REVIEW 5 BUKU

June 22nd, 2010

I. Judul           ITIHASA RAMAYANA DAN MAHABARATA

Oleh          : Prof. Dr. I Made Titib, Ph. D

Penerbit    : Paramita, Surabaya

Tahun        : 2008

Itihasa merupakan kitab Hindhu yang didalamnya mengandung cerita – cerita kepahlawanan. Yang paling terkenal yaitu Itihasa Ramayana dan Mahabarata. Ramayana menceritakan kehidupan Rama dan keluarganya, begitu pula peperangan Rama sebagai simbul Dharma melawan Rahwana sebagai simbul Adharma..

Itihasa yang tidak kalah pentingnya pula adalah Mahabarata digubah oleh Bhagawan Bhiasa yang intinya menceritakan perang saudara antara Panca Pandawa dan Korawa. Itihasa didalamnya banyak mengandung ajaran – ajaran etika yang sangat relefan diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

Kata kunci     : Ramayana dan Mahabarata

II. Judul      : Komodifikasi Tubuh Perempuan Joget “ngebor Bali“

Oleh        : Nengah Bawa Atmadja

Penerbit  : Pustaka Larasan, Denpasar

Tahun      : 2010

Joget Bumbung merupakan tarian yang tergolong Tari Balih – balihan. Pertunjukan tari ini diperankan oleh seorang penari perempuan diikuti oleh penari laki – laki yang disebut pengibing. Tarian ini merupakan tari pergaulan, layaknya pemuda – pemudi yang sedang memadu kasih. Dalam pementasannya diiringi dengan seperangkat gambelan yang didominasi oleh gambelan granting berlaraskan selendro.

Pada era globalisasi, tari ini tetap eksis di mata masyarakat Bali. Dalam perkembangannya tari jogged bumbung telah mengalami banyak perubahan, dari jogged bumbung yang menekankan suatu pakem ( aturan ), namun perkembangannya malah mengarah kepada gerakan tari yang berbau pornoaksi yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Perubahan tersebut disebabkan oleh tuntutan idiologi pasar, mau tidak mau para sekeha joget bumbung harus mengikuti selera pasar agar tetap laku di pasaran.

Kata kunci              : Joged, Komodifikasi, Perempuan, ngebor

III. Judul          : Atlantis the lost continent finally found     (Indonesia ternyata Tempat Lahirnya Peradaban Dunia)

Oleh                   : Prof. Arysio Santos

Penerbit             : Ufuk

Tahun                 : 2010 cet II

Indonesia merupakan Negara kepulauan. Ternyata sebelum daerah ini terbentuk menjadi Negara kepulauan, daratan Indonesia ( Asia Kepulauan ) masih menjadi satu kesatuan dengan Benua Asia. Menjelang berakhirnya zaman es, daerah Indonesia mengalami bencana alam yang dasyat, meletusnya Gunung Krakatau dan Toba. Tragedi ini telah menenggelamkan beberapa daerah di Indonesia, akibat melelehnya lapisan es di Kutub Utara.

Peristiwa ini telah mengubur peradaban manusia Atlantis ( Indonesia ), yang memiliki peradaban sangat maju, bahkan peradaban di seluruh Dunia berasal dari peradaban Atlantis.

Kata kunci          : Atlantis, Peradaban Dunia

IV. judul          : Negara the Theatre State in Nineteenth century Bali

Oleh                 : Clifford Geertz

Penerbit          : Princeton Univercity Press, New Jersey

Bali merupakan daerah yang memiliki keunikan budaya. Keberadaan budaya Bali tidak bisa terlepas dengan budaya Jawa, terutama pengaruh budaya Majapahit, pada abad 19 sistem politik pemerintahan Bali masih banyak mengadopsi system pemerintahan sebelumnya, namun perkembangannya hanya menguntungkan pihak Raja dan Porohita.

Sosial politik Bali ibarat sebuah pertunjukan teater yang dimainkan oleh masyarakat Bali sendiri, disutradarai dan diproduseri oleh Raja dan Porohita (Pendeta Istana).

Kata kunci                       : Negara, Teater

V. Judul               : Pusaka Budaya dan Pariwisata

Oleh                : I Wayan Ardika

Penerbit         : Pustaka Larasan, Denpasar

Tahun             : 2007

Bali merupakan daerah tujuan wisata yang sangat ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Aset Bali dalam pariwisata merupakan kebudayaan yang sangat unik yang kebanyakan berupa warisan budaya ( Cultural Heritage ).

Dijadikannya warisan budaya sebagai objek wisata telah memberikan implikasi majunya pembangunan Bali dan di lain sisi memberikan imbas yang buruk terhadap kelestarian tinggalan budaya tersebut.

Kata kunci         : Warisan, Budaya dan Pariwisata

Asal mula gamelan gong kebyar

April 6th, 2010

Sejak dulu sudah banyak ada peneliti yang meneliti gambelan – gambelan yang ada di Bali, khususnya penelitian tentang gambelan gong kebyar. Hanya saja dari begitu banyaknya tulisan tentang gong kebyar, namun masalah asal mula gong kebyar dapat dikatakan belum terungkap secara jelas dan lengkap. Hal ini disebabkan oleh sangat sedikit sekali data – data mengenai asal mula gong kebyar. Terutama data – data tertulis yang dapat dijadikan pegangan dalam menelusuri asal mula gong kebyar lebih lanjut.

Gambelan gong kebyar merupakan suatu jenis gambelan yang tergolong ke dalam golongan baru atau muda. Gamelan ini merupakan suatu bentuk seni pertunjukan yang paling popular di Bali. Oleh sebab itu gambelan gong kebyar berkembang dan tersebar hampir ke seluruh pelosok Pulau Bali. Para peneliti telah memberikan batasan pengertian barungan gambelan gong kebyar yang ada selama ini. Ada pun batasan tersebut lebih dilihat kepada istilah : barungan, gambelan, gong, kebyar.

Barungan adalah satu kelompok alat gambelan yang terdiri dari berbagai jenis instrument dengan jumlah tertentu. Gambelan adalah suatu barungan alat – alat seni suara yang memiliki bentuk dan komposisi, yang dipergunakan sebagai sarana memanifestasikan lagu – lagu khususnya lagu – lagu daerah di Indonasia. Gong adalah sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar yang mempunyai moncol atau pencon di tengah – tengahnya. Kebyar adalah suatu bunyi yang timbul dari akibat pukulan alat – alat gambelan secara keseluruhan dan secara bersama – sama.

Sekalipun gambelan gong kebyar ini termasuk ke dalam golongan gambelan Bali baru namun didalamnya masih nampak jelas betapa kuatnya pengaruh – pengaruh terhadap gambelan bali lainnya, yang masuk dan ikut membentuk gong kebyar ini. Adapun gambelan – gambelan Bali yang mempengaruhinya sudah barang tentu adalah gambelan bali yang telah ada sebelum munculnya gambelan gong kebyar. Banyak Penulis dalam tulisannya menyatakan bahwa gambelan gong kebyar muncul pada awal abad XX, muncul di daerah Bali Utara yaitu sekitar tahun 1915 di Jagaraga ( Buleleng bagian timur ).

Setelah diadakan suatu penelitian ternyata didapatkan beberapa data yang dapat dijadikan suatu pegangan guna menelusuri asal mula gong kebyar ini. Adapun data tersebut antara lain, pernyataan Colin McPhee dalam bukunya “Music in Bali” menyataka bahwa gong kebyar pertama kali diperdengarkan di depan umum adalah pada bulan desember 1915 dimana ketika itu diadakan kompetisi gong kebyar pertama di Jagaraga. Apabila apa yang dikemukakan Colin McPhee diperhatikan dengan baik maka akan tampak bahwa pada tahun 1915 itu adalah saat kempetisi yang pertama kali ada di Bali. Jadi kesimpulannya adalah sangatlah mustahil bahwa gong yang ditampilkan dalam kompetisi itu dapat menciptakan bentuk – bentuk kekebyaran hanya dalam waktu yang singkat. Dalam kutipan pernyataan Colin McPhee yang lain juga mengungkapkan bahwa Desa Jagaraga hanya merupakan tempat diselenggarakannya kompetisi gong kebyar pada tahun 1915. Dengan menelaah pernyataan – pernyataan diatas maka kiranya sudah dapat ditarik suatu batas pemunculan gong kebyar di Bali yakni diantara tahun 1906 sampai tahun 1915 dengan kata lain sesudah tahun 1906 dan sebelum tahun 1915. Dan tempat pemunculannya pertama kali bukan di Desa Jagaraga.

Di atas telah dikemukakan bahwa untuk mendapatkan kepastian dimana, kapan, dan siapa pencetus gong kebyar ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk diketahui. Didalam buku laporan penelitian mengenal jenis – jenis pukulan dalam barungan gambelan gong kebyar yang di tulis oleh Pande Gede Mustika, sskar, I Nyoman Sudiana, Sskar, dan I Ketut Parta, Sskar menyatakan bahwa informasi pertama datangnya dari Bapak I Nyoman Rembang, seorang guru karawitan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ( SMKI ) mengatakan bahwa berdasarkan hasil wawancaranya dengan Bapak I Gusti Bagus Sugriwa ( almarhum ) yang berasal dari desa bungkulan buleleng mengatakan bahwa lagu – lagu gong kebyar diciptakan pertama kali oleh I Gusti Nyoman Panji di desa bungkulan pada tahun 1914. Informasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 1914 di desa bungkulan telah diciptakan lagu – lagu kekebyaran. Selanjutnya I Gusti Bagus Arsaja, BA ( guru SMKI ) dalam kertas kerja bandingannya atas kertas kerja dari Bapak I Wayan Dibia yang berjudul sejarah perkembangan gong kebyar di bali mengatakan bahwa di desa bungkulan telah diciptakan lagu–lagu ( tabuh ) kekebyaran sekitar tahun 1910.

Berdasarkan urain – urain diatas telah dapat ditarik kesimpulan bahwa gambelan gong kebyar pertama kali muncul di Bali Utara ( Buleleng ) sekitar tahun 1914 dan kemudian di desa bungkulan ( Buleleng Timur ) sudah diciptakan bentuk – bentuk tabuh kekebyaran yaitu antara tahun 1910 sampai dengan tahun 1914 yang dipelopori oleh I Gusti Nyoman Panji.