BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bali adalah pulau yang berada di Indonesia tepatnya berada di sebelah timur pulau Jawa dan di sebelah selatan pulau Lombok yang terkenal sampai penjuru dunia.
Pulau Bali dikenal juga sebagai pulau seribu pura. hal ini terjadi karena 86% orang di Bali menganut ajaran agama Hindu. Pura(tempat suci agama hindu) letaknya ada di mana mana. ada di tengah laut, di atas gunung, di danau, bahkan sampai sudut sudut rumah pun terdapat pura, oleh karena itu pulau ini dikenal sebagai pulau Dewata, jika berkunjung ke Bali, tidak enak rasanya jika hanya melihat keindahan pantainya saja, di Bali juga sering diadakan feltifal, atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ketenangan hati agar para wisatawan dapat merasakan energy positif jasmani rohani sepulangnya dari Bali, yoga contohnya yang mampu menenangkan fikiran, dan juga sebagai sarana olah tubuh yang dapat menyehatkan raga.
Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indranya dan tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktikkan selama lebih dari 5000 tahun. Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogis, yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga, di antaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita, di antaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja Yoga/Marga.
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.
Sastra Yogasutra yang ditulis oleh Maharsi Patanjali, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.
Musik sudah jadi bagian dari keseharian, menemani segala aktivitas mulai bangun hingga kembali ke peraduan. Dengan mendengarkan musik, perasaan dan suasana hati menjadi lebih tenang, begitu pula dengan yoga. Dengan mendengarkan musik sambil melakukan aktivitas yang menenangkan tersebut, perasaan dan suasana hati kita menjadi lebih damai dan akan berpengaruh baik terhadap yoga yang kita lakukan, musik dapat mengatur emosi yang akan memberikan pengaruh baik terhadap hasil akhir dari yoga, lagu itu kan mengandung emosi, dengan lagu itu, kita bisa meningkatkan emosi kita dan menginspirasi para pelaku yoga untuk lebih focus, selain itu, musik juga dapat memberikan kobaran api semangat kepada para pelaku yoga, jadi para pelaku yoga bisa lebih semangat. Mereka bisa mengalir bersama aliran emosi lagu yang mereka dengarkan ketika sedang melakukan yoga, berbicara tentang jenis musik yang dapat didengarkan ketika sedang melakukan aktivitas yoga, segala jenis musik dapat digunakan untuk menjadi pendamping aktivitas yoga, yang terpenting adalah lirik, nada dan beat yang dihasilkan dari lagu yang diputar, musik dapat memberikan rasa bahagia kepada manusia. Ketika para yogi mendengarkan musik, mereka akan tersenyum dan memberikan pengaruh baik terhadap aktivitas yoga mereka, yoga itu adalah tentang kebahagiaan. Ketika Anda melakukan yoga, Anda harus senang, tersenyum, jangan cemberut,” Slamet menegaskan, kesenangan itu bisa diakibatkan oleh musik, yang kemudian akan menjadi pengaruh baik bagi orang-orang di sekeliling kita.
PEMBAHASAN
- Sejarah BSF
Berita tentang pertemuan para musisi, yogi, dan penari terkenal dunia dari setiap benua telah tersebar di seluruh dunia. Festival BaliSpirit telah menjadi magnet bagi penggemar, siswa dan pengikut yoga, gerakan, penyembuhan dan panggilan musik. Beberapa minggu sebelum Festival, Ubud mulai dengan orang-orang yang penuh warna, acara internasional, pertemuan untuk satu acara paling inspiratif di dunia.
Festival pertama di tahun 2008 disatukan dalam waktu tiga bulan – pencapaian luar biasa untuk para peserta Festival, dan mimpi yang menjadi kenyataan: Mereka berbagi visi untuk menciptakan Festival yang akan membangun dan mendukung komunitas melalui spektrum penuh yoga dan keragaman yang kaya dari musik dan tarian dunia. Pada tahun 2008, industri pariwisata Bali belum mengeluarkan dari pengaruh sosial dan ekonomi dari pemboman tahun 2002 dan 2005. Dibangun di atas cinta mereka untuk orang-orang dan semangat kreatif untuk yoga, menari, dan musik, para pendiri mengumpulkan sumber daya untuk kegiatan acara lingkungan yang akan menjadi energi yang akan menjadi mercusuar bagi para wisatawan yang sedang berkembang di Ubud. Pada 2017, festival ini menarik 7.000 tamu selama minggu perayaan, termasuk pengunjung dari 50 negara dan 1.000 orang Bali dan Indonesia.
Terletak di tanah spektakuler Bhanuswari Resort & SPA, hanya 15 menit Arah tenggara Ubud, Bengkel Siang Hari, Dharma Fair dan Bhakti Music Nights menikmati tempat terbuka yang tidak tertandingi karena keindahan tropisnya yang menginspirasi. Gaya yoga dan gerakan termasuk Hatha, Aliran Vinyasa, Yin, Tawa, Kekuatan, Anusara, Ashtanga, Silat, Capoeira, Poi, Qi Gong, dan Juggling. Kebebasan dari tradisi Mandala, Jawa, Bali, India, dan Afrika Barat. Festival BaliSpirit memang merupakan perayaan – kekayaan budaya, kesucian lingkungan, dan harmoni antara orang-orang dari semua bangsa. Rayakan bersama kami, dan dalam melakukannya, Bantuan untuk menciptakan dunia menjadi tempat yang lebih baik.
- Tema BSF Tahun 2018
Tema tahun ini adalah Return to Source ( kembali ke sumber). Pada tingkat literal, festival kembali ke tempat asli kita tercinta, Bali Purnati – taman tropis yang indah dari teras terawat, pohon rindang sejuk, dan mata air rahasia untuk menyenangkan indra!
Pada tingkat yang lebih dalam, “Kembali ke Sumber” BaliSpirit adalah pengakuan akan kehidupan batin yang bersatu dari semua makhluk hidup, Makhluk dari mana semua makhluk muncul, kesadaran yang melihat melalui setiap pasangan mata. Ini adalah keheningan sakral yang ditemukan dalam meditasi terdalam. Dan itu adalah musik yang mengalir dari kesadaran yang terpusat pada hati untuk memberkati semua orang dengan telinga untuk mendengar.
- Misi BSF
Tujuan Festival BaliSpirit adalah untuk membangkitkan dan menyuburkan potensi setiap individu untuk perubahan positif di dalam, yang mengarah ke perubahan positif di rumah kita, di komunitas kita, dan di seluruh dunia. Melalui tradisi Yoga, Tari, dan Musik yang bermanfaat dan inspiratif, BaliSpirit Festival menggambarkan konsep Hindu Bali Tri Hita Karana: hidup selaras dengan lingkungan spiritual, sosial, dan alam kita. Berkomitmen, terutama, untuk menyemarakkan rumah kita sendiri di Bali, para pendiri Festival BaliSpirit berjanji untuk memberikan dukungan keuangan, logistik, dan organisasi kepada badan amal setempat, dengan penekanan khusus pada program anak-anak, pendidikan dan kinerja multikultural, perawatan kesehatan, kesadaran akan HIV & AIDS , dan pelestarian lingkungan di Bali dan Indonesia yang lebih besar.
- Visi BSF
Bali Spirit Festival didirikan sebagai acara internasional dan kesehatan holistik dan tujuan musik dunia yang berkontribusi positif terhadap kesehatan ekologi, semangat budaya, dan vitalitas keseluruhan Bali dan Indonesia yang lebih besar.
- Salah Satu Artis Yang Terlibat Dalam BSF ( Band Zat Kimia )
Grup band Zat Kimia, Di mana-mana, memiliki massa, menempati ruang untuk pecandu-itu semua sifat dasar dari zat ini (Zat Kimia), yang menjadi filosofi di balik kelahiran mereka pada tahun 2010. Berbahaya dalam arti negatif jika berlebihan, tetapi itu baik dengan jumlah yang tepat. Tampil oleh hadirnya musisi Ian Joshua Stevenson (Vokal & Gitar), Bimo Haryputra (Gitar & Backing Vocal), Norbertus Rizki (Drum & Back Vocal) dan Made Edi Kurniawan (Bass & Backing Vocal).
Zat Kimia muncul dalam waktu lima tahun setelah pembentukan awalnya. Band ini mencoba untuk diaktifkan melalui percobaan dalam bentuk pelatihan, jamming, mencoba untuk menutupi beberapa Bjork, The Police untuk lagu-lagu Radiohead, bahkan menciptakan beberapa lagu di sebuah studio yang dimiliki oleh Ian.2015 menyaksikan kebangkitan Zat Kimia ke permukaan melalui lagunya, Stoned Face Don’t Lie.
Berbicara pada genre band, Ian berkata, “Kami tidak tahu bagaimana nama gaya musik kami. Alternatif, rock, tapi ada juga pop. Mungkin ini adalah penggambaran Zat Kimia: fluktuatif dan menempati beberapa ruang genre. Musik dan lirik kami dikembangkan selama latihan musik, jadi kami tidak bisa yakin di mana harus pergi “. Zat Kimia menciptakan lagu-lagu tanpa genggaman khusus yang mencoba “membingkai” setiap materi, karena mereka percaya bahwa musik yang bagus lahir dengan bebas.
Di tengah-tengah euforia munculnya band-band rock liar dan keras, Zat Kimia hadir dengan sesuatu yang berbeda, pengaturan musik yang kuat namun lembut, halus tapi aksi panggung yang mematikan. Sama seperti Kimia, mereka tidak terlihat tetapi selalu ada.
PENUTUP
- Tanggapan
Bali Spirit Festival ini sungguh sangat bermanfaat dan membawa dampak positif bagi diri serta masyarakat luas, dikarenakan BSF ini memiliki progam-progam kemasyarakatan sperti, ayo bicara AIV & AIDS, Bali Regreen dan Bali Conference yang dimana kegiatan Bali Conference ini adalah mengundang seluruh pelajar-pelajar seni di Bali untuk berkolabirasi dengan artis internasional sehingga akhirnya nanti mereka memiliki wawasan yang luas dan semangat kolaborasi dalam hal toleransi dibidang seni.
- Kritik dan saran
Tidak perlu diragukan lagi tentang masalah kegiatan ini pasti memang mempunyai suatu tujuan yang menuju ke rah positif, namun ada sesuatu yang mengganjal didalam benak saya dalam tata letak ruang dan tempat pelaksanaan kegiatan ini yaitu, mengeani lahan yang kurang luas, dikarenakan masa dari kegiatan ini berjumlah hingga mencapai ribuan orang, pastinya memerlukan lahan yang memang cukup luas adanya agar tidak menimbulkan suasana yang penat dan sumpek didalam pelaksanaan kegiatan tersebut.