KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

This post was written by kadekindrawan on April 9, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang lain di muka bumi ini, dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan makhluk lain. Manusia adalah makhluk yang mempunyai polah, ulah, dan tingkah laku, banyak sekali keinginan dan dorongan nafsunya (dorongan untuk berkuasa, untuk lebih dari orang lain, dorongan seks, dorongan untuk terkenal atau termasyhur, cemburu, dengki, rakus, dan tamak), sehingga pada manusia perlu ada pengaturan hukum, tata tertib, adat istiadat, agama, pendidikan, norma, dan nilai. Pada sisi lain manusia adalah makhluk yang luar biasa hebat, dapat berkata-kata, berbahasa, dapat menciptakan sesuatu, dapat bersopan santun, dapat memanfaatkan dan mengendalikan alam, dapat berlaku jujur, dapat menyayangi dan berkorban.

Manusia bebas merdeka dalam memanfaatkan anugerah limpahan kemampuan kehendak dan kekuasaannya; manusia bebas berkehendak (free will) dan bebas bertindak melaksanakan kemampuan, kekuasaanya (free act) namun selaku makhluk ciptaanNya seperti juga alam semesta dan isinya selalu tunduk pada hukum-hukum kehidupan ciptaan Tuhan baik secara sukarela atau terpaksa. Berkaitan dengan hal tersebut maka makalah ini akan membahas tentang kebebasan dan tanggung jawab manusia ditinjau dari beberapa aspek.

 

  1. RUMUSAN MASALAH
  2. Apa yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab ?
  3. Hal-hal apa saja yang terkandung dalam kebebasan dan tanggung jawab ?

 

  1. TUJUAN
  2. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab serta hal-hal apa saja yang terkandung didalamnya.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBEBASAN

Di antara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak dan kemauan. Yakni adalah kehendak kita merdeka dalam memilih perbuatan yang kita buat? Adakah orang itu dapat memilih di antara berbuat atau tidak, dan dapatkah ia membentuk perbuatannya menurut kemauannya? Adakah kita merdeka dalam mengikuti apa yang diperintahkan etika, atau kita dapat mengikuti dan dapat menolak?

Dalam filsafat, pengertian kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan lebih bermakna positif, dan ia ada sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak. Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjadi makhluk yang memiliki kebebasan, bebas untuk berpikir, berkehendak, dan berbuat.

Aritoteles sendiri mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi (homo rationale) yang memiliki tiga jiwa (anima), yakni: (1) anima avegatitiva atau disebut roh vegetatif. Anima ini juga dimiliki tumbuh-tumbuhan, dengan fungsi untuk makan, tumbuh dan berkembang biak; (2) anima sensitiva, yakni jiwa untuk merasa, sehingga manusia punya naluri, nafsu, mampu mengamati, bergerak, dan bertindak; (3) anima intelektiva, yakni jiwa intelek. Jiwa ini tidak ada pada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Anima intelektiva memungkinkan manusia untuk berpikir, berkehendak, dan punya kesadaran.

sungguh bebas sanggup memberikan suatu arah tetap kepada hidupnya. la berbuat baik, bukan karena hal itu dinantikan daripadanya (di mata orang lain), bukan karena dengan itu ia dapat mengelakkan banyak kesusahah (teguran, denda, hukuman), bukan karena hal itu diperintahkan oleh suatu instansi dari luar. la berbuat baik karena suatu keterlibatan dari dalam. Tidak mungkin ia akan berbuat jahat. Tapi ketidak-mungkinan ini tidak boleh ditafsirkan sebagai paksaan atau sebagai tanda ia tidak bebas. Sebaliknya, ia tidak bisa ber­buat jahat, karena ia mencapai suatu keterlibatan dan kesempurnaan dengan penuh kesadaran. 2. Kebebasan dan Tanggung Jawab

  1. Manusia dalam bertindak, yaitu:

Melakukan sesuatu dengan sengaja, dengan maksud dan tujuan tertentu. Kemampuan ini khusus manusiawi. Hewan dapat berbuat tetapi didorong dan berdasar naluri, perangsang, kebiasaan. (seperti pada percobaan Pavlov). Kebebasan mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak, yaitu dengan menentukan sendiri apa yang mau dibuat berhadapan dengan berbagai macam unsure. Manusia bebas berarti manusia dapat menentukan sendiri tindakannya.

Manusia dalam bertindak dipengaruhi oleh lingkungan luar, tetapi juga dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya sendiri. Manusia tidak begitu saja dicetak oleh dunia luar dan dorongan-dorongannya di dalam, melainkan ia membuat dirinya sendiri berhadapan dengan unsur-unsur tersebut. Dengan demikian kebebasan ternyata merupakan tanda dan ungkapan martabat manusia, sebagai satu-satunya makhluk yang tidak hanya ditentukan dan digerakkan, melainkan yang dapat menentukan dunianya dan dirinya sendiri. Apa saja yang dilakukan tidak atas kesadaran dan keputusannya sendiri, dianggap sebagai hal yang tidak wajar.

  1. Kebebasan dengan Kewajiban Moral

Masalah:   Apakah kewajiban moral menghilangkan kebebasan moral. Analisa kesadaran moral memperlihatkan bahwa dalam kesadaran moral yang berkembang penuh, orang melakukan kewajibannya karena ia sendiri setuju. Walaupun melakukan kewajiban dapat membawa pengorbanan, tetapi setelah itu ia justru merasa “bebas”.

Mentaati kewajiban moral secara otonom, sedikitpun tidak merendahkan manusia. Bahkan sebaliknya; jika sudah berhadapan dengan kewajiban moral manusia dapat menghayati kebebasan dengan sepenuhnya. (Drijarkara, 1966: Menyebutnya sebagai ikatan yang membebaskan). Kita terikat untuk melakukan kewajiban, tetapi justru kalau kita kerjakan, kita akan merasa ringan, “tidak mempunyai beban”.

  1. Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Kebebasan ditantang kalau berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan.

Jadi kebebasan mengandung pengertian:

1)    Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri

2)    Kemampuan untuk bertanggung jawab

3)    Kedewasaan manusia

4)    Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya.

 

  • TANGGUNG JAWAB

Selanjutnya kebebasan sebagaimana disebutkan di atas itu di tantang jika berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Di sinilah letak hubungan kebebasan dan tanggung jawab. Dalam filsafat, pengertian tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Perbuatan tidak bertanggung jawab, adalah perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan juga. Menurut Prof.

Burhan Bungin dalam Mufid (2009:243), tanggung jawab merupakan restriksi (pembatasan) dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang membatasi kebebasan seseorang, kecuali kebebasan orang lain. Jika kita bebas berbuat, maka orang lain juga memiliki hak untuk bebas dari konsekuensi pelaksanaan kebebasan kita. Dengan demikian, kebebasan manusia harus dikelola agar tidak terjadi kekacauan. Dan norma untuk mengelola kebebasan itu adalah tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sendiri merupakan implementasi kodrat manusia sebagai makhluk social. Maka demi kebaikan bersama, maka pelaksanaan kebebasan manusia harus memperhatikan kelompok social dimana ia berada.

Dalam kerangka tanggung jawab ini, kebebasan mengandung arti: (1) Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri, (2) Kemampuan untuk bertanggung jawab, (3) Kedewasaan manusia, dan (4) Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, bukan instintif, melainkan terdapat makna kebebasan manusia yang merupakan obyek materia etika.

Sejalan dengan adanya kebebasan atau kesengajaan, orang harus bertanggung jawab terhadap tindakannya yang disengaja itu. Ini berarti bahwa ia harus dapat mengatakan dengan jujur ke­pada kata hatinya, bahwa tindakannya itu sesuai dengan penerangan dan tuntutan kata hati itu. Jadi bahwa dia berbuat baik dan tidak berbuat jahat, setidak-tidaknya menurut keyakinannya.

Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Ini pun sesuai dengan ungkapan Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat dipertanggung­jawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Sama seperti dalam banyak bahasa Barat, dalam bahasa Indonesia pun kata yang kita pakai untuk “tanggung jawab” ada kaitannya dengan “jawab”. Bertanggung jawab berarti: dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bu-kan saja ia bisa menjawab—kalau ia mau—melainkan juga ia harus menjawab. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang per-buatannya. Jawaban itu harus diberikan kepada siapa? Ke-pada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas dan kalau dia orang beragama kepada Tuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  • KESIMPULAN

Kebebasan erat kaitannya dengan kesusilaan. Maka tidak ada fungsinya memuji atau mencela seseorang atas suatu perbuatan apabila dia dalam suatu perbuatan “tidak bebas”. Dalam keadaan tertekan (tidak bebas), manusia tidak mungkin akan menjadi makhluk yang merdeka dan karena kebebasan inilah manusia dapat melakukan kesalahan.

Manusia dikatakan bebas apabila ia terikat pada norma-norma. Apabila ia tidak mengakui hal itu maka ia tetap tidak bebas, karena dikuasai kecendrungan dan senantiasa dipengaruhi dan terikat pada hokum yang lebih tinggi dan tidak sempurna.

Norma tidak memaksa manusia, sebaliknya, norma memberikan kebebasan kepadanya. Manusia bebas untuk menerima atau tidak menerima norma. Meskipun demikian, kebebasan merupakan kenyataan yang begitu pentingnya, sehingga tegak runtuhnya kesusilaan tergantung pada pengakuan atau pengingkaran atas kebebasan.

Sikap moral yang dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan tanggung jawab dan kebebasan. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, bukan instingtif.

  • SARAN

Sebagai makhluk yang berakal budi dan dianugerahi Tuhan dengan kemampuan yang luar biasa hendaknya manusia dapat memanfaatkan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan manusia itu sendiri dan juga makhluk hidup lainnya karena pada suatu hari nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Tuhan.

Comments are closed.