Teknik Permainan Gamelan Bali

This post was written by madeagusartha on Juli 18, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

gamelan bali

Gamelan ialah sebuah orkestra Bali yang terdiri dari bermacam-macam instrumen seperti gong, kempur, reyong, tromping, cengceng, kendang suling dan rebab yang mempunyai laras slendro dan pelog. Menurut deskripsi yang termuat dalam lontar Prakempa bahwa di Bali terdapat 26 jenis perangkat gamelan, dan perangkat gamelan yang dibicarakan dalam konteks tulisan ini adalah gamelan (Gong) Kebyar, sebuah barungan yang terdiri dari 30-40 buah instrumen dan kebanyakan instrumennya berupa alat-alat perkusif (dipukul) dan menggunakan laras pelog. Menurut teknik permainannya, gamelan Gong Kebyar terdiri dari instrumen-instrumen yang dipukul, ditiup, digesek dan dipetik.

Gangsa (termasuk pemade, kantil, jegogan, jublag dan penyacah) dipukul dengan tangan kanan dan menggunakan panggul, kemudian bilah-bilahnya segera ditutup untuk memperoleh bunyi yang diinginkan. Tentu ada pula instrumen-instrumen dalam gamelan Gong Kebyar yang tidak perlu ditutup setelah dimainkan, dan kelompok-kelompok itu meliputi gong, kempur, dan kelentong. Alat ini dipukul secara bebas dan getaran bunyinya memiliki durasi yang cukup panjang dan instrumen-instrumen ini biasanya berfungsi sebagai semi ataupun finalis.

Kendang adalah salah satu jenis instrumen perkusif yang bunyinya ditimbulkan oleh membrano atau kulit yang dicencang lubang nada yang telah ditentukan. Istilah tiupan atau sebutan dalam gamelan Bali disebut “ngupin” sedangkan istilah tutupan jari tangan pada suling dinamakan “tetekep”. Kemudian berjenis-jenis laras yang ditimbulkan atas teknik tiupan dan tutupan pada suling lajimnya disebut tetekep suling. Suling Bali yang dimainkan dengan “ngunjal angkihan” (tiupan terus-menerus) menjadikan suling Bali itu unik dibandingkan dengan instrumen tiup lainnya di dunia. Di dalam gamelan Gong Kebyar dikenal adanya beberapa jenis tetekep sesuai dengan laras gamelan yang memanfaatkan suling tersebut. Tetekep itu meliputi deng, tetekep ding dan tetekep dong.

Satu jenis instrumen gesek yang terdapat di dalam gamelan Gong Kebyar disebut rebab. Sebagai golongan instrumen memakai dawai (kordofon), rebab Bali dimainkan dengan cara menggesek dawainya. Tiada berbeda dengan suling, teknik gesekan itu masih harus diikuti dengan tutupan dan dalam konteksnya dengan rebab tutupan itu dinamakan patetan (menutup sama dengan mamatet). Selanjutnya laras yang ditimbulkan akibat teknik permainan rebab itu dinamakan “patet”. Dalam rebab Bali yang bisa menghasilkan laras pelog tujuh nada, diketemukan adanya lima patet yaitu patet selisir, sundaren, baro tembung dan lebeng. Patet di dalam gamelan Bali masih perlu diselidiki secara mendalam, disebabkan karena kiranya pengertian patet dalam gamelan Bali tidak hanya terbatas dengan urutan nada (tangga nada) dalam satu oktaf, tetapi juga mengenai fungsi nada (tonika, dominan, subdominant) di dalam suatu lagu.

Ubit – ubitan

Istilah “ubit-ubitan” tidak dijumpai dalam kamus Bali-Indonesia (KBI), namun tertera dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karangan W.J.S. Poerwadarminta yang menyatakan bahwa kata ubit-ubitan adalah sebuah kata yang berasal dari daerah tertentu dan berarti menggerak-gerakkan barang yang kecil-kecil, seperti nyala lampu. Dalam konteks permainan gamelan Bali, istilah ubit-ubitan dimaksudkan sebagai sebuah teknik permainan yang dihasilkan dari perpaduan sistem on-beat (polos) dan off-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukan akan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan ubit-ubitan. Pukulan polos dan sangsih, bergerak naik-turun (sebaliknya), mengisi beat (ketukan) yang kosong dan akhirnya menimbulkan bunyi yang interlock (saling mengunci/mengisi) yang dinamakan ubit-ubitan. Di dalam musik Barat sistem sejenis itu disebut interlocking-figuration atau interlocking-parts yaitu figurasi yang saling mengisi dalam lagu.

Di beberapa daerah sub budaya Bali menggunakan istilah ubit-ubitan sejajar dengan istilah kotekan, cecandetan, dan tetorekan. Kotekan merupakan sebuah kata bentukan yang terdiri dari kata “kotek” yang berarti menjolok atau memukul dengan galah, sedangkan akhiran “an” yang mengikuti menyatakan hasil perbuatan yang disebut pada bentuk dasar. Tiada berbeda dengan ubit-ubitan bahwa istilah kotekan digunakan untuk menyebutkan sistem permainan gamelan Bali yang menggunakan sistem polos dan sangsih.

Ubit-ubitan sebagai salah satu teknik permainan yang penting artinya bagi pembakuan styl dalam gamelan Bali, memang beragam tipe dan keberadaanya. Ubit-ubitan yang berlaku dalam gamelan Gambang ternyata berbeda tipenya dengan ubit-ubitan yang berlaku dalam gamelan Gender Wayang. Gender Wayang sebagai pengiring pertunjukan Wayang Kulit mempunyai pula teknik permainan yang berbeda dengan gamelan Angklung. Demikian seterusnya, hampir setiap jenis barungan gamelan Bali memiliki ubit-ubitan tersendiri, satu sama lain sangat berbeda wujudnya. Jika salah satu wujud ubit-ubitan dari sebuah gamelan tertentu dimainkan dalam gamelan yang lain, maka sangatlah mudah bagi kita untuk mengetahui dari gamelan mana sumber ubit-ubitan itu berawal. Pada periode belakangan ini, gamelan Gong Kebyar banyak meminjam pola ubit-ubitan dari gamelan Gender Wayang dan gamelan Gambang, sehingga sering terdengar dalam lagu kebyar, suatu sekwen yang dinamakan gegenderan dan gegambangan. Demikian juga sebaliknya bahwa gamelan Gong Kebyar telah banyak mempengaruhi gamelan yang lain seperti Angklung dan Gong Gede, maka sering kita dengar ungkapan bahwa kedua gamelan di atas, ekspresinya sudah “ngebyar” (menjadi kebyar).

Ubit-ubitan kiranya tidak saja menjadi cirri khas dari sebuah barungan gamelan, tetapi teknik itu sesungguhnya menjadi pemberi identitas dari masing-masing instrumen dalam gamelan. Teknik ubit-ubitan reyong akan berbeda bentuknya dengan ubit-ubitan gangsa yang dimainkan dalam pemade dan kantil. Wujud instrumen dan psikologinya akan mempengaruhi pula ubit-ubitan yang terdapat dalam barungan itu. Di samping itu, wujud atau tipe dari sebuah ubit-ubitan sangat tergantung dari tema musical yang terdapat dalam sebuah lagu. Dengan perkataan lain, bahwa lagu gilak yang digunakan untung mengiringi tari Baris mempunyai ubit-ubitan yang berbeda dengan lagu bapang yang berfungsi mengiringi tari Penasar. Di lain pihak bahwa lagu Baris yang dikenal memiliki watak kepahlawanan masih bisa pula diolah ke dalam 2 atau 3 jenis ubit-ubitan untuk member warna yang berbeda. Warna-warna ubitan itulah sesungguhnya yang member identitas terhadap barungan gamelan yang beragam bentuknya.

 

–          Sumber : Buku Teknik Permainan Gamelan Bali. 1991. Oleh:  Dr. I Made Bandem

Comments are closed.

Previose Post: