Sejarah Gamelan Gong kebyar
di Banjar Mijil , Desa Sangkan Gunung,Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem
I KOmang Kusuma Adi
201102012
Institut Seni Indonesia Denpasar
2012
Sejarah Gamelan Gong Kebyar di Banjar Mijil, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
Gamelan gong kebyar merupakan salah satu aset terpenting yang di miliki Banjar Mijil, Selain berfungsi sebagai pengiring upacara , gamelan ini juga menjadi identitas dari masyarakat tersebut. Betapa tidak, dengan gamelan inilah banyak generasi muda masyarakat ini yang berbakat menjadi pelatih seni karawitan di sekitar banjar tersebut. Semua itu tidak terlepas akan kecintaan masyarakatnya dalam gamelan gong kebyar. Namun dari hasil data yang didapat , tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tanggal pembelian gamelan ini. Konon cerita mengenai gamelan ini adalah pada awal di beli masyrakat Banjar Mijil mengadakan ritual terlebih dahulu yang disebut dengan “mepikat” artinya sebelum membeli gamelan para sesepuh meminta petunjuk dengan membunyikan sebuah Instrument Gong yang di sucikan oleh masyarakat Banjar Mijil. Hal ini bertujuan untuk memancing aura suara yang ada pada barungan gamelan yang akan di beli dan untuk mendatangkan taksu. Sampai saat ini Instrumen Gong yang di kramatkan sebagai pemikat itu masih tersimpan di salah satu bangunan pura di Banjar Mijil. Barungan gamelan ini merupakan barungan gamelan pertama yang ada di se-kedesaan Sangkan Gunung, sehingga Banjar Mijil menjadi barometer dari perkembangan gamelan di Desa Sangkan Gunung maupun sekitarnya.
Gamelan Gong Kebyar ini memiliki saih yang dibilang cukup besar atau setara dengan saih Gamelan Gong Gede.Sehingga secara fungsional ,gamelan ini hanya bagus digunakan untuk ‘ngelelambat’. Bilahan pada setiap instrument gangsa memiliki ukuran yang tebal dari gamelan gong kebyar pada umumnya dan bentuk bilahannya masih ‘matundun sambuk’. Pergantian bumbung atau resonator dan bentuk pelawah sudah dilakukan pada tahun 1989 oleh Pemande dari Banjar Tiyingan ,Kabupaten Klungkung.
Sejak awal dibeli barungan gamelan ini sudah memliki intrumen yang lengkap yakni :
- 2 buah kendang gupekan.
- 1 instrumen terompong
- 2 instrumen ugal (depan, belakang)
- 4 instrumen gangsa pemade
- 4 intrumen gangsa kantil
- 1 instrumen reong
- 2 instrumen jublag
- 2 instrumen penyacah ( 5 nada)
- 2 instrumen jegog
- 1 instrumen kajar
- 1 instrumen kempli
- 2 instumen gong ( lanang,wadon)
- 1 instrumen bende
- 1 instrumen kempur
- 1 instrumen ceng-ceng ricik
- 10 instrumen ceng-ceng kopyak
- 5 instrumen suling
Generasi pertama dari sekehe ini bernama sekehe gong “ WETU SARI GUNA” yang diketuai oleh I Ketut Kaler. Beliau merupakan tokoh yang paling berpengaruh dalam perkembangan seni karawitan di Banjar Mijil. Selama masa kepemimpinannya banyak prestasi yang di torehkan oleh sekehe gong ini, yakni berturut-turut menjadi juara 1 dari tahun 1955 sampai tahun 1965 dalam lomba gong kebyar antar kecamatan se-Kabupaten Karangasem yang dilatih olek Pak Gede Manik,pak Jiger, dan Pak Sumiasa dari Tabanan. Bakat alami yang dimiliki membuatnya menjadi andalan dalam setiap pementasa lomba. Beliau juga memliki dedikasi yang sangat gemilang di masyarakat sekitar. Banyak sekehe –sekehe yang sudah dilatihnya dan bahkan beliau menjadi pemersatu dari sebuah banjar yang bertikai melalui kegiatan seni. Berikut adalah beberapa nama dari Sekehe generasi pertama :
- I Ketut Kaler (Ahm)
- I Mangku wati (Ahm)
- I Nengah Degeng(Ahm)
- I Ketut Geria(Ahm)
- I Wayan Serima(Ahm)
- I Nengah Rata(Ahm)
- I Wayan Taman(Ahm)
- I Wayan Merta(Ahm)
- I Ketut Murda(Ahm)
- I Mangku Rumada(Ahm)
- I Nengah Tunas
- I Wayan yasa
- I Nyoman Ngewi(Ahm)
- I Nengah Murdi(Ahm)
- I Nengah Suweca
- I Nengah Pica
- I Nengah Pageh
- I Nyoman Sukri(Ahm)
- I Wayan suwini
- I Nengah Sura (Ahm)dll.
Dewasa ini fungsi gamelan hanya sebagai pengiring upacara yang ada di Banjar Mijil dan yang paling rutin di lakukan adalah ngayah di Pura Desa Adat Tebola setiap tahun sekali. Kegiatan Ngayah tersebut harus dilakukan kecuali ada kematian di Banjar Mijil. Karena pada kisah, kalau tidak menghaturkan ayah-ayahan tetabuhan , maka akan terjadi musibah yang menimpa Masyarakat Mijil. Seperti yang sudak terbukti ,yakni terbakarnya sebuah bangunan pelinggih di Pura Puseh. Kejadian ini terjadi akibat di menghaturkan ayah-ayahan tetabuhan karena instrument kempur pecah sehari sebelum pengayahan di mulai. Tentu hal itu menjadi pedoman bagi sekehe generasi ke 2 ( sekarang ). Namun Sekehe ini masih aktif dalam mengikuti lomba maupun parade di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. Berikut merupakan nama-nama sekehe generasi ke 2 yang dinamai Sekehe Gong “ WIJAYA GIRI KUSUMA” yang di ketuai oleh I Made Berati,SH., yang merupakan putra dari I Ketut Kaler :
- I Made Berati,SH.,
- I Ketut Sumiasa,S.Pd.,
- I Putu Agus Suparta,S.Pd.,
- I Putu Adi Jenar
- I Nengah Sirta
- I Nengah Kari
- I nengah Gita
- I Wayan Suparta
- I Mangku Puger
- I Ketut Suti
- I Nengah Nasib
- I Wayan Sumanda
- I Mangku Suci
- I Nengah Mupu
- I Nengah Bonjor
- I Nengah Suci
- I Nyoman Arka
- I Nengah Karsi
- I Nengah Suanda
- I Wayan Gatri
- I Putu Tukeng
- I wayan Nganti
- I Nengah Ngetis
- I Wayan Narti
- I Nyoman Sudarma.,
Foto-foto gamelan gong Kebyar di Banjar Mijil
– terlihat pada gambar, instrumen gangsa memiliki bilahan yang tebal dan berbentuk ” metuntun klipes”
– Pada gambar,terlihat bahwa resonator yang digunakan adalah renonator pipa tidak lagi menggunakan bumbung bambu.