Tarian Joged Bumbung

Tari Joged Bumbung adalah salah satu tari pergaulan yang ada di daerah Bali, biasanya tarian joged bumbung di pentaskan disaat ada acara pada musim panen, hari-hari raya, pernikahan, potong gigi, tiga bulanan, dan bisa juga di pentaskan saat uoacara dewa yadnya di pura, dan tari joged bumbung yang kemudian menjadi tarian tradisi di Bali. Tari joged bumbung mengandung nilai-nilai moral yang mengangkat jiwa sosial kemasyarakatan.
Tari joged bumbung berasal dari daerah bali utara yaitu dari daerah buleleng yang di perkirakan sudah ada pada tahun 1940-an. Tarian ini pada awalnya adalah sebuah tarian pergaulan yang diciptakan petani di saat ia sedang berisirahat setelah bekerja di sawah maupun di lumbung. Tarian Joged Bumbung memiliki banyak peminatnya, mulai dari kalangan muda, maupun kalangan tua sampai pada saat ini tari joged bumbung masih banyak peminatnya. Tarian ini bersifat partisipatif, dengan mengajak penonton untuk menari bersama, dan tarian ini bersifat lincahh dan dinam. Joged Bumbung ditarikan oleh seorang penari wanita dan kemudian mencari pasangan pria dikalangan penonton untuk diajak menari bersama dengan iringan gambelan pengiring tarian joged bumbung tersebut.

Gambelan Gong Gede

Gambelan Gong Gede
Gambelan Gong Gede merupakan perpaduan unsur budaya lokal yang sudah di trakumulasi dari masa ke masa, dari waktu ke waktu, yang salah satu ciri khasnya adalah memiliki instrument yang jumblahnya banyak paling banyak dari barungan gong kebyar, semar pegulingan dll, dan memiliki suara yang besar (saih gede), sehingga memainkan gong gede memerlukan penabuh yang banyak. Gambelan Gong Gede memiliki dua jenis, yaitu Gambelan Gong Gede pelog lima nada, dan pelog tujuh nada. Gambelan Gong Gede yang tujuh nada memiliki pemero, dan bisa dimainkan dengan menggunakan patet-patet.
Dari barungan gong gede terdapat instrument-instrument yang ada di barungan itu, seperti :

  1. Terompong
  2. Pemade
  3. Kantilan
  4. Demung
  5. Penyahcah
  6. Jublag
  7. Jegogan
  8. Reong
  9. kempyung
  10. Kendang lanang dan wadon
  11. Gong lanang dan wadon
  12. Kempur
  13. Bende
  14. Kempli
  15. Ceng-ceng ricik
  16. Ceng-ceng kopyak

Gambelan Gong Gede, memiliki fungsi untuk mengiringi upacara agama(dewa yadnya) di pura.
Jenis- jenis tabuh atau gending yang biasanya di mainkan Gambelan Gong Gede, adalah : Tabuh Gilak, Tabuh lelambatan, dan bisa juga di gunakan mengiringi tari-tarian.

Gambelan selonding

Gamelan Selonding adalah gamelan sakral yang terbuat dari bahan besi dan berlaras pelog tujuh nada. Gamelan Selonding tergolong barungan gamelan tua yang terdapat didaerah Karangasem, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya. Gambelan Selonding di daerah tersebut sangat di sakralkan. Seiring perkembangan zaman, gambelan selonding pada saat ini sudah lumayan banyak bisa di temukan di daerah Bali, tidak seperti dahulu, gambelan selonding yang mungkin hanya bisa kita cari dan kita lihat hanya di Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya.
Ciri-ciri Gambelan Selonding :
• Gambelan Selonding memiliki laras pelog tujuh nada.
• Jumlah Satuan Instrument 8 tungguh yang berisi 40 buah bilah, 6 tungguh masing-masing berisikan 4 buah bilah 2 tungguh berisikan 8 buah bilah.
• Jumlah Satuan Instrumen 2 tungguh gong kempul, 2 tungguh kempul, 1 tungguh peenem, 1 tungguh petuduh, 1 tungguh nyongyong alit, 1 tungguh nyongyong ageng, 1 buah ricik.
Fungsi Gambelan Selonding digunakan untuk mengiringi upacara adat di Bali, dan bisa juga digunakan untuk mengiringi gending tarian-tarian khusus (sakral), seperti Tari Rejang, dan juga mengiringi Tradisi Perang Pandan.
Contoh gending-gending Gambelan Selonding : Sekar Gadung,Rejang Gucek, Nyangnyangan, dll
Patet-patet yang digunakan dalam Gambelan Selonding :Patet Panji, MargaPatet, Sondong, Patet Puja Semara, Patet Kesumba, Patet Sadi, Patet Salah.

UKK MANTRAM

Mantram adalah kumpulan kata-kata yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis atau gaib dan dianggap mampu menciptakan perubahan (misalkan perubahan spiritual).

Salah satu contohnya ialah Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya di dalam garapan ini artinya mencangkup semua Dewa-Dewa sesuai dengan arah istananya. Aksara suci (Dasa Aksara yaitu Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya juga di artikan sebagai urip (jiwa) alam semesta. Sepuluh huruf suci ini merupakan urip bhuana yang letaknya di 10 penjuru alam semesta termasuk di tengah.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!