Biografi Seniman ( Ni Nyoman Catri )

NAMA: I NYOMAN CATRI

UMUR: 49th

ALAMAT: BR.SILADAN,DS.SIANGAN,GIANYAR

PEKERJAAN: PENJAHIT PAKAIAN TARI

 

Beliau adalah sosok seniman alam yang dimana beliau adalah pencipta tari-tarian pendet sakral di desa Siangan,tari Pendet yang diciptakan beliau sering dipentaskan dalam acara odalan dipura tepatnya pada saat ngaturan piodalan. Beliau pada saat ini sudah banyak menciptakan tari Pendet di desa Siangan kurang lebih tujuh hasil karya yang di ciptakan beliau di desa Siangan. Pendet yang diciptakan beliau yaitu,

Pendet kuning(1981)

            Pendet bang(1981)

            Pendet brahma(1984)

Pendet rerajang(1984)

            Rerajangan ayu(1984)

            Ayu alit(1988)

            Brahmantya(1990)

Menurut pertanyaan yang saja ajukan terhadap beliau,beliau mengatakan bahwa setiap beliau menciptakan tari tersebut bukan dari asal-asalan,melainkan karna ada sesosok wanita yang mendatangi beliau dalam mimpi untuk membuat tari yang harus di sakralkan.

Beliau adalah siswa tamatan sekolah dasar di desa Siangan pada tahun 1976,beliau hanya bisa bersekolah hanya sampai sekolah dasar saja,karna pada saat itu pendidikan sangat sulit didapatkan.

Beliau mulai belajar menari pada umur empat tahun karena dorongan dari teman-teman dan ibu beliau Ni Made Lokek(alm),pada saat itu beliau belajar menari dengan seorang senior tari dari desa beliau yang bernama I Made Sukra(alm).hingga sekarang beliau masih aktif dalam bidang seni,kususnya seni tari di desa tersebut.

Hidup beliau sekarang sudah di damping oleh sosok seorang lelaki dan di anugerahi dua orang anak laki-laki dan perempuan,

Nama suamai: Pande WayanSsutedja

            Nama anak laki-laki: I Kadek Pande Juniawan

            Nama anak perempuan: Ni Putu Pande Parieni

Hasil karya beliau sampai sekarang masih dipakai atau ditarikan pada saat upacara piodalan di pura di desa Siangan. Beliau adalah inspirasi saya dalam bidang seni dan dalam bidang pekerjaan di dunia ini.

Harapan beliau untuk kedepannya,beliau berharap banyak seniman yang melestarikan tari-tari kuno yang bisa menjadi cirikhas kesenian di Bali ini.

SEJARAH GAMBELAN GONG KEBYAR DI BR.SILADAN,DS.SIANGAN,KAB.GIANYAR

Di dalam sejarah pekembangan gambelan gong Kebyar di banjar siladan ini terdapat sejarah yang sangat menarik untuk diungkapkan. Pada zaman dulu saat belum ada gong Kebyar disini,para warga dibanjar siladan ini menggunakan gambelan Bebonangan yaitu gambelan yang berlaras Pelog dan termasuk barungan yang relatif lebih sederhana dari pada Balaganjur. Gambelan inilah yang digunakan oleh masyarakat disini untuk mengiringi upacara Agama dan untuk mengiringi upacara Pitra Yadnya.

Para masyarakat di banjar siladan ini menggunakan gambelan Bebonangan ini,karena masyarakat belum memiliki tabungan untuk membeli barungan gambelan Gong Kebyar. Setalah salah seorang warga yang bernama I Ketut Cakra meberikan usulan pada saat sangkep banjar yang dilaksanakan,beliau mengusul untuk para warga disini memberikan sumbangan ke banjar setiap bulannya untuk membeli barungan gambelan Gong Kebyar,dimana uang tersebut berasal dari hasil panen sawah setiap warga,karena zaman dulu masyarakat disini mata pencaharianya hanya sebagai petani dan buruh bangunan. Dari informasi yang saya dapatkan dari seorang masyarakat disini yaitu bernama I Wayan Sutedja memberikan saya informasi bahwa usul dari I Ketut Cakra ini diterima dengan baik oleh para masyarakat disini. Setelah dana sudah terbilang cukup untuk membeli barungan Gong Kebyar,para warga yang diwakili oleh Kelian banjar disini langsung memesan barungan gambelan Gong Kebyar yang belum di ukir.

Para warga masyarakat di banjar Siladan ini memiliki gambelan Gong Kebyar pada tahun 1962 yang dipesan di Buleleng,desa Jagaraga.

 

Informasi tentang sejarah Gong Kebyar di banjar Siladan,desa Siangan,Gianyar ini saya dapat dari narasumber I Wayan Sutedja selaku kelian gong tahun ini saat saya wawancarai pada hari senin,1-oktober-2012.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAGIAN-BAGIAN DARI INSTRUMEN GAMBELAN GONG KEBYAR

DI BANJAR SILADAN

 

 

 

Adapun instrument dari gambelan Gong Kebyar di banjar Siladan yaitu :

1 tungguh terompong

8 buah kendang (untuk cadangan)

1 buah cenceng ricik

5-10 buah suling

2 buah ugal

1 buah kajar

4 buah pemade

4 buah kantilan

1 tungguh reyong

2 buah jublag

2 buah jegog

2 buah gong

1 buah kempur

1 buah bende

1 buah kemong

1 buah kempli

 

 

 

TERBENTUKNYA SEKHE,PEMBINA,DAN PERKEMBANGANYA.

Dengan Barungan gamelan yang telah dimiliki di banjar Siladan, sekhe ini mampu menghaturkan ayah-ayahan di lingkungan Banjar bahkan di luar Banjar.Gambelan ini mulai digunakan oleh para warga masyarakat setelah dibangunya sekhe gong yang diberi nama Purna Suara Gita. Para sekhe disini sangat giat belajar dan merawat gambelan tersebut,pada saat itu yang melatih atau yang memberikan gending-gending Gong Kebyar yaitu I Wayan Geru,beliau memberikan tabuh-tabuh petegak seperti Gilak,tabuh telu,tabuh pat dan beberapa gending iringan tari sakeral. Setelah bermunculan para generasi-generasi baru para sekhe inipun berniat membangun generasi ini dan mencarikan pelatih baru yaitu bernama I Ketut Tarka. Dari generasi kedua inilah zaman sudah mulai maju,Kelian banjar dan Kelian gong disini berniat untuk mengukir gambelan disini dan Memangurnya kembali,supaya suaranya menjadi lebih baik dan bagus dan sekhe disinipun memakai gambelan ini lebih senang. Dengan perkembangan zaman gamelan Gong Kebyar masa kini telah adanya tambahan instrument 2 buah penyacah.

Setelah sekian lama muncul lagi generasi-generasi baru yang diangkat lagi menjadi sebuah sekhe yang namanya masih menggukan nama sekhe yang pertama kali dibangun zaman dulu. Pelatih dari generasi yang ketiga ini masih menggunakan pelatih yang digunakan oleh sekhe dari generasi yang kedua yaitu I Ketut Tarka.

Generasi sekhe yang ketiga ini dipandang baik dan berpotensi oleh desa disini dan sudah pernah mengikuti ajang festifal Gong Kebyar se Kabupaten Gianyar dan mendapatkan banyak penghargaan dari setiap ifen-ifen parade maupun festifal yang diselenggarakan di kecamatan Gianyar. Pertama kali sekhe dari generasi yang ketiga ini mengikuti ajang seleksi Gong Kebyar anak-anak pada tahun 2001 tetapi hanya berada di peringkat kedua. Sekhe ini juga pernah memeriahkan ulang tahun kota Negara pada tahun 2012 baru-baru ini.

Tabuh kreasi MASKUMAMBANG GIANYAR

Tabuh kreasi  MASKUMAMBANG GIANYAR

 

 http://www.youtube.com/watch?v=pMaIhGmnehM

 

 

Pada menit ke 08.47 tempo tabuh yang di mainkan terlalu lambat padahal dengan pengulangan yang sama,dan gaya penabuh semua kurang beraturan.

 

Pada menit ke 09.29 suara kendang menjadi hilang karena memainkan dengan cara tidak se irama,sehingga pemain yang member aba-aba tidak merasakanya,

 

Pada awal memasuki pengecet pada menit ke 10.17 gaya pemain jublag ke duanya tidak sama,dan pemain jegog juga tidak sama.

Suara reong nomer tiga dan empat tidak terdengar seperti reong nomer satu dan dua.

Pada penempatan kendang posisi miknya  terlalu jauh dari posisi kendang dan pemain kendangnya.

Suara kempur tidak terdengar jelas dan suara gong terlalu di beri efek yang lain dari pada alat yang mengikutinya.

pemain gangse pengapit yang di sebelah kanan tidak terdengar jelas.

 

Sekian yang dapat saya komentari tentang tabuh tersebut,mohon maaf jika ada kesalahan.

trimakasih

gambelan selonding

SELONDING

 

Gambelan selonding adalah gambelan yang terbuat dari besi dan berlaras pelog tujuh nada dan termasuk dalam barungan gambelan alit yang langka dan sangat di sakralkan oleh masyarakat desa Tenganan Pegringsingan dan Bongaya (Kabupaten Karangasem). Gmbelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara adat Bali Aga yang di laksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi tari Abuang,Perang Pandan dan lain-lainya. Di kalangan masyarakat Tenganan Pegringsingan gambelan slonding di beri nama BHATARA BAGUS SELONDING.

Sejarah munculnya gambelan selonding di kaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa zaman dulu orang-orang Tenganan mendengar suara gemuruh dari angkasa yang datang secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya (sebelah timur laut Tabanan) dan pada gelombang ke dua suara itu turun di daerah Tenganan Pegringsingan. Setelah hilangnya suara itu di ketemukan gambelan Selonding (yang berjumblah tiga bilah). Bilah-bilah itu kemudian di kembangkan menjadi sebuah Selonding seperti yang ada sekarang. Di Tenganan gambelan selonding terdiri dari,yaitu: Delapan(8) tungguh yang berisi empat puluh(40) bilah-bilah,enam(6) tungguh yang masing-masing berisi empat(4) bilah dan yang dua(2) tungguh berisikan delapan(8) bilah.

Yang saya ketahui bahwa instrumen dari gambelan Selonding di Tenganan meliputi: 2 tungguh gong,2 tungguh kempul,1 tungguh peenem,1 tungguh petuduh,1 tungguh nyongyong alit,dan 1 tungguh nyongyong ageng.

Tabuh-tauh yang biasa di mainkan dengan patet yang berbeda-beda,yaitu dapat di kelompokkan menjadi:

  1. Gending-gending geruron/lagu-lagu upacara sakral,dengan tabuh-tabuh yang di berinama: Ranggatating,Kulkul Badung,Patet puja semara,Kebogerit,Dewa,Blegude ( Penutup upacara ),Ranggawuni (Untuk menyimpan Bhatara Bgus Selonding).
  2. Gending-gending petegak (sebelum upacara dimulai) terdiri dari: Tabuh sekar gadung,nyangnyangan,Rejang gucek,dan Reang Ileh.
  3. Gending untuk mengiringi tari (Rejang dan kare-karean/perang pandang) terdiri dari: Gending Rejang,Rejang Dauh Tukad,Duren Ijo,Lente,Embung Kelor,dan Kare-Kare.

Ada pula sejumlah gending Selonding yang di perkirakan berasal dari gambelan Gambang,karna suaranya sama seperti tabuh-tabuh yang di mainkan dengan gambelan Gambang,yaitu: Pemungkah,Selambur,Kesumba,Pangus,Malat,Pauh Raras Tanjung,dan Puh Orangkamal.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!