karena dengan melalui simpang 6 (enam) kemudian lurus di jalan Pulau Kawe serta tidak membelok dan sebelum pertigaan terakhir kita sudah berada pada bangunan megah berlantai 2 (dua), dan itulah dia Balai Banjar Geladag di sebelah Timur jalan.

Penyimpanan instrument Gamelan Gong Geladag yang sekarang punya julukan Jaya Kusuma berada di seberang jalan alias di sebelah Barat jalan.

Asal Usul Gambelan

 

Pura Dalem Penataran Sari yang merupakan Pura Dadia berlokasi ± 100 meter di sebelah Timur dari Bale Banjar Geladag. Di pura sendiri sudah ada petapakan Barong Ket serta Gamelan pengiringnya terdiri dari: 4 (empat) Tungguh Gender Rambat; 1 (satu) buah Gong; 1 (satu) buah Kempur; 1 (satu) pasang Kendang; 1 (satu) buah Kajar; dan 1 (satu) pasang Ceng-ceng. Instrumen-instrumen ini khusus untuk mengiringi tari Barong yang dipergelarkan saat-saat pujawali (odalan) di Pura tersebut. Pada awalnya para penabuh hanya dari lingkungan Dadia dibawah asuhan keluarga pemangku Pura I Ketut Candra yang kemudian menjabat sebagai Bendahara dari Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag. Tahun 1925 atas desakan anggota Dadia untuk lebih representatifnya instrument tersebut maka pemangku pura menambah 2 (dua) tungguh Penyacah serta 2 (dua) tungguh Jublag. Setelah menambah instrument maka mulailah anggota penabuh mengiringi drama tari Topeng, Perembon dan Calon Arang.

Para penabuh tahun ini dapat dikategorikan penabuh angkatan I. Mereka-mereka tersebut adalah I Nyoman Gejor, I Made Reteg, I Wayan Kaluk dll. Sedangkan penari angkatan I adalah Ni Wayan Coblong, A. A. Kompyang dan I Wayan Konolan. (Proyek Penggalian / Pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan baru tahun 1980).

Kemudian dengan didorong oleh kemauan yang keras serta ingin mengejar prestasi dengan penampilan yang lebih baik terutama dalam acara-acara sosial seperti ngayah di Pura serta di dalam lingkungan anggota sekaa, serta di masyarakat maka di dalam rapat yang dilaksanakan akhir tahun 1930 diputuskan akan melebur gamelan ini. Kemudian merencanakan akan membangun 1 (satu) barung yang lebih lengkap agar dapat dipergunakan untuk nabuh kelambatan pagongan.

Tokoh Seniman Yang Berperan Penting

–          Tahun 1935 Era Pembinaan I Made Regog (1900 – 1982)

Atas desakan beberapa anggota yang ikut ngerombo (membantu) Sekaa Gong Seblanga maka diputuskan akan mendatangkan juru uruk (pelatih) Pan Berata yang asal Belaluan Denpasr untuk membantu memberikan latihan tabuh lelambatan klasik pagongan.

(Sampai tahun 1940-an Pan Berata (I Made Regog) memberikan latihan disamping di Belaluan juga melatih Sekaa Gong Geladag, dan Sekaa Gong Banjar Pinda Desa Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Gending­gending yang diberikan di Sekaa Gong Geladag antara lain Tabuh Telu, Buaya Mangap, Tabuh 4 Banda Sura, Tabuh 6 Galang Kangin dll. (Penuturan Alm. I Made Regog (Pan Berata) semasih beliau hidup kira­kira tahun 1951 menjelang parade Gong Kebyar Belaluan melawan Geladag tahun 1951 yang dilaksanakan pada pasar malam di Alun-alun (Lapangan Puputan) Badung.

–          Tahun 1942 Era I Wayan Lotering

Para penabuh dan penaripun secara bergelombang silih berganti menginjak tahun 1976 sudah merupakan generasi ke-7, yanAg dikendalikan oleh Maestro Palegongan Wayan Lotering.

Keberhasilan Lotering membesarkan Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag tidak terlepas dari peran Berta para pendamping yang sangat setia yaitu I Gusti Putu Geriya, I Wayan Kale dan I Ketut Rintig.

Di kalangan Bekaa sendiri banyak pula inisiator, untuk mensejajarkan kwalitas penampilan maka fisik instrumen pun beberapa kali berubah dan ditingkatkan yang sebelumnya merupakan hanya lelengisan ditingkatkan ke bahan kayu taep berukir kemudian dengan mendatangkan undagi Bapak Nyoman Gebyuh yang asal Kali Ungu Kaja Kota Denpasar. Pada tahun 1975 kembali merenovasi pelawah dengan kayu ketewel (nangka) dengan hiasan ukiran menggambarkan epos Maha Bharata, sedangkan pelawah lama dihadiahkan ke Sekaa Gong Banjar Anyar Padangsambian, setelah Sekaa Gong Jaya Kusuma memenangkan kejuaraan Festival Mredangga Uttsava se-Bali II tahun 1969. )

Tungguhan Instrumen Gong Geladag

 

Setelah renovasi di tahun 1969 (setelah memenangkan festival mredangga uttsava) jumlah tungguhan terdiri dari

–          1 (satu) tungguh Terompong

–          2 (dua) tungguh Giying/Pengugal

–          4 (empat) tungguh Pervade

–          4 (empat) tungguh Kantil

–          2 (dua) tungguh Jublag

–          2 (dua) tungguh Penyacah

–          2 (dua) tungguh Jegogan

–          1 (satu) pasang Gender Rambut Don 13

–          1 (satu) tungguh Reyong/Barangan

–          1 (satu) pasang Gong

–          1 (satu) tungguh Kempur

–          1 (satu) tungguh Kemong Gantung

–          1 (satu) buah Kajar

–          1 (satu) unit Ceng-Ceng Kopyak

–          1 (satu) unit Ceng-Ceng Kekebyaran

–          1 (satu) unit Siding, Rebab

Bermacam – macam kendang, cedungan, gupekan, palegongan.

Regenerasi Para Penabuh / Penari

 

Seperti halnya pada sekaa lain, bila ingin tetap mempertahankan mutu, maka peremajaan sangat menentukan karena bila terlambat maka akan terjadi kevakuman.

Demikian pula halnya dengan Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag. Menurut catatan yang ada maka setelah angkatan II yaitu Made Coblog Cs yang dilatih oleh I Made Regog maka untuk angkatan III mulai 1 April 1942 tercatat nama-nama : I Gusti Putu Geriya, I Wayan Reteg dan I Wayan Kale. Penari angkatan II A.A. Md. Rai, I Ketut Rintig, Wayan Coblong. Para penari angkatan ke 3 (III) antara lain: Ni Ketut Dengser, Ni Wayan Rempuh, Ni Gst. Pt. Oka, Ni Gusti Made Denda, dan Ni Wayan Piring.

Tahun 1953 untuk angkatan ke-4 (IV) para penabuh terdiri dari I Ketut Rintig, I Made Rintig, I Nyoman Rintug, I Retig, Gst. Pt. Oka, I Gst. Renteg dll. Para penari angkatan ke-4 (IV) antara lain: Ni Wayan Rende, Ni Wayan Genep, Ni Gst. Md. Lole, Ni Gst. PT. Raka, Ni Ketut Kecemek, Ni Luh Lempung, Ni Gst. Ketut Raka, Ni Made Lukil, Ni Wayan Lunga, Ni Wy. Nugri.

Pelatih Wayan Lotering didampingi oleh Bp. Wy. Rindi sebagai pelatih Kebyar Duduk dan Legong Keraton.

Di tahun ini tari-tarian yang berkembang seperti tari-Subali Sugriwa dan Satyaki Burisrawa, keduanya dari penggalan Beratha Yudha (Maha Bharata).

Tahun 1963 merupakan angkatan ke-5 (V) masih tetap diasuh oleh Bapak Wayan Lotering dan dibantu oleh I Gst. Pt. Geriya, I Wayan Kale, dan Ketut Rintig. Nama penabuh angkatan ke-5 (V) antara lain I Wayan Nugra, Made Rundu, Kt. Rintug, Wayan Retog. Para penari Ni Wy. Kemit, Ni Wy. Nyamplah, Ni Kt. Sekar, Arwati, Sukerti, Meri, Ni Gst. Pt. Nendri, Ni Wayan Debri, Ni Gst. Kt. Rai, dan Gst. Ketut Adi.

Tahun 1970 masih tetap dibawah asuhan Wayan Lotering, Gst. Pt. Geriya, I Wayan Kale, I Kt. Rintig, clan para penabuh anyar diantaranya Gst. H. Atra, Gst. Pt. Widia, Made Balot, Wayan Sujana, A.A. Kt. Wirta, Made Kendra dll.

Para penari diantaranya Ni Ketut Gadung, Suri, Luh Seri, Manik Wayan Wati, Gst. Kt. Sudi, Ripik, Rapik, Roja Widnyani, Ariani, Candri, Ribon Nida, Md. Kendri, Sarmini dan Padmi.

Tahun 1976 meskipun tidak dibina lagi oleh Pekak Lotering namun Bekaa tetap mengadakan peremajaan dibawah asuhan pelatih I Gusti Putu Geriya, Wayan Kale, Ketut Rintig, dan Ida Bagus Suteja. Para Penabuh Anyar terdiri dari Ketut Candra, Wayan Suandra, Nyoman Puja, A. A. Putu Oka, A. A. Pt. Raka. Generasi ini merupakan angkata ke-7 (VII) dengan para penari Ni Wayan Suweni, Made Swendri, Ketut Adi, Nyoman Mandi.

 

Aktifitas Sekaa Gong Jaya Kusuma

 

Dari sejak tertata setelah tahun 1925 ada banyak kegiatan yang telah dilaksanakan seperti:

  1. Di tahun 1942 saat Jepang menginjakkan kakinya di Bali maka Bekaa Gong Geladag diminta untuk menyambut kedatangan para pembesar militer Jepang di lapangan Puputan Badung.
  2. Setelah kemerdekaan beberapa kali mengisi acara yang diminta melalui pemerintah di Bali.
  3. Tahun 1969 disamping menyambut Bapak menteri P.UT.L. Bapak In Asutami di Hotel Werda Pura, juga menyambut tamu dari pemerintah Australia bertempat di KOKAR Bali.
  4. Bertempat di jaba Pura Satrya mentas bersama group Kesenian Thayland dengan mementaskan tarian Legong Keraton dan Ramayana.
  5. Dalam rapat kerja Kayu Cendana, resepsi hiburan oleh Gong Jaya Kusuma bertempat di Kertha Sabha.
  6. Memberikan hiburan pada resepsi kerja Pharmasi dan kedokteran di Universitas Udayana.
  7. Meriahkan hari jadi Puputan Badung 20 September 1977 di lapangan Puputan Badung Denpasar, menabuh Gong Luang milik Puri Pemecutan.
  8. Menyambut Jenderal Gatot Subroto ( tidak disebutkan tahunnya )

 

Di tahun 1949 dalam bebarungan seluruh Bali di Denpasar

–       Gong Geladag meraih Juara I (Wakil Badung)

–       Gong Pangkung meraih Juara II (Wakil Tabanan)

–       Gong Peliatan meraih Juara III (Wakil Gianyar)

–       Gong Pikat (Pangi) meraih Juara IV (Wakil Klungkung)

 

Melawat Keluar Bali

 

Disamping kegiatan pergelaran yang dilaksanakan di daerah Bali maka lawatan keluar Bali pun sering dilaksanakan, diantaranya :

  1. Mengadakan pertunjukkan di Semarang dan Jogyakarta pada tahun 1949.
  2. Tahun ini juga melawat ke Jember.
  3. Tahun 1969 sebanyak 8 (delapan) orang diajak peri ke luar negeri yaitu ke Australia, setelah juara pada mredanga uttsawa.

Momentum Bersejarah

 

Disamping pertarungan kecil sebagai yang dipaparkan di atas salah satu mementum yang sangat bersejarah yaitu saat dilangsungkannya festival (Mredangga uttsava, tahun 1969 yang sangat melambungkan nama sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag Desa Pedungan Denpasar.

Kegiatan ini merupakan adu gengsi di samping nama sekaa juga daerah yang diwakili saat itu yaitu Kabupaten Badung.

Seperti halnya dengan tahun 1968 pada mredangga Uttsava I Daerah/Kabupaten Badung yang diwakili oleh Sekaa Gong Sadmerta serta sudah memperoleh predikat terbaik yaitu keluar sebagai Juara Umum I (Yudha, Sekaa Gong Sadmerta, 2005), maka untuk tahun 1969 pihak pemerintah daerah Kabupaten Badung menunjuk sekaa Gong Geladag (Jaya Kusuma, untuk mempertahankan predikat yang sudah diperoleh tahun sebelumnya.

Sering kali kita dengar atau kita baca di media Koran atau elektronik bahwa mempertahankan lebih berat dari merebut. Namun dalam hal ini Pemda Badung yang saat itu dipimpin oleh Bapak Bupati Wayan Dhana yang asal Banjar Gemeh Denpasar, sangat yakin akan kemampuan Sekaa Gong Jaya Kusuma untuk mempertahankan juara umum yang sudah diperoleh tahun sebelumnya oleh Sekaa Gong Sadmerta Belaluan. Apalagi dengan kehandalan para pembina pada waktu seperti Bapak, I Gusti Putu Geriya serta didampingi oleh Bapak Nyoman Rembang, Wayan Rindi dll, maka tidakkah terlalu berlebihan bila optimisme yang berkembang bahwa juara umum akan tetap bertahan serta akan direnggut kembali oleh Sekaa Gong Jaya Kusuma ini.

 

Inventaris Tabuh pada Gong Jaya Kusuma

 

Selain tabuh-tabuh untuk iringan tari lepas maka tabuh iringan untuk fragmenpun banyak dimiliki oleh sekaan ini seperti :

  1. Iringan arja
  2. Iringan dramatari Topeng
  3. Iringan Perembon
  4. Iringan Calonarang
  5. Iringan Barong
  6. Iringan Fragmen Setiyaki Buriserawa
  7. Iringan Fragmen Subali Sugriwa
  8. Iringan Supraba Duta
  9. Iringan Sendratari Rajapala
  10. Iringan Sendratari Ramayana

Kesimpulan

Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan sejak mulai berdiri di tahun 1925 dengan diawali dari sekaa bebarongan sampai saat ini kurang lebih sudah berumur 86 tahun. Seperti halnya sekaa-sekaa lainnya yang berada di Bali Selatan, sekaa inipun mengawali dengan tabuh-tabuh klasik baik bebarongan, palegongan, ataupun lelambatan kemudian setelah tahun 1940 an barn dijangkiti virus kekebyaran yang sangat meluas sampai saat ini.

Secara umum perkembangan seni kekebyaran hampir merata, bahkan setiap parade yang rutin diadakan di Bulan-bulan September / Oktober pesertanya terus bertambah terutama untuk sekaa anak-anak dan wanita. Mudah-mudahan saja kondisi ini baik untuk Kota Denpasar, khususnya bagi para pembina seni yang berada di Banjar Geladag dan sekitarnya prestasi ini dapat dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi di waktu-waktu yang akan datang.

 Daftar Pustaka

  1. Yudha, S.SKar, I Nyoman, Seni Budaya Unggulan Kota Denpasar, Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Gladag Denpasar . 2012
  2. Yudarta, I Gede, S.SKar, M.Si , Wawancara
  3. Rundu, I Wayan, Wawancara

Sedikit Tawa Tentang Kesenian

Asal Mula Munculnya Tarian

Seorang gadis bertanya pada ibunya yang memang seorang seniman, “Bu bagaimana tari-tarian itu bisa muncul?” Sang Ibu menjawab “tarian itu berasal dari Kahyangan yang dibawa turun oleh para Bidadari”

Dua hari kemudian, gadis itu memberikan pertanyaan yang sama kepada Ayahnya yang juga seorang seniman, Sang ayah menjawab; “dahulu, sebelum ada RS Jiwa, orang-orang gila berkeliaran di jalan sambil melenggak-lenggokkan badan dan tangannya, dari sanalah muncul tarian”.

Gadis itu bingung, lalu kembali bertanya kepada ibunya, “bu bagaimana mungkin ibu mengatakan padaku bahwa tarian itu muncul dari Kahyangan, sedangkan ayah mengatakan tarian itu muncul dari orang gila yang berkeliaran di jalanan”.

Sang Ibu menjawab “ya sayang… itu sangat sederhana. Ibu menceritakan dari sisi keluarga ibu, sedangkan ayah memberitahumu dari sisi keluarganya” wkwkwk %$:$@*&

Mabuk = Oleng   

Di sebuah warteg terjadi percakapan antara 2 orang mahasiswa yang sedang duduk santai sambil minum es teh.

Demas    : Luh, aku punya tebak-tebakan nih. Jawab ya …

Deluh     : Siippdehh!! Apa pertanyaannya ?

Demas    : Eh kamu kan anak jurusan Tari, pasti kamu bisa jawab. Tari apa yang bisa buat mabuk ???

Deluh     : ahh ??? pasti mabuk cinta kan maksudnya ? ya pasti Tari Kasmaran lah..

Demas    : Yeee!!! Salah besar !!!

Deluh     : Trus ?? tari apa dong ??? :s

Demas    : Hhmm… Ciktaugayaaa :$$$

Deluh     : Ciktaudong :$$

Demas    : Tari yang bisa buat mabuk itu ya Tari Oleng. Oleng Tamulilingan . hahaha

Deluh     : Ehh.. Itu Tari OLEG bukan OLENG !!!

Demas    : Ih.. tebakan tebakan gue,, Masalah buat loe !! :D$%*!@%&

Ensamble Besar (Gambelan Semara Pegulingan)

Gamelan dengan gamelan semara aturu ini adalah barungan madya, yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gamelan Semar Pagulingan (semar=semara, pagulingan=peraduan) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan ke peraduan (tidur). Kini gamelan ini bisa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental maupun mengiringi tari-tarian/ teater.

Masyarakat Bali mengenal dua macam Semar Pagulingan:

1 Semar Pagulingan yang berlaras pelog 7 nada
2 Semar Pagulingan yang berlaras pelog 5 nada

1. Bentuk Fisik

Kedua jenis Semar Pagulingan secara fisik lebih kecil dari barungan Gong Kebyar terlihat dari ukuran instrumennya. Gangsa dan trompongnya yang lebih kecil dari pada yang ada dalam Gong Kebyar.

Ensamble gamelan Semar Pagulingan (milik ISI Denpasar) meliputi:

Jumlah Satuan Instrumen
1 buah trompong dengan 12 pencon
4 tungguh gangsa gantungan pemade
4 tungguh gangsa gantungan kantil
2 tungguh jegogan
2 tungguh jublag, masing-masing berbilah 7
2 buah kendang kerumpung
2 buah kajar
2 buah kleneng
1 buah gong
1 pangkon kecek
1 buah gentorag
1-2 buah rebab
1-2 buah suling

 Instrumen yang memegang peranan penting dalam barungan ini adalah trompong yang merupakan pemangku melodi. trompong mengganti peran suling dalam Panggambuhan, dalam hal memainkan melodi dengan dibantu oleh rebab, suling, gender rambat dan gangsa barangan. Sebagai pengisi irama adalah Jublag dan jegogan masing-masing sebagai pemangku lagu, sementara kendang merupakan instrumen yang memimpin perubahan dinamika tabuh. Gending-gending Semar Pagulingan banyak mengambil gending-gending Panggambuhan.

2. Bahan

Sama seperti gambelan lain pada umumnya, ensamble ini di buat oleh kayu dan gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu dalam orkestra tradisional Bali didominasi alat-alat perkusi yang digantung pada “pelawah”, yakni tabung bambu pemantul gema. Ukiran pelawah ada berbagai jenisnya sesuai dengan selera masing-masing dan ukurannya yang bebeda-beda, ada juga pelawah yg tidak memiliki ukiran-ukiran.

Di sini sangat menunjukan nilai klasik pada gambelan tersebut, jelas yang lebih murah harganya adalah yang tidak diukir, tetapi sekarang kebanyakan yang memakai pelawah yang diukir supaya terlihat lebih indah. Bumbung/bambu yang di jepitkan pada selah pelawah merupakan sumber gema dari setiap nada tersebut, ukurannya pun berbeda, yang di sebelah kiri lebarnya lebih besar dan yang disebelahnya ukurannya akan sedikit lebih kecil kemudian panjangnya tetap sama.

 3. Sistem Pengolahan Bunyi

Sistem penglolahan bunyinya adalah sama seperti gambelan-gambelan pada umumnya dengan cara memukul nada-nada tersebut yang mempunyai istilah ngumbang dan ngisep, ngumbang berarti lebih keras dan ngisep berarti agak lbih kecil suaranya. Ngumbang lebih dominan memukul gegebug polos, dan ngisep  memukul gegebug sangsih atau bias dibilang dengan istilah suara II. Dalam hal ini gegebug mempunyai istilah tersendiri yang berartiyang digunakan untuk menyebutkan teknik menabuh dalam gambelan Bali.

4. Sistem Notasi

Sistem notasi dalam alunan gambelan Semar Pagulingan berupa 7 rentetan nada dasar yaitu :

1                      2                      3                      4                      5                      6                      7

nding           ndong                  ndeng              ndeung                        ndung          ndang            ndaing

Dalam notasi Bali, gambelan Semar Pegulingan mempunyai banyak Patet, tetapi di sini saya hanya ingin memperjelaskan patet dari Pelog, Selendro, Tembung dan Sunaren.

Pelog               :           1          2          3          –           5          6          –

                               nding    ndong   ndeng    –        ndung   ndang   –

Selendro          :           –           2          3          –           5          6          7

–             ndung   ndang    –        nding   ndong   ndeng

Tembung         :           1          2          –           4          5          6          –

                               ndung  ndang      –       nding    ndong  ndeng    –

Sunaren           :           1          –           3          4          5          –           7

                               ndang      –       nding   ndong   ndeng    –        ndung

Mohon maaf disini saya tidak menampilkan dalam notasi Balinya karena belum terlalu memahaminya.

 5. Settingnya

Di dalam ensamble Semar Pagulingan memiliki setting atau penempatan yang berbeda-beda, tetapi disini saya memakai setting pada umumnya yang lebih mudah.

 Keterangan ;

       Terompong

       Kendang

       Suling/Rebab

       Kecek

       Kajar

       Gangsa

       Kantil

       Jublag

       Jegogan

       Gong,gentorag,kleneng

6. Teknik

Sama seperti teknik permainan di ensamble gong kebyar dan hanya terdapat sedikit perbedaan. Berikut ini adalah teknik-teknik dalam ensamble Semar Pagulingan disetiap instrumennya :

  • Terompong

Dengan cara Neliti yang berarti memukul nada secara melodi, Nyilih Asih berarti memukul nada secara bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri, Nyekati berarti pukulan yang banyak melepas dari pukulan pokoknya dan bertemu pada pukulan akir, Ngamad berarti memukul dengan membelakangi pokok gending, Nguluin berarti memukul dengan mendahului melodi pokok dan Nerumpuk berarti memukul satu nada secara beruntun. Disini Terompong berfungsi sebagai pembawa melodi, membuat fariasi dan memperjelas gending, yang teknik sikapnya seperti memanggang sate.

  • Kendang

Disini kendang yang di pakai adalah kendang Kerumpung atau kendang pelegongan yang teknik permainannya lebih sulit dari pada kendang biasa yang disini istilahnya disebut dengan Milpil berarti jalinan pukulan antara tangan kanan dan tangan kiri. Fungsi kendang itu sendiri adalah Disini kendang yang di pakai adalah kendang Kerumpung atau kendang pelegongan yang teknik permainannya lebih sulit dari pada kendang biasa yang disini istilahnya disebut dengan Milpil berarti jalinan pukulan antara tangan kanan dan tangan  kiri. Fungsi kendang itu sendiri adalah sebagai penghubung bagian lagu, membuat angsel-angsel, mengendalikan irama gending

  • Suling/Rebab

Teknik permainannya adalah dengan cara ditiup, sama seperti suling biasa pada umumnya dan Rebab adalah alat musik yang di gesek juga sama seperti biola yang fungsinya sebagai pembawa melodi.

  • Kajar

Kajar Semar Pagulingan itu berbeda dengan kajar Gong Kebyar, perbedaanny berada pada pencon tersebut yang cara tekniknya bisa memukul pencon dan juga bisa memukul pinggiran dari pencon tersebut yang berfungsi sebagai pemain tempo dan juga mengikuti pukulan kendang.

  • Gangsa/Kantil

Teknik permainnya disini hanya memakai sistem Ubit-ubitan, Norot, Asu Anuntun Saji berarti pukulan yang terjalin mendahului dari pukulan pokok. Yang berfungsi sebagai member angsel, membuat jalinan motif-motif tertentu, mengsi rongga-rongga antara pukulan jublag.

  • Jublag/Jegog

Tekniknya adalah dengan Neliti, Nyelah, Ngempur/sama seperti kempur yang berfungsi sebagai menentukan jatuhnya pukulan jegog, dan jegog berfungsi sebagai bass dalam esamble Semar Pagulingan tersebut.

  • Gentorag

Adalah alat musik seperti kerincingan yang tekniknya dengan cara digoyangkan bersamaan dengan pukulan gong.

Demikian Teknik-teknik permainan dalam ensamble Semar Pagulingan yang sedikit saya ketahui.

Kendang Sunda

Kendang pada umumnya sama antara satu daerah dengan daerah lain. Kendang Bali misalnya, saya sangat memahami betul tentang kendang Bali, tetapi disini saya ingin mendiskripsikan atau ingin sekaligus mempelajari tentang teknik atau cara memainkan kendang Sunda. Perbedaan antara kendang sunda, jawa dan bali adalah dari cara menyimpannya atau letak kendang saat akan di mainkan. di sunda kendang di simpan dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya, di Jawa dan bali kendang di letakkan seperti berbaring lurus dan sejajar. kendang sunda dan jawa sama bentuknya, tetapi di bali kendang dibuat lurus tanpa ada lekukan

Asal Pembuatan Kendang (Gendang Sunda)

Bahan yang bagus untuk pembuatan kendang atau gendang sunda biasanya dibuat dari kayu nangka. Kayunya di bentuk dan di haluskan sehingga membentuk tabung ujungnya berbeda diameternya. Setelah itu, tutup gendang yang perupakan sumber bunyi yang akan di pukul terbuat dari kulit sapi, ada juga yang menggunakan kulit kambing atau kulit kerbau. Kemudian tutup-tutup yang berada dibagian ujung keujung di perkuat oleh tali-tali yang terbuat dari kulit juga. tali ini pun digunakan untuk menyetematau menentukan tinggi rendahnya suara pukulan gendang. Yang terakhir adalah Penyangga terbuat dari kayu atau besi. Penyangga ini berfungsi untuk menyangga kendang dan biasanya ada dua penyangga kendang yang di sesuaikan dengan ukurannya. Pada gendang yang besar ditalikan tali kecil yang berguna untuk mengunci kendang pada jempol kanan dan kiri agar tidak berpindah-pindah.

Ukuran Gendang Sunda

Gendang sunda biasanya 60-70 cm. Besar diameter pada bagian kiri 20 cm, tengahnya 52 cm, dan bagian kanan 15 cm. Tetapi bisa juga dibuat lebih besar dari ukuran yang standar atau lebih kecil, tergantung selera dari masing-masing orang. Gendang yang lebih besar biasanya dibuat untuk suara bass dan juga dapat ditekan oleh kaki kanan sehingga bersuara seperti kendang lanang di Bali. Sedangkan yang lebih kecil di simpan di kiri kanan dan berbunyi ketipak ketipung yang mirip seperti gendang dangdut.

Cara Memainkannya

Cara menabuh gendang biasanya menggunakan telapak tangan kanan untuk ketipung dan pada bagian kiri atau tangan kiri kendang yang ngebass dan yang kecil. sedangkan di Bali kini banyak yg menggunakan tangan kanan pada bass dan yg kiri pada ketipung, sehingga di Bali pukulannya sedikit berbeda dengan pukulan asliny atau dari Sunda. Dan di Sunda atau gendang sunda banyak dgunakan di berbagai seni pertunjukan seperti tari Jaipong, wayang golek, dan karya seni lainnya, tetapi di Bali banyak di gunakan pada pentas Tari Jogeg, Bondres, Musik Kolaborasi dan semacamnya. Kalau di Kendang Bali yg bermain hanya tangan tetapi di Gendang Sunda kaki dan kedua tangan berperan penting dalam permainannya, inilah keunikannya.

Demikianlah diskrisi saya tentang Kendang atau Gendang sunda, memang sangat jauh dari batas kesempurnaan, dari maka itu kritik atau saran sangat saya perlukan di sini.