Museum Manusia Purba Di Gilimanuk

Daya tarik pulau Bali tidak hanya terbatas pada keindahan alamnya saja seperti wisata alam alam pantai, sawah, lembah, sungai, gunung ataupun air terjun, tetapi mencakup banyak hal seperti budaya, tradisi, religi dan aspek seni bisa menjadi hal-hal menarik , sehingga wisata atau liburan anda tidak akan membosankan. Semua dikemas dengan baik, ini menunjukan pemerintah dan pelaku wisata menggarap dengan serius industri pariwisata tersebut. Tempat alternatif yang bisa anda kunjungi selain wisata alam adalah museum salah satunya adalah Museum Manusia Purba, tempat ini juga melengkapi daftar objek wisata di Bali.

Museum Manusia Purba, memberikan tawaran unik bagi anda, untuk bisa mengenal lebih dekat peninggalan-peninggalan kuno dari kehidupan manusia dari jaman pra-sejarah, tidak hanya barang-barang yang mencirikan tata cara kehidupan pada jaman tersebut, termasuk juga kerangka manusianya, tempat ini selain bisa sebagai tempat refreshing tetapi juga menambah pengetahuan pengunjung.

Museum Manusia Purba

Pulau Bali sendiri terdapat banyak museum yang lebih didominasi oleh museum seni, beberapa diantaranya adalah museum Arma, Puri Lukisan, Sidik Jari, Le Mayeur, Antonio Blanco, Pasifika dan banyak lagi lainnya, termasuk Museum Bali yang juga menyimpan peninggalan masa lampau tetntang kehidupan masyarakat Bali.

Mengenal Museum Manusia Purba Gilimanuk Di Jembrana

Alamat atau lokasi dari Museum Manusia Purba adalah di desa Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kab. Jembrana – Bali. Lokasinya memang sangat jauh dari pusat-pusat pariwisata seperti Kuta, Nusa Dua, Sanur, Ubud dan Denpasar apalagi dari kawasan Timur seperti Candidasa dan Amed.

Jarak Museum Manusia Purba dari Bandara Ngurah Rai sekitar 138 km butuh waktu sekitar 3.5 jam berkendara. Jumlah pengunjung yang datang tergolong sepi, kecuali pada saat-saat liburan atau ada agenda sekolah untuk mengenal peninggalan purbakala dan mengenal sejarah manusia. Jumlah wisatawan yang jarang berkunjung ke sini bisa dimaklumi karena jaraknya cukup jauh dan agen perjalanan jarang mengagendakan tour di Bali menuju Museum Manusia Purba.

Namun demikian jika anda mengagendakan jalan-jalan tour menuju kawasan wisata Bali Barat, maka bisa mampir ke Museum Manusia Purba ini, apalagi jika anda datang dari Jawa dengan kendaraan bermotor, museum ini berdekatan dengan pelabuhan Ketapang di Gilimanuk, sehingga waktu anda bisa lebih efesien di perjalanan.

Museum Manusia Purba sangat cocok untuk tujuan wisata edukasi, apalagi jika liburan bersama anak-anak, akan sangat baik bagi mereka mengenal peninggalan purbakala yang ada di Gilimanuk tersebut, sehingga bisa menambah pengetahuan mereka. Museum ini juga dimanfaatkan oleh para peneliti untuk mengenal lebih jauh keidupan masa lampau.

Museum Manusia Purba di Gilimanuk Bali ini, menyimpan berbagai koleksi benda-benda purbakala dari jaman pra-sejarah akhir, diperkirakan pada jaman perundagian berkisaran tahun 600 SM sampai 800 Masehi, koleksinya seperti periuk, perhiasan batu, tempayan, perunggu, kendi, mangkuk, tajak, sarkofagus (peti mati) dan berbagai bekal kubur. Di sini juga tersimpan juga fosil dari manusia purba yang ditemukan dari kuburan di wilayah Gilimanuk tersebut, luas areal penemuan benda-benda tersebut diperkirakan sekitar 20 hektar di desa Gilimanuk.

Menurut penelitan  dari para ahli seperti Prof DR T Jacub dan Prof DR R Soejono yang meneliti dari tahun 1963, fosil manusia purba itu berasal dari ras Mongoloid. Dan kini benda-benda tersebut tersimpan dengan baik di Museum Manusia Purba situs Gilimanuk, terjaga dengan baik untuk bisa diperkenalkan sebagai saksi sejarah kepada anak-cucu kita.

Situs tempat penemuan barang-barang peninggalan purbakala sangat penting, memiliki nilai historis yang sangat tinggi untuk itulah pemerintah Jembrana berinisiatif menyelamatkan benda-benda tersebut dengan membangun sebuah museum, bangunan museum Manusia Purba ini dibangun di atas areal seluas 5 hektar dan diresmikan pada tahun 1993 oleh gubernur Bali saat itu Ida Bagus Oka.

Harapannya berbagai benda purbakala tersebut bisa terjaga dengan baik sepanjang masa, atau bahkan ke depan ditemukan lagi situs manusia purba lainnya di Bali, bisa memanfaatkan tempat ini sebagai tempat penyimpanannya, sehingga bukti sejarah tidak lekas hilang apalagi dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Museum Manusia Purba di Gilimanuk memiliki berbagai koleksi berupa 137 buah kerangka manusia dan 73 koleksi lainnya berupa peralatan dan pernak-pernik, museum dibangun 3 lantai. Pada lantai pertama gedung disimpan kerangka manusia (fosil) termasuk juga perti matinya (sarkofagus) yang sudah berumur ribuan tahun.

Pada lantai dua digunakan untuk menyimpan dan memajang peralatan-peralatan atau tajak dari perunggu sebagai alat pertanian dan berburu, ada juga gerabah yang dipergunakan sebagai bekal kubur. Di lantai 3 pada bangunan Museum Manusia Purba inimenyimpan sejumlah perlengkapan dapur seperti piring, gerabah, kerang, aksesoris berupa anting dan manik.

Museum Manusia Purba buka dari pukul 08.00-16.00 WITA, untuk hari sabtu, Minggu tutup. Tidak dikenakan biaya tiket masuk hanya berupa donasi seiklasnya dari pengunjung, untuk menjaga kelangsungan museum tersebut.

Objek Wisata Di Kabupaten Jembrana

Dengan hadirnya Museum Manusia Purba di Gilimanuk, maka menambah satu lagi objek wisata di kawasan Bali Barat ini. Jika anda mengagendakan tour ke kawawasan ini ada sejumlah objek wisata lainnya yang bisa anda kunjungi seperti; Taman Nasional Bali Barat, Pura Rambut Siwi, Pantai Medewi, Air Terjun Juwuk Manis, Taman Wisata Air Gumbrih, Bendungan Palasari, Gereja Palasari, Pantai Perancak, Pantai Pengeragoan, Pantai Candikusuma, desa Sangkaragung pusat kesenian Jegog, Bunut Bolong, Delod Berawah, Pantai Baluk Rening.

Ingin menikmati keindahan kawasan wisata Bali Barat, kami menyediakan layanan angkutan wisata baik itu tour ataupun sewa mobil di Bali. Dengan supir yang sudah berpengalaman siap memandu perjalanan anda dengan baik.

Mitos Pura Tanah Lot Tabanan

Pura Tanah Lot di Tabanan, Bali nampaknya akan selalu jadi destinasi traveling favorit untuk wisatawan. Jangan cuma menikmati indahnya pemandangan sekitar Pura Tanah Lot, namun kamu juga harus tahu mengenai sejarah dan mitos seputar Pura Tanah Lot.

SEJARAH PURA TANAH LOT

Menurut masyarakat Bali, Pura Tanah Lot dibangun oleh seorang brahmana bernama Danghyang Niratha yang tadinya mengembara dari Pulau Jawa. Beliau berhasil menguatkan kepercayaan mayoritas warga Bali tentang ajaran agama Hindu di abad 16. Namun, saat ia menjalani misi, Bendesa Beraban merasa iri dan ingin mengusir Danghyang Niratha dari tempat meditasinya.

Karena diusir, Danghyang Niratha sempat mengeluarkan kesaktiannya untuk memindahkan batu besar. Jadi, Pura Tanah Lot dipercaya tercipta dari kekuatan spiritual Danghyang Niratha yang memindahkan bongkahan batu besar ke tengah pantai dan menjadi tempat meditas beliau.

Setelah batu berhasil dipindahkan, dibangunlah sebuah pura dan dijaga oleh penjaga pura yang tercipta dari seledang poleng milik Danghyang Niratha. Lalu selendang itu diubah menjadi seekor kuda laut yang biasa disebut lipi poleng (ular hitam-putih).

MITOS YANG BEREDAR

Ular tersebut dipercaya sebagai penjaga pura yang menjauhkan masyarakat dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Katanya jika akan terjadi musibah atau bencana alam, ular akan dijadikan pertanda lewat raja atau ratu ular laut warna merah yang muncul.

Katanya, kamu bisa meminta air awet muda di bagian barat Pura Tanah Lot. Mitos yang terakhir adalah jika pasangan yang belum menikah berkunjung ke Pura Tanah Lot, hubungan mereka tidak akan bertahan lama. Makanya banyak pasangan yang takut berkunjung ke sana.

Sejarah Tari Trunajaya Dan Tata Busananya

Sejarah Tari Terunajaya

Menurut sejarah Tari Trunajaya berasal dari bali tepatnya dari Buleleng. Buleleng terletak di Pulau Bali bagian utara. Tari Trunajaya menggambarkan gerak gerik seorang pemuda yang baru menginjak dewasa. Gerakannya menggambarkan prilaku seorang remaja yang enerjik, penuh emosional dan ulahnya senantiasa untuk memikat hati seorang gadis. Tari Trunajaya termasuk tari putra keras yang
biasa ditarikan oleh penari putri. Pencipta tari Trunajaya adalah  Pan Wandres dalam bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gede Manik. Tarian ini diciptakan pada tahun 1915. Kreasi tarian Trunajaya ini diciptakan untuk sebuah tari hiburan yang bisa dinikmati saat-saat perayaan tertentu.

Tari Trunajaya termasuk dalam kategori tari Balih-balihan atau sebagai tari hiburan. Sebagai tari hiburan tarian ini dapat dipentaskan dimana saja. Misalnya di halaman pura, di lapangan atau panggung tertutup/terbuka, dan di tempat- tempat lainnya.

Pakaian Kostum Tari Trunajaya

Pakaian memberikan ciri khas daru suatu tari. Kostum di buat semenarik mungkin agar dapat memikat daya tarik penonton. Jenis tarian Trunajaya  menggunakan Kostum adat laki-laki inovatif dalam bentuk udeng – udengan  sehingga wajah penari nampak bagus. Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah “kepet”, yang sekarang ini sering disebut dengan “kipas”.

Tata busana pada Tari Trunajaya adalah sebagai berikut:
1. Kamen/kancut berwarna unggu prada dengan motif wajik
Cara penggunaan kamen pada Tari Trunajaya sama halnya seperti pemakaian kain bebancihan pada umumnya yaitu ada sisa kamen di sebelah kiri yang nantinya akan dipakai sebagai kancut.

2. Baju panjang berwarna unggu prada dengan motif mas – masan
Baju pada Tari Trunajaya ini sebenarnya hampir sama dengan tari Legong Kuntul yaitu memakai warna unggu, namun perbedaannya terdapat pada motif. Pada Trunajaya memakai motif mas – masan, sedangkan pada Legong Kuntul memakai motif bun – bunan.

3.  Sabuk  berwarna kuning prada
Penggunaan sabuk pada Tari Trunajaya, sama dengan penggunaan sabuk pada tari – tarian pada umumnya, yaitu dililitkan pada badan penari. Biasanya penggunaan sabuk ini dimulai dari bawah (pinggang) sampai atas (dada).

4. Memakai Ampok – ampok
Ampok – ampok yang dipakai dalam Tari Trunaja ini sama dengan ampok – ampok yang dipakai dalam tari – tarian lainnya. Ampok – ampok dipasang pada pinggang penari.

5.  Memakai simping kulit
Penggunaan simping pada Tari Trunajaya sama halnya dengan penggunaannya pada Tari Legong, yaitu dipasang untuk menutupi bahu kanan dan kiri.

6. Tutup dada berwarna hitam
Tutup dada dipasang diatas simping, yang berfungsi untuk mengikat simping agar tidak lepas.

7. Memakai badong
Dalam tarian ini menggunakan badong lancip dan penggunaannya sama dengan tari lainnya yaitu dipasang pada leher penari.

8. Memakai gelang kana atas
Pemakaian gelang kana ini dipasang pada bagian atas tangan (lengan)

9. Memakai gelang kana bawah
Pemakaian gelang kana ini dipasang pada bagian bawah tangan (pergelangan tangan)

10. Udeng
Pemakaian udeng pada Tari Trunajaya berbeda dari tari – tarian lainnya. Pemakaiannya dikemas sedemikian rupa oleh penggarap sehingga mempunyai ciri khas tersendiri.

Tata Rias Tari Trunajaya

Tata rias diperlukan untuk memberikan tekanan atau aksentuasi bentuk dan garis-garis muka sesuai dengan karakter tarian. Tari Trunajaya  menggunakan rias wajah putra halus. Pada Tari Trunajaya, sudah menggunakan rias pentas atau panggung dengan menggunakan Celak mata berwarna kuning, merah dan biru serta pemakaian alis yang agak tinggi dari riasan tari putri serta menggunakan taling kidang.

Hiasan kepala yang dipakai dalam Tari Trunajaya ini adalah

  1. Memakai Udeng
  2. Memakai garuda mungkur (dibagian belakang)
  3. Memakai satu bunga sandat
  4. Memakai bunga kuping (bunga merah dan bunga putih)
  5. Menggunakan rumbing

Iringan Musik  Tari Trunajaya

Musik seni tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi merupakan patrner tari yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga harus betul – betul digarap agar tercapai keharmonisan. Tari Trunajaya biasanya diiringi oleh gamelan Gong Kebyar. Lamanya waktu sangat berpengaruh pada lamanya iringan musik. Tari Trunajaya dapat ditarikan dengan waktu yang pendek dan panjang. Waktu yang di gunakan dalam sajian Tari Trunajaya pendek kurang lebih 11 menit dari awal  sampai  akhir. Waktu yang berkaitan dengan tempo (cepat dan lambat ) dibuat bervariasi, artinya tempo iringan disesuaikan dengan tempo gerak atau sebaliknya.

Urutan  Gerak Tari Trunajaya

PEPESON
Rangkaian Pepeson dalam tari Trunajaya antara lain:

  1. Berjalan kedepan dengan tangan kiri memegang kancut, tangan kanan sirang susu dan memegang kipas
  2. Agem pokok Trunajaya. (tangan kiri mapah biu dengan jari – jari ditekuk kebawah, dan tangan kanan sirang susu)
  3. Sledet capung
  4. Ngoyod, sambil tangan kanan nabdab gelung
  5. Agem kanan dan agem kiri
  6. Nyerigsig, nyegut (tangan kiri sirang susu dan tangan kanan nepuk dada), sogok kanan-kiri, ngeseh, tayung kanan
  7. Nyegut kiri, (tangan kanan sirang susu dan tangan kiri nepuk dada), sogok kiri-kanan,ngeseh, tayung kanan
  8. Agem kanan, ngelayak
  9. Tanjek 2x dengan posisi tangan agem pokok
  10. Agem kanan, sledet
  11. Agem kiri (tangan kiri sirang susu, tangan kanan nepuk dada), sledet
  12. Agem kanan (tangan kanan sirang susu, tangan kiri nepuk dada), sledet
  13. Maju kaki kiri-kanan, putar penuh
  14. Ngeliput, agem kanan, ngeseh, sledet (2x)
  15. Ngenjet, nyeregseg, ngepik (arah pojok kanan)
  16. Gerakan tangan ke kanan-kiri diikuti mata nyeledet dan hentakan kaki, tangan ngeliput
  17. Ngangsel, ngeseh, ngepik, ngocok langse
  18. Ngegol diikiti dengan mengambil kancut serta kipas ngeliput
  19. Tayog
  20. Agem kanan, kaki diangkat bergantian
  21. Milpil ke kanan dan ke kiri
  22. Buang kipas

PENGAWAK
Rangkaian Pengawak dalam tari Trunajaya antara lain:

  1. Agem kiri Trunajaya
  2. Nyerigsig ke kanan, pindah agem kanan
  3. Tayog kanan kiri, ngenjet
  4. Nyeregseg kanan kiri, ngumbang
  5. Bersimpuh
  6. Tangan ke kanan- ke kiri dengan kipas ngeliput, sledet (3x)

PENGECET
Rangkaian Pengecet dalam tari Trunajaya antara lain:

  1. Berdiri sambil ngeliput, piles kiri-kanan, agem kanan
  2. Berjalan ke depan,tutup kipas,putar sambil membuka kipas
  3. Ambil kancut, kipas ngeliput, ngegol, sledet, mekecos, agem kanan, sledet ( 3x)

PEKAAD
Rangkaian Pekaad dalam tari Trunajaya antara lain:

  1. Ngenjet, nyeregseg kanan – kiri
  2. Ngumbang sambil memegang kancut
  3. Agem kanan, sambil memegang kancut

Tari Sekar Jepun

Mangupura, Sekar Jepun merupakan salah satu jenis bunga yang  juga digunakan sebagai sarana persembahyangan bagi Umat Hindu, selain memiliki aroma yang harum sekar jepun juga memiliki warna yang beragam, mulai dari putih, merah, ungu dan kuning.

Sejarah Tari Sekar Jepun

Sehingga tak jarang para wisatawan menyelipkan bunga ini di telinga mereka, pertumbuhan bunga ini tidak mengenal musim, dan akan terus mekar sepanjang waktu. pohon bunga jepun ini akan dapat kita lihat di berbagai tempat salah satunya di telajakan jalan, di Kabupaten Badung sendiri pohon bunga jepun ini sangat mudah kita temui di sepanjang jalan, saat pohon ini berbunga akan tampak keindahan dan keasrian daerah ini, sehingga tak salah bahwa Sekar Jepun ini dijadikan maskot Kabupaten Badung. berikut ini saya tampilkan beberapa gambar bunga jepun.

Dan baru baru ini juga diciptakan tarian baru untuk melengkapi keberadaan sekar jepun ini sebagai maskot kabupaten Badung yaitu Tari Sekar Jepun.

Tari Sekar Jepun merupakan ikon tari dari Kabupaten Badung disamping bunga jepun sebagai ikon Kabupaten Badung. Tari sekar jepun di ciptakan oleh  Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn sedangkan Gamelannya diciptakan oleh I Wayan Widia, S.SKar. tari sekar jepun ini menceritakan tentang keindahan bunga jepun dengan berbagai corak warna dan bentuk.

Sejarah Munculnya Tari Rejang Sutri

Sejarah munculnya tari Rejang Sutri di desa Batuan, Sukawati, sangatlah sulit, karena tidak adanya catatan – catatan, literatur, buku- buku yang menyebutkan tentang tari Rejang Sutri ini. Hanya keterangan secara lisan sebagai cerita rakyat yang secara turun temurun telah dipercayai oleh masyarakat Batuan. Keterangan itu adalah berawal dari kekalahan I Renggan yang sekarang bergelar Ratu Gede Mecaling (menguasai ilmu hitam) atas I Dewa Babi mengakibatkan terciptnya tarian Rejang Sutri tersebut. Kejadian tersebut kira –kira terjadi pada abad ke 17 (1658 Masehi), saat kerajaan Sukawati dipegang oleh Ida Sri Aji Maha Sirikan yang bergelar I Dewa Agung Anom dan nama lainnya Sri Wijaya Tanu.

Rejang Sutri, dilaksanakan di Wantilan Pura Puseh Desa Batuan

Kejadian tersebut berawal dari resahnya warga batuan karena ilmu hitam I Renggan, karena sifatnya sering nelarang aji ugig, misal ada salah satu masyarakat yang mempunyai suatu upacara yang menggunakan banten guling babi, dengan kesaktiannya I Renggan menghidupkan guling yang telah menjadi banten upacara. Suatu hari terjadi hal menarik dan aneh akibat ulah dari si Renggan. Ada kumpulan masyarakat setempat sedang membuat guling yang digunakan untuk sarana upakara, I Renggan meminta untuk ikut membantu dalam membuat guling tersebut namun tidak diizinkan karena masyarakat tahu dia nelarang aji ugig dan I Renggan disuruh mengguling mentimun yang ada disampingnya. Ia lalu mengguling timun di samping tempat mengguling babi, sungguh hal aneh disaat sudah matang tiba – tiba rasa dari guling babai berubah manjadi rasa mentimun dan guling mentimun yang dibuat oleh I Renggan berubah rasa menjadi rasa guling babi. Berdasarkan hal tersebut masyarakat Batuan sampai sekarang mempercayai bahwa setiap menghaturkan guling pasti disampingnya disertai dengan buah mentimun.

Setiap saat I Renggan seklalu sempat nelarang aji ugig, maka masyarakat melapor kepada Dewa Babi, dan Dewa Babi memutuskan untuk mengjak I Renggan bertarung menguling. Pada saat pertandingan, guling I Renggan di bagian kakinya diikat dengan benang tri datu dan Dewa babi dengan tali kupas. Barang siapa yang talinya putus akibat terbakar terlebih dahulu ia harus pergi dari Desa Batuan. Diceritakan pertandingan telah dimulai, selang beberapa lama hal mengejutkan terjadi, tali benang tri datu terputus itu pertanda bahwa I Renggan kalah dalam pertandingan dan harus pergi dari Desa Batuan. Kekalahan itu mengakibatkan I Renggan terusir dari Batuan dan akhirnya tinggal diJungut Batu Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan di Nusa Penida bernama Ratu Gede Mecaling. Ratu Gede Mecaling berjanji akan mencari tumbal di Desa Batuan, serta siapa saja yang berani datang ke Nusa Penida akan mendapatkan celaka, karena itu warga merasa resah. Jro mangku menyiasati agar pada saat sasih kalima sampai sasih kesanga agar masyarakat tidur di bawah tempat tidur atau di beten longn agar dilihat seperti babi.Lama- kelamaan masyarakat merasa jenuh dengan bayang- bayang Ratu Gede Mecaling, sesunan ring pura Desa memberikan pawisik kepada jro mangku agar nyuguhkan sebuah tarian Rejang Sutri dan Gocekan. Sebab dengan itu dapat meluluhkan hawa nafsu, dendam yang dirasakan oleh Ratu Gede Mecaling.

Namun pada masa sekarang ini beberapa orang masyarakat Batuan sudah sering melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Peed Nusa Penida tempat berstananya Ratu Gede Mecaling, tetapi tidak terjadi apa- apa, dan mudah- mudahan beliau melupakan kejadian masa lalu dan memberikan keselamatan kepada kehidupan kita.Bahkan suatu kepercayaan bahwa pada mulai sasih kelima ( sekitar bulan Nopember ) sampai sasih kesanga ( bulan Maret ) tahun berikutnya dikenal masa bebrjangkitnya bermacam – macam penyakiy ( wabah ) dan dirasakan sebagai saat – saat sangat genting, kepercayaan masyarakat Desa Batuan saat inilah I Gede Mecaling sedang berkelana di Bali untuk mencari labaan ( tumbal ) dan menyebar gering /pemyakit. Maka, khususnya di Batuan menggelar pertunjukan Rejang Sutri untuk meminimalisir pengaruh negatif saat bulan – bulan tersebut.

Dari sejarah singkat mengenai asal mula tari Rejang Sutri di daerah Batuan yang telah dipaparkan, ini menjadi tombak munculnya tari Rejang Sutri di daerah Gianyar, seperti misalnya di daerah Batuan, Pura Samuantiga di Bedulu, di Desa Pering Blahbatuh, di Pura Agung Desa Lebih Gianyar, dan lain – lain pada saat piodalan – piodalan (ngusabha) di pura – pura tertentu. Tarian ini dilakukan sebagai peminimalisir pengaruh negatif dan orang yang bisa menjadi permas atau penari sutra adalah orang-orang yang menjadi pewaris (keturunan) yang pada mulanya adalah orang-orang yang pernah terkena musibah (sakit) dan orang-orang tersebut.