Prosesi Hari Raya Nyepi di Desa Adat Kerobokan

Umat hindu di Bali dalam memperingati pergantian tahun baru saka 1932 ke tahun baru saka 1933 melakukan serangkaian uapacara keagamaan yang di awali dengan Melasti. Selesai Melasti dilanjutkan dengan melaksanakan upacara “ Tawur Kesanga”. Sehari menjelan Nyepi, dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, dusun, Desa Adat, Kecamatan, kabupaten/kota hingga tingkat Pripinsi Bali.

Kegiatan tersebut bermakna meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antara sesama umat manusia, lingkunan dan Tuhan Yang Maha Esa. Tawur kesanga yang berakhir pada petang hari itu di lanjutkan dengan “Ngerupuk” yamh bermakna menetralkan alam semesta, agar semua kekuatan dan pengaruh negative “bhutakala” yakni roh atau makhluk yang tidak keliahatan secara kasat mata.

Keesokan harinya, umat Hindu merayakan Hari Raya suci Nyepi Tahun Baru Saka1933 denagn melaksanakan Tapa Berata penyepian. Empat pantangan ( larangan) yang wajib dipatuhi meliputi tidak menyalakan lampu( Amati Geni ), tidak melakukan kegiatan( Amati Karya ), tidak bepergian( Amati lelungan serta tidak rekreasi atau bersenang-senang ( Amati Lelanguan ).

“Pelaksanaan catur brta penyepian agar diawasi secara ketat oleh petugas keamanan dfesa adat ( Pecalang ), di bawah koordinasi prajuru banjar setempat.”

Di desa adat kerobokan masyarakat setempat melaksanakan upacara Melasti. Upacara Melasti yang di laksanakan di Desa Adat kerobokan ini, di lakukan dengan cara berjalan kaki menuju pantai Pura Peti Tenget yang bertempat di kerobokan kelod. Tabuh baleganjur menjadiiringan pada saat upacara Melasti, yang menambah suasana menjadi sacral.

Sehari setelah Upacar Melasti, petang harinya diadakan prosesi yang sesuai dengan adat bali yang di namakan “MEGOBOG “. Megobog merupakan suatu prosesi peruapan/ pembersihan dari bhuta kala dalam pekarangan rumah masing-masing  penduduk. Sarana yang di gunakan dalam prosesi ini adalah seikat daun kelapa yang sudah tua/ kering yang di sulut dengan api, dan kulkul untuk mengiringi. Semua alat ini digunakan untuk upacara meruat pekarangan rumah.

Dan malam harinya merupakan malam Nyepi ( pengerupukan ) yang diadakan pengarakan ogoh-ogoh. Tujuan uatam pengarakan ogoh-ogoh ini merupakan penetralisir dari Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Di samping itu kegiatan pengarakan ogoh-ogoh ini juga untuk tetap melastarikan adat istiadat dan budaya bali. Juga untuk menarik para wisatawan asing agar lebih berantusias berkunjung ke bali lagi. Tahun ini, meskipun cuaca hujan kegiatan pengarakan ogoh-ogoh tetap berjalan dengan baik dan meriah, selain itu juga pengarakan ogoh-ogoh tahun ini mendapat antusias dari masyarakat local maupun asing.

Di samping pengarakan ogoh-ogoh dengan baleganjur, banyak yang menggunakan atau membentuk suatu pertunjukan pragmentari, dan dipentaskan pada perempatan/ pertigaan jalan yang merupakan sebuah panggung pertunjukan dari suatu desa.

Sesudah pengerupukan, keesokan harinya merupakan Hari Raya Nyepi, yang dilaksanakan oleh umat Hindu  Tahun saka 1933. Dalam hari raya Nyepi Umat Hinmdu wajib melaksanakan Tapa Berata penyepian.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!