sejarah rindik

Januari 9th, 2014

Latar belakang

 

Pada tahun 1994 keluarga besar saya sebagian memang memiliki pekerjaan bertani,terutama kakek saya yang sekarang usianya sudah mencapi 87 tahun,tetapi masih kuat dan sehat untuk menjalankan kegiatan bertani di sawah. Selain bertani,kakek saya juga menekuni bidang menjahit pakaian,itu sudah di tekunni semenjak ia berusia 30 tahun.

Di dalam keluarga ayah saya,memang tidak ada sama sekali keturunan seni,walaupun ada,itu hanya sedikit,dan juga tidak di tekuni. Jadi pada waktu itu tidak ada yang tau nama dan jenis gambelan yang ada di desa saya. Keluarga saya hanya menyebutkan kata “gong” bila melihat/mendengar gambelan,mungkin juga di keluarga saya dulu kalau melihat gambelan rindik,mungkin mereka akan menyebutkan gong. Karena mereka tidak tau.

Di desa saya,pada zaman dahulu memang hanya ada 1 barungan gambelan saya yaitu gong kebyar. Untuk gambelan rindik tersebut juga memang tidak ada,dan tidak ada juga yang bisa memainkannya. Jadi keluarga saya awalnya memang sama sekali tidak ada unsur seninya. Dan pada awal tahun 1999 baru lah ada 1 pasang gambelan rindik di rumah saya,dengan kondisi yang bagus,sangat sederhana,dan juga tidak ada yang sama sekali bisa memainkannya.

Permasalahan

Tujuan saja mengangkat judul ini “SEJARAH RINDIK’KU” yaitu untuk mengetahui sejak kapan keluarga besar saya memiliki gambelan rindik,dan kenapa bisa memiliki gambelan rindik ? apakah awalnya memang membeli/membuat/bagai mana?. Saya slalu bertanya seperti itu,karena di dalam keluarga saja tidak satupun ada yang bisa memainkannya.

Sejarah.

Pada awal tahun 2000,saya baru ber usia 7 tahun. Pada waktu itu kakek saya yaitu Ketut Sandi masih aktif dalam pekerjaannya sebagai tukang jarit,dan bliau juga masih aktif dengan kegiatan kesawah untuk bertani. Saya dan kluarga besar saya berasal dari desa mengwitani,kecamatan mengwi,kabupaten badung.

Awal mula saya melihat gambelan rindik yaitu di rumah saya sendiri,tetapi tidak di rawat dengan baik dan juga tidak ada seorang pun yang ahli memainkan gambelan rindik tersebut,saya berfkir itu pasti susah memainkannya karena tidak ada yang pernah mencoba memainkannya. Tetapi saya juga bingung,dan slalu bertanya “kenapa ada gambelan rindik ini di rumah.?”

 

Lalu kakek saya bercerita,pada tahun 1999, awalnya ada seorang yang datang kerumah saya bernama I Kompyang sarka,bliau selaku ketua skha gong dari banjar dajan peken,beliau memberikan kain kepada kakek saya untuk dijarit,kain itu akan digunakan untuk bahan membuat baju yang akan digunakan oleh skha gong tersebut,kebetulan juga skha gong itu satu desa dengan kakek saya.Pada tahun 1999 Kebetulan juga hanya kakek saya yang masih menjadi tukang jarit di desa mengwitani,pada waktu itu belum banyak generasi penerus yang menjadi tukang jarit, Lalu kakek saya mau menerima pekerjaan itu,dan di buatkanlah kostum untuk sekha gong itu.

Sekitar 2 bulan berlalu,akhirnya kostum itu sudah jadi, lalu ketua dari sekha gong tersebut datang untuk mengambil kostumnya, tetapi mereka baru membayar upah menjarit hanya separuh harga, jadi masih kurang upahnya. Mereka pun menawarkan rindik satu pasang kepada kakek saya, sebagai pengganti kekurangan upah yang di berikan,kakek saya pun menerimanya dengan alasan supaya memiliki gambelan rindik. Pada waktu itu gambelan rindik yang di berikan tidaklah mewah bentuknya,melainkan sangat sederhana,Dengan bahan serba dari bambu termasuk wadah rindiknya/pelawah rindiknya juga masih dari bambu,tidak seperti rindik di zaman sekarang yang pelawahnya sudah berbahan dari kayu.

Tahun 2005,saya sudah bersekolah SD kelas 4,tetapi rindik itu masih utuh dan suaranya masih bagus. Orang tua saya berencana membawanya ke Denpasar untuk saya berlatih. saya pada waktu itu sudah bertempat tinggal di denpasar dengan orang tua. Sesampainya rindik itu di denpasar,lalu saya belajar memainkannya dengan di iringi kaset tape.Setelah lama saya berlatih,saya dan teman-teman saya sempat menonton gambelan jegog, dan saya terinspirasi dengan gaya para pemain jegog yang selalu energik dengan duduk di atas gambelan jegog tersebut.Saya pun berfkir,bahwa jegog itu sama dengan rindik,dan juga rindik sama dengan jegog. Jadi saya dengan teman saya menduduki gambelan rindik saya,dengan niat seperti pemain jegog.teman saya juga ingin mencobanya,tetapi mereka mencoba dengan rindik saya,karena pada waktu itu Cuma di rumah saya ada gambelan rindik. Tetapi setelah saya naik ke atas rindik,pelawah rindik itu langsung patah dan hancur. Cuma untungnya daun rindiknya tidak hancur. Saya heran,daun rindik itu sangat kuat,tidak mudah pecah sekalipun di jemur di bawah sinar matahari.

Setelah itu orang tua saya berfikir untuk menggantinya dengan pelawah baru, kejadian ini pada tahun 2007. Kebetulan juga ada pengrajin rindik di dekat rumah saya yaitu,I Wayan Winada yang berasal dari kabupaten tabanan, desa meliling. beliau lah yang saya cari untuk minta tolong membuatkan pelawah rindik baru dengan bahan kayu yang kualitas rendah dan tanpa ukiran di pelawah rindik tersebut, Waktu itu juga hanya memperbaiki dan tidak mengganti daun rindik yang dulu karena menurut saya masih bisa di gunakan dan masih bagus.

Pada tahun 2009, rindik itu saya kembalikan ke kampung halaman saya dengan alasan,saya ingin memiliki rindik yang baru dengan bentuk fisik yang lebih bagus dan modern. Kebetulan juga pada waktu itu saya akan mengikuti lomba rindik berpasangan tingkat SMA, jadi saya ingin memiliki rindik yang bentuknya lebih mewah dibandingkan dengan bentuk fisik rindik saya yang dulu,karena itu terlalu kecil karena rindik itu berbahan dari jenis bambu tabah/tiying tabah,ukuran bambu itu juga kecil-kecil dan panjang. Pada waktu itu orang tua saya berencana untuk menjualnya,karena pelawahnya sudah di perbaiki,tetapi kakek saya marah,dia tidak mengijinkan untuk menjualnya. Kakek saya menyarankan beli saja yang baru,jangan menjual ini untuk membeli rindik yang baru,kakek saya sangat cinta dengan barang-barang yang ia miliki,dan juga rindik ini suatu bentuk tanda trimakasi yang di terima oleh kakek saya dari I Kompyang Sarka,walaupun rindik itu awalnya sangat sederhana,tetapi kakek saya bisa menerima karena ia berfkir bahwa rindik ini bsa bermanfaat bagi kluarga dalam bentuk berkesenian, saya pun juga bisa bermain rindik berkat rindik yang di berikan oleh I Kompyang sarka. Rindik itu sangatlah berguna bagi saya,sehingga saya dapat mempelajarinya,dan juga rindik itu sempat saya gunakan untuk bekerja mencari uang.

Setelah lama kemudian,orang tua saya mendapatkan rejeki di tempat kerjanya berupa uang bonus sebesar 1000.000 Rp. Uang Itu rencananya akan di pakai untuk membeli gambelan rindik untuk saya,tetapi masih kurang. Saya pun berusaha menabung dengan uang hasil kerja di sebuah resepsi pernikahan dengan adik-adik saya itu pun saya masih menggunakan rindik yang lama dalam bekerja demi mendapatkan uang untuk dapat membeli rindik yang baru. Pada waktu itu saya masih bekerja dengan bayaran seharga 100.000 Rp per-3 jam di setiap acara.Setelah terkumpulnya uang yang saya tabung, saya langsung memberikan kepada orang tua saya untuk menambahkan sisa kekurangannya. Dan akhirnya,orang tua saya memesan rindik baru untuk saya dan adik-adik agar dapat berlatih dan juga saya digunakan untuk bekerja/mengikuti iven-iven yang ada.

Dan pada akhirnya di rumah saya,memiliki 2 pasang gambelan rindik,yaitu rindik yang lama,yang bentuk fisiknya masih polos dan rindik yang baru dengan bentuk fisik lebih baik dan bagus dari pada rindik yang lama. Rindik yang lama masih saya simpan di rumah di mengwi,sekarang rindik itu hanya bisa saya pakai latihan bila saya pulang ke kampung halaman.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar rindik yang baru:

 

 

 

Kesimpulan ,

Pada waktu tahun 2000, gambelan rindik saya masih sangat sederhana dan itu pun hasil dari pengganti bayaran yang masih kurang itu terjadi pada tahun 1999. Pada saat itu juga saya baru mengetahui bentuk fisik dari gambelan rindik,saya juga belum mengerti cara memainkan.Pada tahun 2005,gambelan rindik itu hancur karena saya dan teman-teman mendudukinya dengan terobsesi oleh gambelan jegog. Dan pada tahun 2007,kebetulan ada pengrajin rindik dari tabanan yang bisa memperbaikinya sehinga kembali bisa di pakai dengan gaya wadah/tempat rindik yang lebih bagus dari pada sebelumnya,tetapi blum teriisi ukiran/variasi.

Akhirnya pada tahun 2009 rindik yang lama,saya kembalikan ke kampung halaman saya, dan saya menabung uang saya untuk membeli rindik yang baru, tabungan itu berasal dari uang jerih payah saya dengan di bantu oleh orang tua untuk membeli rindik yang baru dengan bentuk fisik yang modern dan penuh hiasan/ukiran. Pesan saya dalam sejarah rindik ini yaitu,slalu berusaha agar cita-cita kita tercapai, selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki dan juga berusaha untuk menjaganya.

 

belajarlah dari sesuatu yang sangat sederhana.

 

 

 

 

 

Narasumber

 

 

I Ketut Sandi

I Kompyang sarka

 

biografi seorang seniman alam

Januari 9th, 2014

Pendahuluan

Pada awal tahun 1970, seorang I Made suena masih berusia sekitar 14 tahun. Bliau pada waktu itu masih memiliki kegiatan bertani dengan orang tuanya. I Made Suena sangat rajin membantu orang tuanya yang bekerja di sawah,tetapi jiwa seni yang bersifat alami dari I Made suena tidak luput dari kegiatannya yang slalu membantu orang tuanya.

I Made suena lahir pada tanggal 31-12-1956, yang bertempat tinggal di banjar balun,padang sambian tengah,Denpasar barat. I Made suena adalah anak no 2 dari 8 bersaudara dari pasangan I nyoman Purna dengan I Ketut regong. I Made suena seorang anak yang sangat rajin dan kreatif,ia slalu memanfaatkan waktu dan tempat untuk bermain-main dengan alam,I made suena juga senang memanfaatkan tumbuhan/pepohonan untuk dijadikan alat musik seperti, membuat suling dari padi yang sudah kering,dan juga membuat suling dari batang daun papaya. Seorang I made suena tidak luput dari kreatifitas,beliau juga memang awalnya gemar sekali bermain suling. Setiap beliau melihat carang/tumbuhan yang dapat di manfaatkan,bliau pasti memetiknya untuk di gunakan sebagai suling.

Selain bermain-main bliau juga tidak lupa untuk bekerja,seperti membantu mengairi sawah,mencari air,dan membajak sawah. Itu smua bliau lakukan untuk membantu orang tua.Beberapa kawan beliau juga ikut membantu dalam bekerja,karena pada jaman dahulu kegiatan seseorang dominan di sawah.Setelah tugas beliau selesai untuk membantu orang tua, beliau pun bergegas ke balai banjar, yaitu, balai banjar Balun,desa Padang sambian. Disana lah beliau mengintip bagai mana orang bermain gambelan,bliau hanya bisa menontonnya saja dengan kawanya yang sebaya.

Dengan keinganan yang besar, I Made suena memberanikan diri untuk ikut berlatih di balai banjar,tetapi pada waktu itu I Made Suena hanya menjadi cadangan. Bila ada instrument yang kosong,baru beliau berani masuk untuk mengisi nya.Pada tahun 1975,I made suena sudah di ajak untuk mengikuti proses latihan dibalai banjar,pada saat itu I made suena di tugaskan sebagai tukang suling,karena itu memang besik dari I made suena. Pada saat itu I made suena di ajak untuk berlatih memainkan lagu sendratari tegal jadi raja pala. Dan I made suena pun resmi ikut menjadi anggota sekha gong di banjar balun,Padang sambian.

Selain bisa bermain suling,I made suena juga slalu belajar untuk membuat suling,keinginan I made suena sangtlah keras untuk menjadi seseorang yang mampu membuat apa yang ia inginkan. Pada proses I made suena belajar membuat suling, bliau selalu gagal,dan tidak pernah bisa untuk membuat suling yang sesuai dengan suara nada yang di inginkannya. Sangatlah tinggi keinginan I made suena untuk belajar,bliau tidak menyerah dengan kegagalannya. Lalu bliau memutuskan untuk bertanya ke pada seseorang yang ahli juga di bidang pembuatan suling yaitu I nyoman Sura. Disitu lah I made suena berguru dan mendapatkan ilmu dari I nyoman sura. Disana I made suena di berikan tehnik dan cara-cara yang benar dalam pembuatan suling.

Dan akhirnya I made suena paham dengan tehnik-tehnik tersebut,lalu ia mencobanya dan akhirnya bliau bisa membuat 2 buah suling yang berlaras pelog.Pada tahun 1980, I made suena mendapat tawaran untuk bermain kendang di suatu grup/skha gambelan yang berada di desa padang sambian juga. Pada waktu itu I made suena belum ahli dalam bermain kendang,tetapi I made suena menerima ajakan dari dari I nengah kantor.

Disana I made suena di ajak untuk berlatih pukulan-pukulan dasar kendang lelambatan dan,kendang tari-tarian. Setelah I made suena belajar kendang gupekan, I made suena melihat orang yang sedang bermain kendang krumpungan. Disana I made suena slalu memperhatikan cara-cara/pukulan-pukulan yang di keluarkan, dan akhirnya I made suena berniat mempelajarinya. I made suena menggunakan kaleng bekas untuk belajar di rumah karena I made suena tidak memiliki kendang krumpungan.

Sampai 2 tahun I made suena belajar kendang krumpungan, dan akhirnya ia bisa memainkannya walaupun belum sempurna. Dari situlah I made suena terus dan terus memplajarinya dengan cara menonton geguntangan,mengikuti pementasan arja,dan slalu bertanya kepada yang lebih senior yaitu Pak rundu yang berasal dari gladag.Pada tahun 1986,I made suena sudah menguasai tehnik kendang yang di berikan,dan I made suena juga sudah sering ikut serta dalam pementasan, pada waktu itu juga sekha dari I made suena mengikuti festival di daerah pemecutan dengan membawakan tabuh lelambatan,seperti tabuh pisa,tabuh gesuri,dan tabuh tari-tarian.

Setelah itu,I made suena bertemu dengan pak kaler,bliau yang memperkenalkan gambelan rindik kepada I made suena. Disana I made suena mulai mengenali gambelan rindik,dan beliau ingin belajar bermain rindik,dengan di tuntun oleh pak kaler. Dan akhirnya I made suena pun mendapatkan dua lagu dari sekian kali belajar dengan pak kaler. Tidak lama,I made suena di panggil untuk memainkan rindik di sebual hotel,dengan nekatnya I made suena menerima ajakan tersebut demi mencari pengalaman dengan bermodal 2 lagu saja.

I made suena adalah sosok orang yang tidak pernah mau menyerah,setelah ia bisa bermain rindik sampai juga ia dapat bekerja dengan menggunakan gambelan rindik,lalu ia memutuskan belajar membuatnya dengan di bimbing oleh seseorang yang bernama I nengah Suarnata yang berasal dari tabanan. Disana I made suena sempat berguru untuk bisa membuat rindik.Lama sudah perjalanan masa muda I Made suena, lalu I made suena menikah dan memiliki 4 orang anak. Pada saat itulah I made suena mulai mengajar gambelan di desa-desa. I made suena juga memiliki grup yang bernama puspa mekar, itu adalah gerup angklung I made suena. Bliau berkecimpung di gambelan angklung karena,pada jaman dulu di desa padang sambian khususnya di banjar balun,hanya ada gambelan angklung. Disana lah bliau mengajar dan membuat gending/lagu petegak untuk gambelan angklung,dengan kawannya yang membantu bernama I Ketut Kariana dengan I Made Oka.Dari sana lah I Made suena mulai membangkitkan para kawannya yang berjiwa seni untuk ikut serta dalam merawat,mengurus,dan belajar gambelan untuk sekha angklung dan gong kebyar.

I Made suena adalah sosok seseorang yang tangguh,disegani,dan jujur. Ia tidak pernah mau melakukan yang namanya berbohong pada kawannya sendiri,ia orang yang jujur dan tidak mau mengecewakan temannya sendiri. Dia sangat suka membantu kawan sendiri,sampai sekarang pun ia masih memiliki sifat sosial yang tinggi.

Demikian lah perjalanan seorang seniman alam yang sederhana tetapi bermanfaat bagi semua orang di sekitarnya.Ini perlu kita tiru karena kita harus bisa belajar dari bawah untuk mencapai kesuksesan yang ingin di tuju. Kesuksesan bukan hanya berupa material,tetapi bisa berupa sifat sosial di masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Seperti misalnya, kita sukses untuk membangkitkan generasi muda agar selalu mau belajar dalam bidang seni maupun akademik,kita juga bisa membimbingnya, berbagi ilmu kepada teman,dan mampu mendirikan suatu organisasi yang positif,seperti, membuat sekha gong. Itulah yang dimagsud kesuksesan dalam hidup bagi seorang I Made suena.

Pesan seorang I Made suena untuk generasi muda adalah belajarlah dari pengalaman baik/burukmu untuk mencapai ke suksesan dan jangan milirik hasil dari seseorang yang sukses,tetapi liriklah dari proses perjalanan seseorang hingga mencapai kesuksesan itu.

Nara sumber             :          I Made Suena

Tanggal                      :          28-09-20013

instrument angklung bambu

April 21st, 2013

A.ANGKLUNG BAMBU

Alat Musik dari Bambu Asli Indonesia – Bambu adalah tanaman yang sudah dikenal di masyarakat dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 60 spesies bambu yang dapat kita temui dari sekitar 1000 spesies bambu yang ada di dunia. Karena bahan bambu yang sangat mudah ditemukan di alam Indonesia dan sifat bambu yang mudah dibentuk, ringan serta awet, tidak heran jika bambu banyak dipergunakan untuk berbagai keperluan. Dari mulai senjata (bambu runcing), bahan bangunan, bahan kerajinan dan tidak sedikit yang dijadikan sebagai alat musik. Alat musik dari bambu asli Indonesia ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. contohnya alat musik angklung :

B.Asal-usul

Anak-anak Jawa Barat bermain angklung di awal abad ke-20.Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan sunda(abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu. elanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

C.Pengertian Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bamboo , dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

D.Teknik Permainan Angklung

Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung:
• Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
• Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
• Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik sinambung, yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.

E. Tangga nada musik angklung

19Angklung Diatonis merupakan perkembangan dari Angklung Buhun yang bertangga nada Pentatonis seperti Angklung Buncis, Angklung Baduy dan Angklung Gubrag yang sudah sejak lama terdapat di Tatar Sunda ini. Terciptanya Angklung Diatonis ini di pelopori oleh seorang putra dan ahli musik Tatar Sunda kelahiran Garut yaitu Bapak Daeng Soetigna (Alm). la berguru kepada Bapak Jaya dad Kuningan, yaitu seorang ahli pembuat Angklung.

Angklung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bahan bambu. Jenis bambu yang di pergunakannya adalah : Awi (bambu)Taman, Awi Wulung, Awi Belang, dan Awi Tali. Tetapi untuk Angklung yang lebih besar ada juga yang mempergunakan Awi Surat.

Demikian sebagaimana tercantum dalam buku Daeng Soetigna bapak Angklung Indonesia tulisan Helius Sjamsudin dan Hidayat Winitasasmita yang di keluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta 1986.

Waditra yang di pergunakannya terdiri:

Angklung Melodi, yaitu nada¬ nada Angklung yang fungsinya melantunkan melodi, yang terdiri atas:

Melodi tidak bernomor, jumlahnya ada 11 yaitu: 5 nada dari to (tangga nada ) Oktaf Besar (Baskan) ditambah 6 nada dad to Oktaf Kecil (Diskan) (G – Gis – A – Ais – B – C – cis- d-dis-e-dan f ) . Angklung Melodi Besar ini tidak diberi nomor, cukup di bed nama nada mutlaknya pada masing-masing tabung nadanya yang letaknya vertical atau pada tabung dasarnya yang letaknya horizontal. Dengan demikian jelas bahwa pada Angklung Pa Daeng nada Angklung terendah adalah G dad tangga nada Oktaf Besar (Baskan).

Melodi Bernomor jumlahnya ada 31, mulai dad fis Oktaf kecil sampai dengan C”. (c3). Angklung Melodi Kecil ini di bed nomor dari nomor 0 = fis tadi sampai dengan nomor 30 = c3 dengan jarak 1/2 nada (kromatis). Dengan demikiarf jelas pada Angklung Pa Daeng, luas oktaf dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi : 3 1/2 oktaf.

Angklung Akompanyemen, terdiri atas:

A) Akompanyemen Mayor 12 buah dan Minor 10 buah yaitu

– Akompanyemen Mayor terdiri dari A7 – Bes7 – B7 – C7 – Cis7 – D7 – Es7 – E7 – F7 – Fis7 – G7 – As7

– Akompanyemen Minor terdiri dari: Am – Besm – Bm – Cm – Cism – Dm – Em – Fm – Fism – Gm.

B) Ko – Akompanyemen, jumlahnya sama dengan Akompanyemen, namun ukurannya Iebih kecil dari Akompanyemen.

Fungsi Angklung Akompanyemen ialah sebagai pengiring seperti halnya Gitar. Pengiring yang memainkan Akor¬akor sesuai kunci lagu atau seperti fungsi tangan kiri pada permainan Piano. Antara Akompanyemen dan Ko – Akompanyemen saling mengisi sebagai penguat dan ritmis yang membedakan jenis lagu yang di lantunkan seperti pada Keroncong, Cha-cha, Dangdut dan lain sebagainya.

Nada-nada Angklung Melodi yang dipergunakan yakni dari yang paling rendah G sampai yang tertinggi C’’’

G Gis A Ais B c cis d dis e f fis

5 nada 6 nada

dari oktaf besar dari oktaf kecil

ensambel rindik

April 21st, 2013

Ensambel rindik
Alat Musik dari Bambu Asli Indonesia – Bambu adalah tanaman yang sudah dikenal di masyarakat dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 60 spesies bambu yang dapat kita temui dari sekitar 1000 spesies bambu yang ada di dunia. Karena bahan bambu yang sangat mudah ditemukan di alam Indonesia dan sifat bambu yang mudah dibentuk, ringan serta awet, tidak heran jika bambu banyak dipergunakan untuk berbagai keperluan. Dari mulai senjata (bambu runcing), bahan bangunan, bahan kerajinan dan tidak sedikit yang dijadikan sebagai alat musik. Alat musik dari bambu asli Indonesia ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Contoh : alat musik rindik
Difinisi rindik

Rindik yaitu alat musik tradisional bali yang berbahan dasar bamboo dan menggunakan laras slendro. Pada dasarnya alat musik rindik sering di pergunakan dalam pementasan tarian jogged di bali dan juga sering di pergunakan dalam upacara pernikahan untuk penyambutan tamu- tamu undangan.
rindik barungan ini/ sering disebut juga rindik berpasangan, terdiri dari dua buah rindik yaitu rindik polos dan sangsih,dan ada instrument suling juga di dalamnya.
Komposisi dari ensambel rindik ini terdiri dari dua instrument rindik dan satu instrument suling sebagai pelengkap

Fungsi dan peranan instrument.

Untuk suling disini sbagai pelengkap sekaligus pemanis gending dalam memainkan alatmusik rindik. Dalam memainkan alat musik rindik terkadang membutuhkan 1 suling,tetapi ada juga yg menggunakan 2 suling,mungkin agar suaranya lebih jelas dan keras untuk di dengarkan.
Sedangkan untuk rindik,disini ada dua buah rindik yaitu rindik polos dan rindik sangsih. Dimana fungsi rindik polos dan sangsih ini berbeda,pada rindik polos bertugas membawakan gending dan pada rindik sangsih bertugas membuat variasi suara nada yang juga sering disebut dengan tehnik ngepat,ngebas,dan nyangsih. Pukulan- pukulan dari rindik sangsih ini akan berpadu dng rindik polos dan menimbulkan suara nada yang menarik.

Tehnik pukulan dalam rindik untuk tangan kanan dan tangan kiri.

Pada umumnya,permainan rindik ini menggunakan ke dua tangan kita untuk memukul/ memainkannya,yaitu tangian kiri dan tangan kanan. Ke dua tangan ini pun memiliki pukulan yang berbeda, untuk tangan kiri fungsinya untuk menjalankan melodi gending,dan tangan kanan berfungsi untuk membuat variasi pukulan gending agar menarik untuk di dengar.

Adapun tehnik – tehnik khusus dalam permainan rindik ini,seperti tehnik ngotek / norek,ngebas,ngulir,dan ngepat.
Istilah ngepat sering juga di gunakan dalam permainan rindik. Tehnik ngepat yaitu memukul dua buah nada yang berbeda secara bersamaan dengan jarak dua nada. Seperti memukul nada ndung dengan nada nding secara bersamaan dan menghasilkan nada nding,tehnik ini dilakukan oleh tangan kanan di dalam rindik sangsih. Jadi ngepat ini bertujuan untuk merapatkan pukulan dan juga sebagai pemanis variasi melodi pada rindik dengan tempo yang lambat mauput cepat. Tehnik ngotek/ norek yaitu tehnik pukulan yang saling bersahut-sahutan antara pukulan polos dan sangsih. Jika pukulan polos dan sangsih di padukan akan menghasilkan pukulan ngotek. Pukulan polos dan sangsih,bergerak naik- turun(sebaliknya),mengisi ketukan yang kosong dan akhirnya menimbukan bunyi yang dinamakan ngotek,tehnik ini di mainkan dengan tangan kanan didalam rindik sangsih. tehnik ngebas yaitu tehnik pukulan pada pukulan rindik sangsih yang memukul nada ndung besar sedangkan rindik polos memukul ndung kecil,sehingga menimbukan suara yang cukup besar,tehnik ini dimainkan oleh tangan kiri didalam rindik sangsih sebagai melodi. Tehnik ngulir yaitu tehnik memukul melodi secara naik turun antara rindik sangsih dan rindik polos dengan mengikuti alur melodi pokok yg dilakukan oleh melodi rindik polos,tehnik ini di lakukan pada pukulan tangan kiri rindik sangsih.
Sedangkan untuk rindik polos tetap menjalankan gending pokok. Tidak ada variasi pukulan di dalam rindik polos,semua variasi pukulan dilakukan oleh rindik sangsih

Setting rindik.

Untuk peletakan posisi rindik polos yaitu di sebelah kiri rindik sangsih dan sebaliknya,untuk peletakan rindik sangsih yaitu di sebelah kanan rindik polos dan suling posisinya di tengah- tengah kedua rindik.
Untuk posisi peletakan rindik ini berpengaruh kepada suara yang akan di dengar ketika posisi rindik salah. Karena rindik sangsih memiliki volume suara lebih rendah dari pada rindik polos.

tentang saya

April 21st, 2013

Nama saya I Putu Bagus Suryanatha, saya lahir pada tanggal 14 juli 1994, saya beragama Hindu, hobi saya menggambar dan memainkan alat musik tradisional bali (menabuh), saya sangat cinta dengan musik tradisional. Saya berasal dari mengwitani, kabupaten badung. Saya anak asli dari Bali, skarang saya memiliki tempat tinggal di Denpasar, saya di Denpasar tinggal dengan keluarga, tepatnya di desa padangsambian. Cita – cita yg ingin saya raih adalah menjadi orang yang bisa memimpin segala sesuatu apapun yang ada di dalam kehidupan saya, dalam bentuk keseni maupun sosial. Maka dari itu saya selalu berusaha belajar dari pengalaman saya, dari nasehat – nasehat orang tua, dan dari kenyataan kehidupan yang saya lihat secara langsung. Untuk keluarga saya, saya masih memiliki 2 orang tua, ayah saya bekerja sebagai pegawai swasta di suatu Bank, dan Ibu saya hanya menjadi Ibu rumah tangga yang slalu menjaga saya dan adik – adik saya di rumah, saya anak pertama dari lima bersaudara, saya memiliki dua adik laki – laki yang bernama I Made Bagus Wiranatha dan I Ketut Bagus Indranatha, saya juga memiliki dua adik perempuan yang bernama NI Nyoman Ayu Diah Antari,dan NI Putu Ayu Diah Adnya Swari. Untuk pendidikan, saya dulu menempuh pendidikan SD,SMP,SMA dan sekarang melanjutkan kuliah, saya dulu tamat sekolah dasar di SD 10 Padang sambian,Denpasar Barat tahun ajaran 2001-2006,untuk SMP,saya skolah di SMP PGRI 5 Denpasar Barat tahun ajaran 2007-2009, SMA saya di SMAN 7 Denpasar Barat tahun ajaran 2010-2012. Dan sekarang melanjutkan pendidikan di bangku kuliah Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Barat angkatan 2012-2013, saya di ISI Denpasar skarang menempuh smester 2 dengan jurusan seni karawitan. Saya sekolah di ISI denpasar,karena saya ingin menyalurkan hobi saya dalam berkesenian dan saya juga ingin menuntut ilmu seni dI ISI denpasar. Kegiatan sehari – hari saya yaitu menjalankan latihan,bermain,melatih anak – anak menabuh di balai banjar.

          Saya juga melakukan bisnis kecil – kecilan dalam bidang seni yaitu menerima permintaan pemesanan rindik, dan juga menerima permintaan tarian jogged mini untuk acara – acara di hotel – hotel/ di acara resepsi pernikahan. Dari ksenian ini juga saya belajar bekerja, berbisnis dengan kesenian dan mengangkat drajat ksenian bali, karena para seniman/ artis selalu mengucapkan kata SENI ITU TIDAK TERNILAI HARGANYA. Dengan magsud, seni adalah hati kita sendiri bagi seniman. Dan tidak mungkin orang lain bisa seenaknya menilai hati seniman dengan nilai nominal. Dan juga Saya memiliki harapan,bila saya tamat di ISI denpasar saya hrus bisa membangkitkan kesenian di indonesia khususnya di tanah kelahiran saya yaitu bali, karena, untuk ksenian skarang ini terlalu diremehkan oleh sebagian orang,tetapi secara tidak sadar mereka membutuhkan seni dalam kehidupannya, karena sifat seni itu adalah universal, seni bisa sebagai alat belajar berhitung, sebagai teraphi, sebagai rangkaian upacara, sebagai hiburan,dan sebagai tempat/wadah untuk menuangkan imajinasi kita. Saya sebagai anak seni hrus bisa menjaga ksenian yang ada, terutama ksenian tradisional, karena itu sebagai dasar kita untuk belajar seni,banyak motih jaman dahulu yang bisa kita latih dan kita bisa improfisasikan menjadi motif – motif modern. Apaun yang kita ciptakan di jaman sekarang, itu tidak lepas dari peraturan – peraturan yang ada di jaman dahulu. Jadi untuk anak – anak seniman, sekarang kita hrus bisa meningkatkan derajat seni trutama di Negara kita dan di luar Negara kita sendiri.

          Pengalaman saya sebagai seniman yang baru duduk di bangku kuliah semester 2 yaitu dimana saya dapat pemikiran bahwa, kita sebagai seniman hrus bisa sosial seperti melakukan istilah ngayah di pura pada saat ada upacara agama, dan kita juga harus bisa memanejemenkan kesenian dalam bentuk bisnis/pekerjaan seperti melukis,seperti bermain gambelan di sebuah hotel/ bermain gambelan di acara resepsi pernikahan. Pengalaman kerja-pun saya dapatkan dari usia saya 12 tahun, awalnya saya hanya mencari pengalaman untuk melatih mental, kemampuan, dan pemikiran saya. Lalu pada akhirnya saya mendapatkan hasil dari pengalaman tersebut, dan skarang saya memiliki pekerjaan yang cocok dengan hobi saya yaitu menabuh gambelan, dan sekarang saya memiliki pekerjaan reguler di sebuah hotel untuk mengisi acara kesenian,dan saya juga sekarang sudah bekerja sebagai guru tabuh di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/TK di Ubung. Di dalam pekerjaan saya sebagai guru TK, saya juga masih bisa bersama – sama dengan anak – anak TK belajar saling mengenal dan mengerti. Anak – anak tersebut brusaha mengenal nama alat – alat instrument yang mreka pukul, dan mreka juga brusaha mengerti bagaimana pola – pola pukulan/ tehnik – tehnik pukulan yang benar. sedangkan saya sebagai guru juga harus bisa memahami bagaimana kondisi murid, dan juga hrus bisa melihat karakter dari anak – anak tersebut, bila kita tidak mempelajari itu semua, kita tidak akan bisa untuk menuangkan apa yang seharusnya kita tuangkan pada anak – anak tersebut, kuci dari smua ini yang saya dapatkan, yaitu, segala sesuatu yang kita lakukan, kita hrus bisa beradaptasi, tenang, sabar, ulet dalam bekerja dan berani mencoba segala sesuatu yang bersifat positif, niscaya kita akan mendapatkan hasil yaitu kesuksesan.