Tawaran Baru Dari Tabuh Dua Setengah “Sikut Anyar” Karya I Ketut Pany Ryandhi

I Ketut Pany Ryandhi, beliau bisa dikatakan adalah salah satu seniman muda yang baru-baru ini berhasil menghadirkan warna baru pada musik karawitan Bali, khususnya Gong Kebyar. Dalam karyanya yang beliau buat sebagai syarat untuk lulus S-1 karawitan, beliau mempersembahkan tabuh yang tak biasa didengar banyak kalangan pada umumnya. Karya yang beliau buat berjudul “Tabuh Dua Setengah Sikut Anyar”. Beliau mengambil judul tersebut guna memberikan sebuah tawaran baru dalam konteks bentuk tabuh lelambatan. Penulis juga menjelaskan bahwa kata tabuh dua setengah dalam konteks komposisi ini menekankan paradigma baru pada susunan bagian-bagian gending yang secara partitur menghasilkan bagian simetris yang sarat akan konsepsi keseimbangan sualistis.
Ide garap merupakan gagasan yang ada pada benak seniman yang mendasari garap, terutama dalam proses penciptaan seni. Ide dapat diperoleh darimana saja, dimana saja, dan kapan saja. Ide garapan beliau berawal dari fenomena penciptaan komposisi karawitan bali, baik itu menyangkut belenggu tradisi ataupun kontemporer serta indikator pemberi sebuah identitas. Pemberian label seperti halnya tabuh pisan, tabuh dua, tabuh telu, tabuh pat dan seterusnya memberikan ide kepada beliau tidakkah ada penciptaan komposisi tabuh lelambatan dengan menggunakan dua setengah sebagai penekanan konstannya? tidakkah ada tabuh tiga per-empat? Begitu pula seterusnya. Asumsi beliau bukan kurang alasan, melalui ide garap ini beliau ingin mengajak para seniman akademis untuk membedah sebuah partitur tabuh lelambatan yang telah mengkristal (mungkin bisa dibilang tabuh lelambatan klasik) hingga tabuh lelambatan yang telah dikemas diberi nama “tabuh x” lelambatan kreasi.
Menurut penjelasan dari beliau sang penggarap, Tabuh dua setengah merupakan sebuah komposisi baru yang terinspirasi serta berpijak pada bentuk tabuh lelambatan yang sudah ada. Tabuh dua sebagai contoh tabuh lelambatan terdiri dari dua paletan gending dan secara horizontal memiliki sistem empat matra setiap barisnya sehingga memiliki enam belas peniti penyacah. Berangkat dari analisis tersebut beliau secara sadar mengasimilisasikan sistem tersebut dengan ukuran yang berbeda baik itu secara vertikal maupun secara horizontal hingga membentuk tabuh dua setengah. Secara vertikal komposisi yang dibuat oleh beliau terdiri dari dua lampetan terbentuk oleh lampetan-lampetan dengan struktur kolotomiknya. Satu lampetan gending terdiri dari empat baris, jika ada sepuluh baris maka sudah dipastikan lampetan gendingnya berjumlah dua setengah. Secara horizontal beliau juga mengaplikasikan sistem dua setengah matra yang terbentuk dengan pola empat ketukan peniti penyacah (satu matra), empat ketukan peniti penyacah (satu matra), dan dua ketukan peniti penyah (setengah matra) sehingga membentuk dua setengah matra. Dari kesamaan sistem matra dan lampetan inilah membuat beliau si komposer berindikasi bahwa kompisi ini bersifat simetris.
Dari hasil membaca skrip karya yang beliau buat, beliau juga menyimpulkan bahwa beliau tidak hanya saja mampu menjawab permasalahan mengenai pemberian label pada tabuh lelambatan kreasi, akan tetapi beliau juga mampu menawarkan warna baru dalam memahami komposisi tabuh lelambatan yang sejatinya lelambatan dalam karawitan bali memiliki berbagai macam bentuk jika dianalisis berdasarkan kalkulasi matranya. Begitu pula pada komposisi tabuh dua setengah “sikut anyar” milik I Ketut Pany Ryandhi, karya ini dihadirkan oleh beliau bukan untuk menampilkan hal yang berbeda dan baru serta sifatnya tidak merancukan paradigma yang telah melekat, melainkan untuk memberikan komparasi (perbandingan) bahwa yang dinamakan tabuh lelambatan tidak sepenuhnya kaku. Justru beliau berpendapat bahwa karya yang beliau buat ini sifatnya sudah konservatif.

PERBEDAAN GAMELAN GONG KEBYAR BALI SELATAN DENGAN BALI UTARA

A. PERBEDAAN BENTUK BILAH DAN PENCON GAMELAN GONG KEBYAR BALI UTARA DAN BALI SELATAN
Bersumber dari pengalaman saya berlatih di kampong halaman saya di Singaraja dan pengalaman saya menempuh pendidikan di kampus ISI DENPASAR, dapat saya jelaskan bahwa bentuk bilah dari gamelan Bali Utara dengan gamelan Bali Selatan sangat berbeda. Perbedaannya antara lain, gamelan Bali Utara bentuk bilah gangsenya bulat tanpa sudut atau istilah balinya puleh. Sedangkan, bentuk bilah gamelan Bali selatan bila di kaitkan dengan bangun datar bentuknya menyerupai trapesium yang memiliki dua sudut dibagian atasnya. Berikut adalah foto-foto yang saya peroleh di pusat dokumentasi ISI DENPASAR menyangkut bukti perbedaan bentuk bilah gamelan gong kebyar bali selatan dengan Bali Utara.

Tidak hanya pada bilah gangse saja, perbedaan gamelan gong kebyar bali utara dan bali selatan juga terdapat pada pencon di instrumen reong dan terompongnya. Dari apa yang saya lihat, pencon reong gamelan bali utara cenderung pendek dan bulatnya persis seperti benjolan pada umumnya. Sedangkan pencon gamelan bali selatan cenderung penconnya lebih tinggi, yang tingginya hanya beberapa senti dan kemudian baru dihiasi dengan setengah bulatan yang menjadi ujung dari pencon reong tersebut. Berikut foto-fotonya.

B. PERBEDAAN BENTUK BARUNGAN GAMELAN GONG KEBYAR BALI UTARA DENGAN BALI SELATAN
Dari apa yang saya amati, dapat saya jelaskan bentuk barungan gong kebyar Bali Utara dengan Bali Selatan sangat berbeda. Gamelan Bali Utara memiliki jumlah barungan diantaranya 2 ugal, 4 gangse pengenter, ada juga yang memiliki 6 gangse pengenter, dan ada juga yang memiliki 8 gangse pengenter, 4 kantil, ada juga yang memiliki 2 kantil, 1 terompong, 2 reong (reong pengenter dan reong kantil), sepasang penyacah (ada juga yang tidak menggunakan penyacah), sepasang jublag, sepasang jegog, 1 buah kempur, 2 buah gong lanang wadon, 2 pasang kendang (kendang jedutan dan kendang pepanggulan, 1 buah petuk, 1 buah kempli, 1 buah kemong, dua buah kecek (ada juga yang hanya mempunyai satu kecek)dan 1 buah bende.
Sedangkan gamelan Bali Selatan yang saya tau jumlah barungannya antara lain 4 buah gangse pengenter, 4 buah kantil, 2 buah ugal, sepasang penyacah, sepasang jublag, sepasang jegog, sepasang gong lanang wadon, satu kempur, satu kempli, satu petuk, satu buah kecek, dua pasang kendang (kendang jedutan dan pepanggulan), 1 buah terompong, dan 1 buah reong. Berikut adalah foto bentuk barungan gamelan Bali Utara dan Bali Selatan.

Namun kini jumlah barungan gamelan gong kebyar Bali Utara dengan Bali Selatan sudah sama karena sudah dipatenkan dan tidak boleh melebihi atau mengurangi sebagai bentuk aturan untuk mengikuti event gong kebyar mebarung.

PENGARUH GONG KEBYAR TERHADAP GAMELAN ANGKLUNG DAUN 7

Gong kebyar merupakan salah satu alat musik tradisional Bali yang paling banyak digemari oleh para seniman maupun para penikmat seni. Hal tersebut bukan berarti tanpa ada alasan, melainkan karena selain gamelan ini masih bisa dikatakan baru, gamelan ini juga memiliki sifat yang sangat dinamis, dan elastis. Sifat dinamis gamelan gong kebyar, tercerminkan dari cita rasa tabuh yang dimainkan yang mana tabuh yang dimainkan dominan temponya cepat. Sedangkan, sifat elastis gamelan gong kebyar tercermin dari adanya penambahan partitur repertoar gamelan golongan tua ke dalam gong kebyar, seperti contoh; gegenderan (gender wayang), gegambangan(gambang), dan leluangan(gong luang). Selain itu, gong kebyar juga mampu memberikan pengaruh terhadap barungan gamelan yang lainnya seperti; gamelan samara pagulingan, gamelan angklung daun 7, dan lain-lain. Namun, yang akan saya bahas di sini adalah pengaruh gamelan gong kebyar pada gamelan angklung daun 7.
Gamelan angklung daun 7, merupakan salah satu barungan gamelan golongan tua yang juga dengan gong kebyar berasal dari Buleleng (Singaraja). Gamelan angklung daun 7 pada umumnya dipergunakan untuk mengiringi upacara pitra yadnya sama halnya seperti gamelan angklung klentangan. Namun, menurut penglihatan saya, kini gamelan angklung sedikit terpengaruh dengan keberadaan gong kebyar saat ini. Dari yang saya lihat, Hal-hal yang dipengaruhi dari gamelan angklung diantaranya; fungsinya, gaya tabuh, dan bentuk gamelannya. Pengaruh yang pertama adalah dari segi fungsi. Dulu kita ketahui bahwa gamelan angklung sangat identik dengan upacara pitra yadnya. Namun kini, gamelan angklung sudah sering ditemui pada prosesi upacara dewa yadnya, manusia yadnya, dan lain-lain. Hal itu beralasan lantaran masih banyak, banjar dinas yang ada ditempat saya berasal belum memiliki barungan gamelan gong kebyar, dan suatu kebetulan hanya ada gamelan angklung di tempat tersebut dan akhirnya gamelan angklunglah yang digunakan untuk mengiringi prosesi upacara tersebut.
Selanjutnya pengaruh dari segi gaya tabuhnya. Dari yang saya ketahui, gaya tetabuhan gamelan angklung identik pada temponya yang lambat dan kadang sedang. Namun, sejak gamelan gong kebyar menguasai panggung pagelaran seni karawitan bali, hal itu pun membuat gamelan angklung meniru sedikit ciri khas dari gong kebyar, dengan adanya teknik-teknik rumit layaknya tabuh gong kebyar pada komposisi gamelan angklung. Selain itu, tabuh-tabuh gamelan angklung pun mulai memakai tempo cepat dan hingga yang terbaru, gamelan angklung dapat digunakan untuk mengiringi tari lepas seperti; puspanjali, cendrawasih, truna jaya, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah pengaruh dari segi bentuk gamelan. Dahulu gamelan angklung sebagian besar bentuk pelawah dari gamelan tersebut mengambil motif lelengisan (tidak memakai motif ukiran). Namun kini dengan jaman yang semakin berkembang serta tuntutan dari sebuah pagelaran, memaksa gamelan angklung mengalami perubahan pada pelawahnya yang hingga saat ini mulai memakai motif-motif ukiran, bahkan kini ada juga barungan angklung yang memakai instrument ugal serta memakai kendang size besar pepanggulan. Sekian penjelasan mengenai pengaruh gong kebyar terhadap barungan gamelan lainnya, terima kasih.

Gong Kebyar Sumber Inspirasi Bidang Seni Yang Lainnya.

Di bidang musik iringan, gong kebyar sangat menonjol dalam sendratari, arja gong, drama gong, bondres, dan tari kreasi baru lainnya. Karena terpengaruh oleh Gong. Kebyar maka gamelan yang lain ikut “ngebyar” sehingga muncul Angklung Kebyar, Joged Kebyar, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya timbul ide untuk memadukan unsur vokal dengan instrumental ke dalam gong kebyar sehingga munculah kreasi baru yang dikenal dengan nama gegitaan dan sandya gita.
Dibidang pedalangan, gong kebyar telah mampu memberi inspirasi sehingga munculah wayang gong yaitu pertunjukan wayang kulit dengan iringan gong kebyar. Pada tahun 1986 I Made Sidja (62th), seorang dalang dari bona, gianyar, telah mementaskan wayang gong di Jepang diiringi oleh sekaa gong sadha budaya Ubud yang melawat ke Negeri Sakura pada saat itu. Wayang kulit yang dipentaskan adalah wayang kulit parwa yang mengambil sumber lakon dari wiracarita Mahabharata Wayang kulit parwa biasanya diiringi gamelan gender wayang yang menggunakan laras selendro.
Kenapa dipilih gong kebyar sebagai pengganti gender wayang ? menurut pak sidja bahwa pemilihan gong kebyar sebagai iringan wayang kulit parwa bermula dari adanya keinginan dari dalang yang satu ini untuk merubah suasana yang didominasi laras selendro ke laras pelog. Dengan iringan gong kebyar, dirasakan bahwa tidak saja perubahan suasana dari slendro ke pelog yang bisa dilakukan tetapi juga banyak kreasi baru yang muncul, baik dalam hal tetikesan, wayang, tandak, dialog,dll.
Di bidang seni rupa ternyata gong kebyar juga memberi inspirasi yang sangat kuat. Pelukis Ida Bagus Made dari Tebesaya, Ubud, mengatakan bahwa gending-gending gong kebyar itu telah banyak memberinya inspirasi dan motivasi dalam melukis (wawancara th.1997, di Tebesaya). Beliau juga sering menyaksikan pementasan ataupun latihan gong kebyar Gunung Sari Peliatan dengan harapan untuk mendapatkan inspirasi dalam berkarya.
Dewa Nyoman Sura (56th) seorang pelukis tradisi Bali dan juga seorang penabuh gong kebyar yang handal juga memberikan keterangan serupa. Dalam sebuah wawancara pada tanggal 31 desember 1998, pelukis dan penabuh yang berasal dari Pengosekan Ubud ini mengatakan bahwa gending-gending gong kebyar benar-benar memberinya inspirasi dalam melukis. Menurut Dewa Nyoman Sura sebagai seorang penabuh dan pelukis, keberhasilan serta kepuasannya dalam memainkan gong kebyar sangat mempengaruhi dirinya dalam melukis.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!