FILSAFAT SENI DAN TARI LEGONG RAJA CINA
Posted Under: Tak Berkategori
- Latar Belakang
Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas. Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah. Karena karya seni tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu. Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang disebut seni.
- Rumusan Masalah
- Apa defisini dari filsafat seni?
- Bagaimana filsafat seni dari seni tari legong raja cina?
- Bagaimana musik iringan dari tari legong raja cina?
- Tujuan
- Agar mengetahui definisi dari filsafat seni.
- Agar mengetahui bagaimana filsafat seni tari legong raja cina.
- Agar mengetahui musik iringan dari tari legong raja cina.
BAB II
PEMBAHASAN
- Filsafat Seni
Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas.
Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.
Menurut Arthur Schopenhauer sendiri, seni merupakan segala usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, tiap orang senang dengan seni musik meskipun seni musik adalah seni yang paling abstrak. Berbicara tentang filsafat seni, simbol-simbol perlu mendapat perhatian untuk mempertahankan segi “misteri” pengalaman manusia.
Filsafat seni bagi para filsuf seni, berbicara mengenai ide, makna, pengalaman, intuisi, semua menunjukkan sifat simbolik dari seni. Pada awalnya, Socrates yang berpikir mengenai filsafat seni, sehingga Ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Seni/Keindahan. Panggilan filosofis dalam konteks filsafat seni menuntut kerelaan, keterbukaan, dan tidak pernah prasangka apriori. Artinya, persoalan senidapat dibahas dari sudut pandang disiplin ilmu manapun. Dalam definisi mengenai seni merupakan proses cipta, rasa, dan karsa. Seni tidak akan ada bila manusia tidak dihadiahi daya cipta. Filsafat dan seni sebagai komunikasi yang kreatif, tetapi cara dan tujuannya berbeda.
Filsafat adalah : usaha mencari kebenaran,sedangkan seni lebih pada kreasi dan menikmati nilai.Bahkan bila seni menggunakan bahasa seperti dalam sastra, penggunaan ini tidak sama dalam filsafat. Tujuan dari seni adalah membangkitkan emosi estetik, sementara dalam filsafat, bahasa adalah alat untuk mengucapkankebenaran. Melalui filsafat seni, pemahaman tentang seni akan lebih kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan. Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni adalah bukan sekedar sejarah seni.
- Filsafat seni tari legong raja cina
Seni tari merupakan salah satu kesenian yang sudah mendarah daging pada masyarakat khusnya di masyarakat Bali. Tari adalah salah satu seni olah tubuh secara bersama yang di lakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan mengungkapkan perasaan dan mengungkapkan maksud dari pikiran. Tari memiliki fungsi yang kita ketahui sebagai berikut diantaranya: fungsi ritual, fungsi sebagai sartana hiburan, fungsi sebagai sarana presentasi estetis.
Tari legong merupakan tari yang bermula dari perkembangan kerajaan di bali. Pada umumnya mengandung cerita-cerita yang di ambil dari cerita rakyat atau cerita pewayangan contohnya; legong kuntul, legong lasem, legong jobog, dan lain sebagainya. Tari legong berasal dari kata “leg” dan gong yang di makna leg artinya lues, lembut atau elastis dan “gong” artinya gambelan, bila di satukan kedua arti dari dua kata tersebut maka artinya legong adalah suata tari dengan geraknya yang lembut yang di iringi dengan suara tabuhan gambelan.
Tari legong cina, secara filosofis diangkat dari sejarah yang dimana raja bali dahulu menikah dengan putri cina sebagai lambang akulturasi budaya. Dalam akulturasi itu diwujudkan dalam wujud barong landung. Yang mana barong landung yang lelaki adalah wujud dari jro wayan dan yang perempuan adalah jro luh. Bukan jaya pangus dan kancing wi. Menurut I Gusti Ngurah Serama Semadhi, tari legong cina kira-kira diciptakan pada tahun 1930-an. Namun, sampai saat ini penciptanya dinyatakan masih anonim.
Menurut beliau, ada juga tari-tari legong yang lain yang belum sempat direkonstruksi. Beliau memiliki keinginan bersama sang ayah untuk merekonstruksi tari-tari tersebut karena ayah beliau rasa karya tersebut memang harus diketahui oleh halayak luas. Akan tetapi sebelum rekonstruksi berjalan ayah beliau meninggal dunia. Hingga akhirnya, beliau memustuskan hanya merekonstruksi tari legong raja cina saja dan mencari tau apa itu tari legong raja cina.
Suatu hari beliau bertemu dengan pak beratha yang memberi jalan beliau untuk mencari buku dari gending tari legong raja cina. pak Beratha mengatakan bahwa beliau bisa mendapatkan buku tersebut di griya Gung Aji. Dan hingga akhirnya beliau datang kesana dan diberikan gending tersebut dalam bentuk foto copy’an. Gending yang didapat hanya pada bagian pengawak, pengecet dan sedikit bagian pengrangrang. Dari porsi tersebut tentu masih kurang untuk bobot sebuah tabuh tari legong. Hingga akhirnya, beliau memutuskan untuk menambah bagian-bagian yang belum dia ketahui dengan menggunakan hal yang telah ada tersebut sebagai acuan.
- Filsafat Seni Dari Iringan Tari Legong Raja Cina
Berbicara dari musical atau iringan dari Tari Legong Raja Cina di wujudkan dengan sebuah barungan gambelan Semara pagulingan dalam penyusun I Gst. Ngurah Serama Semadi mengaransemen sebuah lagu atau gending yang telah di berikan oleh Bapak Iwayan Bratha dalam bentuk buku yang pernah di berikan oleh Agung Gria (almarhum) bahwa buku yang di berikan berisi gending-gending legong dan ternyata terdapat sebuah gending legong tersebut namun hanya ada sebuah bagian pengrangrang, pengawak danm pengecet itu saja dan tidak lengkap, jadi I Gst Ngurah Serama Semadi melanjutkan gending tersebut agar menjadi sebuah satu gending Legong yang utuh pada umumnya dan beliau memutuskan akan melanjutkan rekontruksi yang sudah di rencanakan. Seiring berjalanya waktu proses latia sudah di jalankan karya inipun sudah terbentuk utuh dengan bentung iringan gending Legong pada umumnya.
Jadi filsafat yang terkandung dalam iringan Tari Legong Raja Cina ini adalah dalam pembentukan suatu karya perlu adanya pertimbangan kepada yang lebih senior dan sekecil apapun pemberian orang kepada kita harus juga di jaga dengan baik karena suatu saat kita pasti akan perlu dan sangat berguna untuk diri kita sendiri.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Filsafat adalah usaha mencari kebenaran,sedangkan seni lebih pada kreasi dan menikmati nilai.Bahkan bila seni menggunakan bahasa seperti dalam sastra, penggunaan ini tidak sama dalam filsafat. Tujuan dari seni adalah membangkitkan emosi estetik, sementara dalam filsafat, bahasa adalah alat untuk mengucapkankebenaran. Melalui filsafat seni, pemahaman tentang seni akan lebih kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan. Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni adalah bukan sekedar sejarah seni.
Tari legong cina, secara filosofis diangkat dari sejarah yang dimana raja bali dahulu menikah dengan putri cina sebagai lambang akulturasi budaya. Dalam akulturasi itu diwujudkan dalam wujud barong landung. Yang mana barong landung yang lelaki adalah wujud dari jro wayan dan yang perempuan adalah jro luh. Bukan jaya pangus dan kancing wi. Menurut I Gusti Ngurah Serama Semadhi, tari legong cina kira-kira diciptakan pada tahun 1930-an. Namun, sampai saat ini penciptanya dinyatakan masih anonim.
DAFTAR PUSTAKA
Narasumber: I Gst. Ngurah Serama Semadi,SSP.,M.Si
Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Denpasar. STIKOM BALI.
Sumarjo, Jakob. 2000.