Karawitan Bali adalah merupakan sebuah musik tradisional yang berkembang di Daerah Bali, secara operasional dipakai media expresi dalam berolah seni baik melalui vocal maupun instrumental, dalam kehidupan masyarakat Bali sangat banyak sekali dijumpai beberapa jenis – jenis gambelan yang menjadikan Bali menjadi pusat kesenian dan juga tempat dimana biasa ditemukan seniman seniman,baik seniman Tari maupun seniman Karawitan.
Eksitensi Gambelan Bali ataupun Karawitan sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, maka dari itu sangatlah perlu kita sebagai masyarakat Bali dan Seniman Bali melestarikan gambelan-gambelan yang sudah kita warisi sampai sekarang agar nantinya tidak terjadi kepunahan seperti kesenian-kesenian atau gambelan-gambelan yang pernah berkembang di Bali. Didalam hal ini selonding merupakan salah satu dari beberapa jenis barungan gambelan di bali.
Didalam penulisan laporan ini dapat kami amati betapa pentingnya Gambelan di Bali karena gambelan tidak akan pernah luput dari kehidupan masyarakat Bali. Karena disamping sebagai pengiring upacara. Konsep-konsep budaya dan nilai-nilai seni sangat besar terkandung didalamnya, maka dari itu sangatlah perlu kita sebagai masyarakat dan seniman Bali melestarikan dan mengembanglan kesenian agar tetap lestari dan diwarisi secara turun temurun.
Selain dari pada itu gambelan Bali sangatlah beraneka ragam,dan jika dilihat dari bentuk gambelan bali bentuknya juga bermacam – macam ada yang berbentuk bilahan dan ada juga yang berbentuk mencol atau mencon.dan didalam hal ini jika dilihat dari segi bentuk pada umumnya gambelan selonding adalah berbentuk bilahan yang mana pada masing – masing bilahannya terdapat nada- nada yang berbeda satu sama lain serta cara memainkannyapun sudah barang tentu berbeda pula.
Gambelan Selonding merupakan salah satu gambelan yang tergolong tua, gamelan Selonding merupakan salah satu contoh mengenai local genius dari leluhur dan juga gamelan selonding memang masih bisa bertahan dari terpaan gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama. Dan juga pada dasarnya gamelan Selonding lahir dari hasil cipta rasa dan karsa nenek moyang sebagai perwujudan dari pengalaman estetis dikala keadaan jiwa sedang nengalami kedamaian dan kesucianDan pada umumnya gambelan Selonding juga alat musik yang cara memainkannya dengan dipukul memakai alat yang namanya Panggul.
Didalam buku SELONDING (Tinjauan Gamelan Bali Kuna Abad X – XIV ) juga dijelaskan bahwa gamelan Selonding tumbuh hidup dan berkembang sebagai kultur religius sehingga dapat dipahami bahwa gamelan Selonding banyak terdapat di pusat-pusat keagamaan pada zaman bali kuna. Gamelan Selonding juga bukanlah segugusan instrument primitip yang kosong tanpa makna. Dan juga gamelan ini banyak tercatat dalam prasasti raja – raja bali kuna dari babakan pemerintahan Maharaja Sri Jaya sakti sampai dengan awal pemerintahan Majapahit di Bali.
SUMBER : buku SELONDING (Tinjauan Gamelan Bali Kuna Abad X – XIV )
TEKTEKAN
Tektekan adalah merupakan sebuah kesenian yang ada di Kabupaten Tabnan Kec Kerambitan. Mencari tentang kesenian tektekan bukanlah hal yang mudah, itu dikarenakan kurangnya data-data. Namun atas petunjuk beberapa warga setempat yang dapat diminta informasinya, akhirna terdapat suatu gambaran, bahwa tektekan yang ada di desa kerambitan tersebut awalnya bersifat spontanitas, dan bertujuan mengusir wabah. Tektekan merupakan bentuk kesenian tradisional masyarakat Desa Kerambitan Kabupaten Tabanan, yang dalam perjalananya telah mengalami kurun waktu yang panjang untuk menemukan bentuknya seperti sekarang ini. Kalau di lihat dari alat-alat yang digunakan dalam tektekan ini sebagian besar terbuat atau dibuat dari bamboo, yang dimainkan tiga puluh sampai empat puluh orang. Di tinjau dari etimologi kata tektekan berasal dari kata ‘’Tek’’ , di jadikan kata majemuk sehingga menjadi tektek dan ditambah dengan akhiran an menjadi tektekan.
Ada ungkaan bahwa untuk memberi nama pada sebuah karya seni di Bali tidaklah sulit, pada dasarna agar bias di terima oleh masyarakat luas, soal nama bukanlah suatu masalah. Berkaitan dengan tektekan menurut informasi bahwa nama tektekan adalah ungkapan yang dipakai untuk menyebut sebuah kesenian yang didominasi oleh suara tek,,,tek,,,tek……, suara yang ditimbukan oleh alat-alat yang ada yaitu bamboo. Sebatas dalam tahap interpretasi jika dibandingkan dengan pemberian nama jenis-jenis kesenian lain, seperti kecak, diperkirakan memiliki proses yang serupa. Menurut informasi yang didapat, kesenian ini mulai muncul pada waktu warga Desa Kerambitan mengalami grubug atau wabah, atau menurutkepercayaan setempat jika ada orang disembunyikan gamang atau wong samar ( roh halus ) maka di adakan nektek, yaitu dengan cara memukul apa saja yang bisa menimbulkan bunyi. Hal ini dilakukan disekitar tempat kejadian dan akhirna orang yang hilang trsebut dapat di temukan kembali.
Konon sekitar tahun 1920-an pernah terjadi wabah penyakit yang menyerang desa Kerambitan yang mengakibatkan banyak korbn berjatuhan, maka secara psikologis masyarakat desa kerambitan merasa takut apalagi dikait-kaitkan dengan kepercyaan desa setempat bahwa itu terjadi karena ulah roh-roh jahat yang bergentayangan. Menurut cerita setempat pada saat terjadinya wabah di malam hari sering terdengar suara yang aneh-aneh yang tidak biasa mereka dengar, berjangkitnya wabah tidak bias ditentukan kpan harus berakhir. Upaya masyarakat untuk memulihkan keadaan atau kondisi seperti sediakala dan juga menghilangkan rasa takut, masyarakat akhirnya mempunyai inisiatif untuk memukul alat-alat yang bisa menimbulkan bunyi yang keras seperti; kaleng, kuali, besi, cangkul dan sebagainya. Itu semua pada dasarnya bertujuan untuk mengusir wabah tersebut sekaligus untuk membangkitkan rasa jengah, sehingga menghilangkan rasa takut pada masyarakat akibat wabah yang terjadi di Desa Kerambitan
Di sekitar tahun 1930-an terjadi lg wabah, hal ini ditanggulangi dengan cara seperti tersebut diatas. Saat itu sudah ada pembaharuan yaitu dengan menggunakan alat yang terbuat dari bamboo yang disebut dengan nama kulkul, karena perkembangan jaman kegiatan semacam ini di masyarakat dipandang sebagai kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai kepercyaan di Desa setempat. Mula-mula tujuan dari pementasan ini adalah sebagai ucapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena wabah penyakit telah berlalu. Kebiasaan nektek atau menabuh bumbung dilakukan apabila merajalela wabah penyakit. Selanjutnya dilihat dari bentuk sajian tektekan pada waktu itu sangat sederhana, mereka melakukan dengan cara spontan tergantung situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu. Kegiatan nektek dilakukan oleh masyarakat pada waktu sandikala ( peralihan waktu dari sore menuju malam hari yaitu sekita pukul 18.30 wita ) kegiatan ini biasanya dilakukan sampai pagi.
Menyinggung tentang hal itu maka masyarakat kerambitan menetralisir keadaan dengan menggunakan tetabuhan yang pada akhirna menjadi sebuah seni pertunjukan yang disebut dengan tektekan. Mengapa disebut dengan tektekan? Jika dilihat bahwa pada mulanya disebut tradisi nektek (memukul alat apa adanya ) ini merupakan prasaan spontan masyarakat untuk menghilangkan rasa takut dan memohon keselamatan, menjauhkan dari mara bahaya.
Selanjutnya setelah tahun 1965 kesenian tektekan akhirnya menggunakan cerita calonarang yang disesuaikan dengan sifat awal terciptanya kesenian tektekan sebagai upaya untuk mengusir roh jahat yang berhubungan dengan buta kala, kemudian dengan mengarak barong dan rangda mengelilingi desa kerambitan, kegiatan seperti ini rutin dilakukan trutama pada hari pngrupukan sehari sebelum hari raya nyepi dengan diikuti segenap masyarakat Desa Kerambitan. Sampai saat sekarang ini pun kesenian tektekan masi sering dipentaskan, dan sekarang tidak dipentasakan pada saat pengrupukan saja, setiap saat pun sekarang bisa dpentasakan dan bisa dtonton msyarakat luas seperti para wisatawan yang berkunjung ke Desa Kerambitan untuk melihat atau menyaksikan kesenian dan kebudayaan yang ada di kerambitan, biasanya pementasan tektekan ini dpentaskan dpuri anyar kerambitan. Selain itu apabila ada perayaan-perayaan seperti ulang tahun kota Tabanan kesenian tektekan juga sering dipentaskan dan di saksikan masyarakat luas.
Nara Sumber :
Nama : I Wayan Sastrawan
Alamat : Desa Krambitan , Tabanan.
PESANTIAN
Pesantian di Bali khususnya di daerah Klungkung merupakan suatu kasanah budaya bali yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan upacara agama Hindu dan berpungsi sebagai penunjang jalanya upacara yadnya itu sendiri.
Banyak orang berpendapat bahwa gening-gending atau pupuh yang dibawakan tersebut bernafaskan keagamaan karena mungkin pada awal mula terbentuknya pesantian diilhami oleh suasana kaagamaan. Maka setiap orang yang menikmati isi pupuh yang di bawakan sekha pesantian tersebut merasakan seakan-akan dirinya berada didalam suasana upacara yadnya.
Dari segi kualitas ada banyak sekha pesantian yang kualitasnya bagus-bagus, hal ini dilihat dari tehnik atau cara melgukan suatu pupuh dari masing-masing penyanyi dan tidak lepas kemungkinan kita bisa melihat dari gamelan yang mengiringi pesantian tersebut yaitu gamelan geguntangan.
Pada umumnya pesantian di Bali bentuknya atau komposisinya sangat sederhana, dimana penyajianya mencakup beberapa bagian yaitu;
– Pemabah atur atau bisa disebut dengan palawakya
– Penyampaian isi atau makna geguritan yaitu dari pupuh kepupuh
– Paramesanti atau penutup
Ketiga bagian diatas adalah struktur pesantian atau geguritan. Jika dilihat dari bagian-bagian diatas tentu orang-orang yang belum mengenal pesantian akan menganggap bahwasannya pesantian itu bentuknya sangat sederhana.
Klau kita menyaksikan langsung pementasan pesantian durasinya sangat lama sekali, hal ini dikarnakan dalam penyampaian cerita dalam bentuk gending tau pupuh peneges atau tukang artos dalm mengartikan satu bait lagu sering menggunakan arti yang panjang atau lebih dari arti yang sebenarnya dan kadang-kadang ada dua pengartos dalam satu lagu sehingga menambah durasi waktu dari oementasan pesantian tersebut. Jadi didalam penyajian pesantian tersebut akan menggunakan waktu yang relatif lama.
Dalam kontek upacara, pesantian mempunyai peranan yaitu sebagai pelengkap didalam pelaksaan upacara dewa yadnya, pesantian tersebut dapat memeriahkan suasana dalam upacara tersebut, pesantian ini dipungsikan sebagai hiburan oleh masyarakat setempat.Lagu atau pupuh yang dinyayikan bisa dijadikan petuah atau cerminan didalam kehidupan bermasyarakat, selain itu bagi orang yang senang dengan pesantian tersebut bila mendengarkan tiap bait pupuh dia akan menjadi damai dan tenang.
Adapun iringan yang digunakan dalam mengiringi pesantian tersebut ialah gamelan geguntangan
Instrument geguntangan tersebut antara lain;
– Kendang krumpung satu pasang (lanag/wadon)
– Suling
– Kecek
– Klenang
– Gong Pulu
– Tawa-tawa
– Kajar pelegongan (krenteng)
– Kelentit
Adapun tehnik penyajian geguntangan dalam mengiringi pesantian ini dimulai dari gending batel kemudian pada saat pengawak digunakan gending sekar elet kemudia kembali ke gending batel. Pada saat gending batel yang kedua pemabah atur mulai membuka pertunjuka pesantian tersebut kemudian dilanjutkan dengan menyanikan pupuh tabuh yang digunakan adalah tabuh telu kemudian pada saat mempertegas aksen-aksen tertentu digunakan tabuh dua dan seperti itu selanjutnya sampae pertunjukan tersebeut selesai.
Yang paling berperan dalam gamelan geguntangan untuk mengiringi pesantian ini adalah yang memainkan suling atau bisa disebut tukang suling, tukang suling dituntut supaya tahu semua jenis pupuh yang dimainkan selin itu tukang suling harus peka terhadap nada penembang supaya suling tidak sumbang, tukang suling yang baik untuk mengiringi pesantian dia mampu memberikan berbagai suasana lewat alunan suling yang disajikan.
Demikian sekilas yang dapat penulis analisa tentang pementasan geguntangan yang dipentaskan di Griya Gede Intaran baik dri segi pementasan pesantian dan iringan yang dipergunakan.
NARA SUMBER :
NAMA : Ida Bagus Gede Sudiatmika
alamat : Griya Gede intaran Klungkung
NGELAWANG SEBAGI SARANA PELESTARIAN BUDAYA BALI
Umumnya wujud barong merupakan simbolik dari binatang seperti tampak pada Barong Ket atau Ketet, Barong Macan, Barong Bangkal, Barong Gajah dan sebagainya. Sedangkan Barong Landung berupa dua manusia laki dan perempuan bertubuh tinggi besar mirip ondel-ondel Betawi. Yang pria disebut Jro Gede bertubuh hitam, berwajah angker lengkap dengan taringnya. Sedangkan yang perempuan berkulit putih yang selalu menyunggingkan senyum dengan matanya yang memicing sipit, disebut Jro Luh. Disamping itu, ada juga Barong Blasblasan atau Barong Nongkling yang memakai topeng melukiskan tokoh-tokoh epos Ramayana. Berutuk adalah barong yang seluruh tubuh pemainnya ditutup dengan rumbai-rumbai dari daun pisang kering atau keraras.
Berbicara tentang prosesi ngelawang semua Barong yang dijelaskan diatas dapat digunakan untuk media kegiatan ngelawang tersebut,tergantung dari minat para pennyaji kesenian ngelawang tersebut. biasanya sebagian besar barong itu sering mengadakan pementasan ngelawang, yaitu pentas seni secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pergelaran seni secara nomaden ini biasanya dapat dijumpai pada hari raya Galungan dan berahir pada saat hari budha kliwon pahang.prosesi ngelawang ini dapat dipentaskan diberbagai tempat,seperti dijalan raya, dijaba pura dan di rumah-rumah penduduk tergantung permohon yang mengupah atau yang menyewa pertunjukan ini. Ketika itu, di pempatan agung atau di depan bale banjar sering dapat disaksikan misalnya pementasan Barong Bangkal, barong berkepala babi jantan. Selain menyajikan atraksi tari dengan iringan gamelan babarongan, pada puncak tariannya dilakukan bauh-bauhan yaitu mengejar penonton yang berani menantang. Atraksi kejar-kejaran ini berlangsung seru dengan riuh sorak-sorai serta tawa ria penonton.
Ngelawang yang paling popular pada saat ini yaitu ngelawang barong bangkung, dimana prosesi ngelawang ini menggunakan media barong bakung ( barong yang menyerupai babi), adapun kekhasan gerak barong bangkung ini diantaranya Ngepuh adalah gerak khas yang ada pada tarian Barong Bangkung. Gerakan ini menandakan bahwa Bangkung akan menyerang musuh. Deteruskan oleh penarinya menari dengan langkah cepat ( berlari ) mengejar sekelompok orang sebagai penggoda ( nyarapang ).
Ngelawang merupakan sustu kegiatan yang ada di masyarakat bali yang ada sejak dahulu kala dan masih berkembang dan Ajeg sampai saat sekarang ini, ngelawang adalah pentas seni yang dilakukan secara berpindah-pindah, dilakukan dari tempat satu ketempat yang lain. Pentas ngelawang tersebut bisa kita jumpai pada saat hari raya galungan dan berahir pada saat budha kliwon Pahang, tepatnya satu bulan setelah hari raya galungan. Pentas nhelawang tersebut bisa dipentaskan dimana saja, mulai dari jalan raya, jaba pura, bahkan dirumah-rumah penduduk tergantung keinginan yang menyewa (ngupah).
Kegiatan ngelawang ini sebenarnya memiliki tujuan yang sangat mulia, bukan semata-mata untuk mendapatkan upah akan tetapi kegiatan ngelawang ini memiliki tujuan yang lebih positif yaitu menetralisir kekuatan negative yang ada di bumi, dan menjadikan hari raya galungan ini sebagai hari yang baik melakukan prosesi ngelawang tersebut mengingat pilosofi hari raya galungan tersebut yaitu kemenangan Dharma melawan Adharma, maka pada saat itu lah hari yang tepat untuk melakukan kegiatan ngelawang, selama hari raya galungan umat hindu mengarapkan bumi ini menjadi damai, aman,dan selalu dalam lindungn Dharma, dan semua hal itu diwujudkan dalam prosesi ngelawang.
Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba membahas tentang prosesi ngelawang yang berlangsung di Desa Tihingan yang dibawakan oleh anak-anak kecil dari sanggar Panji Ulangun Shanti (Pangus) desa Tihingan, penulis tertarik menulis kegiatan ini karena ngelawang ini memiliki perbedaan dari ngelawang yang biasanya di jumpai di desa-desa yang lain di Bali, karena ngelawang yang dibawakan oleh sanggar Pangus tersebut memakai cerita dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat menggibur masyarakat.
Menurut keterangan bapak Ketut Sumantra yang dapat kami simak tentang kegiatan ngelawang tersebut beliau memaparkan sebagai berikut:
“ Tradisi “Ngelawang” adalah tradisi masa lampau yang terjadi secara turun temurun hingga sekarang. Di Bali “Ngelawang” sangat lumrah, hampir dimiliki oleh setiap desa, dengan beragam jenis kesenian barong. Pada umumnyabarong yang dibawakan seperti : Barong Keket (ket), Barong Landung, Barong Macan, Barong asu, Barong Sampi (Lembu), Barong Bangkal ( Bangkung).
Ngelawang berarti menarikan Barong di depan rumah yang pada akhirnya masuk ke dalam rumah orang yang berkepentingan ( Ngupah ), dilakukan di jalanan sambil berjalan beriringan masuk atau menuju desa yang satu ke desa yang lain.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang tua, dewasa, dan anak – anak, atau semua umur di dalam kelompoksosial tersebut. Kali ini ngelawang dengan menampilkan anak – anak bertujuan agar lebih dini dapat berapresiasi tentang kesenian yang ada di sekelilingnya untuk meningkatkan wawasan tentang seni dalam kehidupan.
SUMBER : buku kaitan ngelawang dengan agama hindu, tahun 1985
GAMELAN JEGOG
Gambelan jegog adalah salah satu barungan gambelan yang terdapat di daerah jembrana, yang terbuat dari bambu petung yang besar, di setiap tungguh terdapat empat buah nada yang menggunakan laras selendro. Instrumen barungan gambelan ini terdiri dari : Instrumen barangan yang brjumlah tiga tungguh, kancil atau kantil yang berjumlah tiga tungguh, suwir tiga tungguh, undir atau pemade tiga tungguh, satu tungguh jegog, kletuk atau kajar, kendang, gecek atau cengceng dan rebana. Mengenai istilah jegog sampai sekarang belum dapat diketahui dari mana istilah itu diambil, dan apa arti yang sebenarnya, walaupun demikian menurut IWayan Mudra salah satu penabuh dari gambelan tersebut, dan sebagai pencipta lagu – lagu jegog memberi penjelasan arti dari kata jegog. Berdasarkan penjelasan dari cerita –cerita orang tua dulu yang disampaikan secara lisan adalah “ kata jegog diambil dari kata jegog dengan bersuara pepet dan jegog artinya katak yang paling besar, jadi dengan pengertian katak yang paling besar itu dapat dilihat dari penabuh yang sedang bermain dimana penabuh duduk sama dengan katak yang sedang duduk.
Gambelan jegog di masa yang sekarang ini sangatlah popular di kalangan masyarakat luas, tidak hanya di daerah jembrana, meski asal barungan gambelan ini dari jembrana tetapi di daerah lain banyak orang yang ingin memplajari dan mengembangkan instrument jegog tersebut. Seperti misalnya di daerah Tabnan ada beberapa kelompok orang yang membentuk sanggar yang sring dipementasanya mementaskan kesenian jegog, para seniman itu mempelajari tentang lagu atau gending jegog dari orang yang berasal dari jembrana langsung, setelah beberapa kali latihan dan beberapa gending sudah dapat ditangkap, barulah jegog itu dipentaskan diberbagai tempat misalnya dihotel atau acara seni lainya. Selain itu instrument music jegog juga sering dipakai mengiri tarian dan tradisi makepung yang terdpat di daerah jembrana. Adapun tarian yang diiringi misalnya tari kreasi yang digarap para seniman – seniman muda masa kini, kesenian gambelan jegog merupakan instrument yang beraliran cadas atau keras, yang memberikan semangat bagi yang menonton, maka dari itu para penabuh gambelan jegog harus mempunyai tenaga yang kuat dan mempunyai semngat dalam menabuh gambelan jegog.
Instrumen barungan gambelan jegog sekarang juga sudah menjadi ajang yang bergengsi di kalangan masyarakat Bali, misalnya waktu PKB atau Pesta Kesenian Bali, di sekian banyaknya acara ada acara parade jegog jembrana, di situ para seniman jegog yang berada di masing – masing kecamatan yang ada di jembrana mengeluarkan segala kemampuanya untuk bisa menampilkan kesenian gambelan jegog secara maksimal, dan supaya bisa membuat orang yang menonton tidak bosan dan bisa menerima kesenian jegog tersebut. Di daerah penyaringan misalnya, gambelan jegog sangat dtrima didaerah tersebut, penyaringan adalah salah satu desa yang terletak di antara desa yeh embang dan desa tegal cangkring kecamatan mendoyo kabupaten jembrana, masyarakat pnyaringanlah yang sangat antusias dengan barungan gambelan ini dan masyarakat penyaringan tidak henti – hentinya untuk mengembangkan dan melestarikan gambelan ini dengan memperkenalkan tabuh – tabuh dari jegog yang dinamis ke daerah – daerah lainya.
Seiring perkembangan jaman, instrument gambelan jegog sekarang juga sering dipakai untuk membuat garapan baru yang digabungkan dengan dengan alat music modrn misalnya seperti gitar, drum dan alat – alat yang lain. Tujuan para seniman untuk menggabungkan instrument jegog dengan alat music modern tiadalah lain untuk mencari nuansa baru dan gebrakan baru.
Pada waktu ulang tahun kota jembrana,ajang kolaborasi ini telah dipentaskan oleh SMP 1 Mendoyo dengan salah satu band yang mengusung aliran rock alternative yaitu XXX band. Kedua insrumen yang mempunyai aliran yang sama yaitu keras dan energic sangatlah cocok, dua barungan instrument jegog dengan alat music modern yang lengkap dipadukan menjadi satu pagelaran yang memukau. Intrumen gambelan jegog pada dasarnya adalah gambelan yang sulit dimainkan, karena menggunakan dua tangan dengan panggul atau alat yang dipakai memukul itu lumayan besar dan berat, jadi para penabuh harus mempunyai keahlian khusus untuk bisa memainkan instrument jegog itu sendiri. Karena saking cintanya terhadap kesenian tradisional dan ingin mengembangkanya, anak – anak pun sekarang sudah pandai memainkan instrument jegog tersebut, hampir disetiap sekolah yang berada dijembrana memberikan para siswanya pelajaran tentang jegog dan melakukan praktek langsung dengan guru yang sudah berpengalaman. Dari situlah jegog dipercaya, setiap orang mendengarkan lagu –lagu dari gambelan jegog akan membawa semangat bagi yang mendengarkanya.
SUMBER : Sanggar SSS ( Seni Sana Sini ) Mendoyo , Jembrana
Nama : Arsa wijaya ( ketua sanggar )