Pengecet Tari Kebyar Duduk

Pengecet adalah bagian struktur tari yang berisikan gerak-gerak yang lincah dandinamis begitu pula dengan musik iringannya yang senantiasa mengikuti pola gerak tariannya. Didalam pengecet komposisi tari dan tabuh nya ditampilkan dengan gerak-gerak tari dan iringannya bertempo sedang hingga cepat. Pengecet biasanya menempel dengan pengawak dari sebuah tarian.

https://youtu.be/EuJD_SbWaa0

Ngaras
Nyakub bawa
Ngeseh ngejat pala
Matanjek lantang
Ngaliput mabading
Nyogok miles
Matanjek nyakub bawa

Berikut merupakan Link video iringan pengecet Tari kebyar duduk yang di buat menggunakan aplikasi Flstudio dan di lengkapi dengan record kendang live.

Link : https://youtu.be/EuJD_SbWaa0

Tari Cendrawasih Khas Buleleng Bali

Salah satu tari Bali Tari Cendrawasih diciptakan oleh sang maestro I Gede Manik dan pertama kali ditampilkan di subdistrik Sawan di Kabupaten Buleleng pada 1920an, wilayah tersebut adalah tempat asal dari sejumlah tarian, meliputi Trunajaya, Wirangjaya, dan Palawakya. Namun, versi ini memiliki perbedaan yang signifikan dari tarian yang sekarang umumnya ditampilkan. Tari Cendrawasih khas Buleleng tercipta jauh sebelum Swasthi Wijaya Bandem menciptakan Tari Cendrawasih tahun 1987. Tidak banyak yang tahu tentang keberadaan tari itu jika saja Luh Menek (74) tidak menarikan tarian tersebut setelah puluhan tahun terkubur. Seniman tua yang berasal dari Desa Jagaraga yang kini tinggal di Tejakula itu menarikan tarian klasik tersebut secara tunggal pada pembukaan Konferensi dan Festival Internasional II di Auditorium Undiksha awal tahun lalu. Meski sudah sepuh, Luh Menek yang merupakan murid langsung dari seniman besar Gede Manik itu biasa menarikan tari itu dengan energik. Ia bahkan mendapat aplaus luar biasa dari penonton yang sebagian merupakan wisatawan mancanegara.

Luh Menek mengatakan, dirinya sudah berjuang sejak lama bersama teman-teman seniman di Buleleng untuk menghidupkan Tari Cendrawasih seperti yang sudah dilakukan sebelumnya terhadap Tari Palawakya dan Tari Pengeleb. Menurutnya, Tari Cendrawasih yang diciptakan di Jagaraga itu jauh berbeda dengan Tari Cendrawasih yang dikenal saat ini. Tari Cendrawasih khas Jagaraga itu lebih mengandalkan ekspresi seperti halnya Tari Terunajaya. Sejumlah detil gerak tarinya sudah bisa dia ingat. Bahkan komposisi karawitannya juga sudah bisa ia gumamkan dengan mulut. 

Penampilan Tari Cendrawasih pada masa sekarang berasal dari koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang diaransemenkan pada penampilan pertamanya pada 1988. Tari Cendrawasih terinspirasi oleh burung cendrawasih, yang dikenal dalam bahasa Bali sebagai manuk dewata. Jenis burung tersebut dikenal suka menari dan menyanyi ketika berupaya untuk melakukan perkawinan. Tari Cendrawasih adalah salah satu dari beberapa tari Bali yang terinspirasi oleh burung tarian lainnya meliputi tari Manuk Rawa dan tari Belibis.

Sumber : Dinas Kebudayaan Kab.Buleleng

Gender wayang & Batel wayang

Gender wayang merupakan salah satu instrumen yang di gunakan untuk mengiringi pementasan wayang kulit. Gender wayang terdiri dari 4 tungguh Gender, yaitu Gender barangan dan gender pemade. Adapun yang membedakan antara gender Barangan dengan Gender Pemade yaitu Gender Barangan Bilahnya lebih kecil.
Gender wayang termasuk kedalam kelompok instrumen golongan Tua, dimana setelah adanya penamabahan instrumen yang lain seperti Kendang, Ceng-ceng Ricik, Kajar, Tawa-tawa, Klenang, dan Kempur Gender wayang termasuk instrumen Golongan Madya yang disebut dengan “Batel Wayang”.
Di Bali Utara, Batel wayang digunakan ketika mengiringi pementasan Wayang Ramayana.

Berikut merupakan Link video Tabuh petegak Batel Wayang Style Buleleng, Seririt :