Kiprah dan Karya I Nyoman Kaler
Posted Under: Lainnya
Seniman I Nyoman Kaler yang lahir tahun 1892 di Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, adalah seniman serba bisa. Dia seorang pengrawit, guru tari dan pencipta tari. Sejak usia muda ia telah menguasai berbagai tabuh serta tarian Legong dan Gambuh, maka benih-benih bakat yang melekat pada dirinya kemudian berkembang menjadikannya seorang koreografer yang memiliki kekhasan tersendiri. Kreativitas Kaler yang berbentuk tari babacihan lebih berkembang di masyarakat sebagai wujud pembaruan, dengan mengaktualisasi gejala di sekelilingnya. Kiprah Kaler kemudian dilanjutkan oleh anak-anak didiknya yang cukup andal dan tenar — di samping Ridet dan Likes — seperti Rindi, Berata, Rembang, Cawan, Darmi, Puspawati dan Arini Alit.
Sejak 1930-an hingga 1950-an, Kaler bak bintang yang cemerlang. Ciptaan pertamanya yang lahir pada 1935 adalah tari Pengaksama, berbentuk tari perempuan. Dalam konsep berkarya, karena seni tabuh dominan keluar mengalir pada dirinya, maka beberapa tari ciptaannya yang berbentuk babancihan terbawa oleh gending iringannya.
Karya tari babancihan Kaler yang digelar dalam festival gong kebyar kali ini memiliki karakter keras dan halus. Ini diciptakan sekitar tahun 1942 sebagai tarian tunggal dan merupakan revitalisasi wujud karya seni yang pernah berjaya sejak 50 tahun silam. Dalam kurun waktu itu, jiwa Kaler tetap hidup di tengah-tengah masyarakat karena ciptaannya yang penuh bobot, agung, manis dan dinamis sehingga perlu dikenal oleh generasi muda, terutama pencinta seni tari. Tari babancihan merupakan suatu istilah untuk menyebutkan sekelompoko tari-tarian Bali yang memiliki karakter antara laki dan perempuan yang mengandung ungkapan maskulin, serta mengenakan busana laki-laki inovatif. Bentuk ini dapat memperluas wawasan kaum perempuan untuk memilih tarian yang akan dipelajari. Karya seni Kaler sebagai wujud pembaruan ini, sejak kemunculannya, berkembang pesat. Bahkan, kursus tari di luar Bali pun hingga kini masih mengajarkannya karena penarinya nampak bagus dengan memakai hiasan kepala berbentuk udeng-udengan. Unsur-unsur gerak tarinya memakai unsur tari palegongan dan pagambuhan.
Tari Mregapati merupakan karakter babancihan keras yang melukiskan gerak-gerik raja hutan sedang mengintai mangsa, kemudian dikiaskan dalam kegagah-perkasaan seorang raja. Tarian ini mula-mula bernama Kebyar Dang, dibawakan pertama kali oleh Luh Murma asal Penarungan, Badung, yang kini berdomisili di Denpasar. Babancihan keras lainnya adalah tari Wiranata yang menggambarkan kegagah-beranian seorang raja. Kekhasan tarian ini terletak pada gerakan mata nguler — gerakan memutar bola mata dengan cepat dan akan menjadi hebat bila pemerannya memiliki pandangan tajam. Penari pemulanya adalah Ni Rabeg, sedangkan yang tenar membawakannya adalah Jero Gadung dari Tabanan, setelah tarian itu direvisi oleh Ridet.
Ciptaan Kaler yang termasuk babancihan karakter halus adalah Panji Semirang dan Demang Miring. Tari Panji Semirang pada mulanya bernama Kebyar Dung yang memiliki struktur tari hampir sama dengan tari perempuan Candra Metu. Namun Panji Semirang lebih berkembang dan dibawakan pertama kali oleh Luh Cawan sebagai murid Kaler yang sangat cocok memerankannya. Tarian ini mengisahkan pengembaraan Candra Kirana mencari kekasihnya Panji Inu Kertapati dengan menyamar berpakaian laki-laki. Tari Demang Miring yang sering disebut Tabuh Telu, menggambarkan seorang raja berburu ke hutan yang dalam perjalanannya disambut meriah oleh rakyat karena keramah-tamahannya. Tarian ini memakai gerak-gerak tari Prabu dan tayog Demang (patih kerajaan dalam cerita Gambuh). Penari awalnya adalah Luh Melok Kartini dari Kerobokan, kemudian Darmi yang terkenal membawakannya.
Kontribusi Kaler terhadap seni pertunjukan lainnya, bersama Lotering dan Ida Bagus Boda, adalah mengkombinasikan kesenian Arja dengan Topeng dan Legong Kebyar, yang kemudian dikenal sebagai kesenian Prembon. Bakat seni Kaler menggelora setelah ia melihat tari Serimpi sewaktu mengajar di Kokar Solo pada tahun 1952-1959. Dari situ maka terciptalah tari Bayan Nginte. Setelah pensiun, Kaler turut mendirikan Kokar Bali pada 1960 dan sekaligus menjadi pengajarnya. Dasar seniman penuh ide, sekitar 1962 — karena terinspirasi oleh permainan badminton yang sedang digandrungi masyarakat saat itu — ia menciptakan tari badminton. Atas pengabdiannya terhadap seni, ia telah menerima penghargaan tertinggi bidang seni dari pemerintah RI pada 1968 yakni Wijaya Kusuma dan pada 1980 Dharma Kusuma dari Pemda Bali. Selain itu, ia pernah mengikuti muhibah ke Singapura, Srilangka dan India.