Sejarah Bendungan Palasari

This post was written by onoputra on Mei 3, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

Sejarah Bendungan Palasari

Bali barat merupakan salah satu bagian wilayah pembangunan dari 4 Wilayah Pembangunan Daerah Bali dengan luas 841,8 km2, umumnya merupakan daerah yang relatif kering dengan potensi sumber air yang relatif kecil, terutama pada musim kemarau dimana persediaan air hanya ada pada saat musim penghujan. Maka usaha pertanian terutama tanaman padi yang sangat membutuhkan air yang cukup dan teratur tidak dapat terpenuhi. Dengan potensi sumber air yang tersedia ini, maka pola tanam yang diterapkan umumnya padi-palawija atau hanya padi saja dan sering kebutuhan air didapat dari curah hujan. Disamping itu, dilihat dari keseimbangan air, Bali Barat jauh lebih kritis dibandingkan dengan Bali Selatan dengan 4 buah danau alamnya. Melihat keadaan yang demikian, maka masyarakat sangat mendambakan agar sarana air dapat tersedia dengan cukup dan teratur untuk dapat meningkatkan usaha pertanian sungai Sanghyang Gede di desa Palasari, kecamatan Melaya, kabupaten Jembrana.

Melihat kenyataan tersebut pemerintah telah mengadakan survei atau studi kemungkinan pengembangan sumber air tersebut. Salah satu diantaranya adalah kemungkinan pembangunan bendungan (waduk). Setelah diadakan studi dan perencanaan yang mendalam maka telah ditetapkan pembangunan Bendungan Palasari yang berlokasi 22 km sebelah barat laut kota Negara atau 120 km sebelah barat kota Denpasar.

Bendungan ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 31 Juli 1989. Bendungan Palasari bertipe urugan batu dengan inti tanah di tengah. Tinggi bendungan di ukur dari dasar sungai adalah 39.8 m, elevasi puncak bendungan pada kurang lebih 81.8 m, panjang puncak 350 m, dengan lebar puncak 10 m, diukur dari galian pondasi terdalam tinggi bendungan menjadi 50 m. Volume total badan bendungan 720000 m3.

Batuan dasar di tapak bendungan Palasari adalah batu konglomerat, batu pasir, dan batu pasir kapuran (calcareous sandstone). Perlapisan konglomerat hampir mendatar, melapuk, dan menipis di puncak bukit dan daerah pelana. Di daerah dasar dan tebing bendungan terdapat potensi kebocoran yang perlu ditutup dengan grouting tirai dalam. Hasil pengujian permeabilitas lapangan di lokasi ini menunjukkan kisaran angka permeabilitas k antara 10-2 dan 10-5cm/dt.

Perencanaan Bendungan Palasari

Untuk mengatasi masalah air ini, maka mulai tahun 1973 telah dilaksanakan studi dan penyelidikan kemungkinan pengembangan sumber-sumber air, baik air permukaan maupun air tanah dan mata air, yang dilaksanakan melalui Proyek Pengembangan Sumber Air Bali. Salah satu kemungkinan pengembangan sumber air adalah dengan pembangunan bendungan (waduk) yang diadakan studi oleh PT. Indah Karya bekerja sama dengan Sir. Mac Donald and partner dari Inggris.

Dalam studi ini disampaikan salah satu alternatif konstruksi bendungan, yaitu :

  1. Bendungan dari urugan tanah (Earth Fill Dam)
  2. Tinggi bendung 36 meter
  3. Kapasitas waduk efektif 6 juta m3
  4. Luas daerah irigasi 1300 Ha

Dengan alternatif ini diperoleh Economic Internal Rate of Return (EIRR) sebesar 7,8 %. Dengan memperhatikan kemungkinan teknis lainnya, mulai tahun 1980-1981 dilaksanakan studi kembali oleh konsultan Electro-Consult (ELC) Italia dengan alternatif konstruksi bendungan tipe urugan batu dengan inti tanah liat (Rock Fill Dam) dan diperoleh EIRR sebesar 10,7 %.

Pelaksanaan Pembangunan Bendungan Palasari

Pembangunan fisik Bendungan Palasari dimulai bulan Maret 1986 dan dapat diselesaikan dalam waktu 3,5 tahun sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Sebagai pelaksana pembangunan adalah kontraktor nasional PT. Brantas Abipraya Malang dan untuk pekerjaan mekanikal dilaksanakan oleh sub kontraktor PT. BBI Surabaya. Pembangunan bendungan ini menelan biaya sebesar Rp 9 Milyar yang bersumber dari pinjaman Asian Development Bank (ADB).

Data Teknis

  1. Waduk/Reservoir
  • Elevasi air (normal maksimum) : +77.0 m
  • Elevasi air (normal minimum) : +58 m
  • Luas genangan waduk : 87 Ha
  • Volume total : 8 juta m3
  • Volume efektif : 6.5 juta m3
  • Elevasi air banjir maksimum : +80.83 m
  • Luas daerah aliran : 42.30 km2
  1. Bendungan/ DAM

  • Tipe : timbunan batu inti tanah lihat (rock fill with clay core).
  • Tinggi maksimum : 39.8 m
  • Volume timbunan : 585500 m3
  • Lebar puncak : 8 m
  • Panjang puncak : 350 m
  • Elevasi puncak : +81.8 m
  1. Terowongan dan Intake

  • Panjang : 204.85 m
  • Diameter : 4 m
  • Elevasi dasar inlet : +48 m
  • Elevasi dasar outlet : + 46.5 m
  • Elevasi dasar sungai : +45 m
  • Elevasi ambang intake : +55.5 m
  1. Pelimpah (Spill way)
  • Tipe : free overflow chute / ogee spill way
  • Kapasitas maksimum : 1160 m3/dt
  • Panjang : 171 m
  • Lebar hulu : 80 m
  • Lebar hilir : 20 m
  • Elevasi mercu : +77 m

Manfaat Pembangunan Bendungan Palasari

Ditinjau secara menyeluruh Pulau Bali, maka dengan proyek ini dapat menciptakan keseimbangan tata air di daerah Bali. Seperti halnya dengan wilayah lainnya yang telah memiliki danau alam. Dengan tersedianya air akan memberikan kepastian dan jaminan bagi petani (subak) dalam melakukan kegiatan pertanian serta dapat meningkatkan areal tanam dari 370 Ha menjadi 1300 Ha yang terdiri dari 13 subak, disamping itu juga meningkatkan intensitas tanam dari pola padi-palawija menjadi dua kali padi dan sekali palawija. Dengan demikian diharapkan pula adanya peningkatan pendapatan petani.

Daerah genangan waduk yang cukup luas sekitar 87 hektar sangat bermanfaat pula bagi usaha perikanan air tawar, yang berarti akan dapat meningkatkan gizi masyarakat serta adanya usaha tambahan yang tentunya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Bali Barat yang telah memiliki beberapa objek wisata yang menarik seperti Taman Nasional Bali Barat, Pura Rambut Siwi, Wisata Bahari, serta kesenian dan kebudayaan lainnya. Dengan telah dibangunnya bendungan ini berarti akan menambah kayanya objek wisata di Bali Barat.

Dengan selesainya bendungan ini yang akan mengairi areal sawah dari beberapa subak dan kemungkinan berkembangnya subak baru, maka pembentukan subak gede sebagai wadah koordinasi sangatlah penting. Khusus untuk daerah Bali, pengelolaan air oleh subak yang berasal dari waduk baru pertama kalinya dilaksanakan. Hal ini merupakan suatu tantangan.

Dengan makin tersedianya air yang lebih mencukupi dan terjamin sepanjang musim, disamping adanya peningkatan intensitas tanam, maka dengan pelaksanaan usaha pertanian yang lengkap dan intensif diharapkan akan dapat meningkatkan hasil produksi setiap hektarnya. Lebih lanjut dapat diharapkan program pemerintah dalam mempertahankan serta lebih meningkatkan swasembada akan menjadi semakin nyata.

Comments are closed.

Previose Post: