bahasa indonesia KARANGAN(seni rupa murni)

.Nama : Iwy gede juni antara
Prodi : seni rupa murni
Nim : 201404040

Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.

Seni yang erat kaitannya dengan agama disebut dengan seni Religius atau seni sakral. Seni Religius menguraikan dan menjabarkan nilai-nilai agama, penuh dengan norma-norma atau peraturan-peraturan, bersifat sakral, sebagai karya seni ritual/upacara, penuh makna, fungsi dan simbolik. Semua ini merupakan dasar pembentukkan karya seni dalam ruang lingkup Agama yang bersifat mistis dan magi. Mistis adalah sikap manusia yang merasa terkepung oleh kekuatan gaib yakni; kekuatan alam. Dunia mistis kaya akan cerita-cerita yang berhubungan dengan filsafat yang divisualisasikan melalui media yakni: media batu, tanah liat, dinding-dinding goa, lereng perbukitan, kayu/papan, kulit kayu, dan kain. Hasil pemikiran dan aktifitas keseharian masyarakat mistis lebih banyak divisualisasikan dalam karya seni dan disertai dengan upacara-upacara magis. Disini manusia langsung berhubungan dengan kekuatan alam yang serba rahasia dan tidak dapat di cerna oleh logika atau daya nalar manusia modern. Magi adalah suatu kepercayaan dan praktik sebelum munculnya agama.

Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat yaitu suatu perbedaan dalam pengalaman religius yang disebabkan oleh kultur, organisasi sosial sejarah dan seterusnya. Kosmos adalah wilayah yang berpenghuni dan telah disucikan seperti ruang Tuhan atau ruang para Dewa dan ruang para roh leluhur. Ruang ini adalah ruang sakral dan ruang yang khusus didatangi oleh orang-orang religius. Yang sakral mengahadirkan realitas absulut dan sekaligus membuat orientasi menjadi mungkin. Bahwa tempat-tempat suci terletak pada pusat dunia. Seperti candi-candi yang merupakan replika gunung kosmik sebagai penghubung utama bumi dan surga. Sistem dunia sebagai pusat dunia yang penuh dengan simbolis. Simbolis merupakan pesan yang mampu menginformasikan perilaku religius berkenan dengan ruang dimana seseorang tinggal. Simbolis menerangkan pusat dunia, menerangkan serangkai image kosmologi dan keyakinan religius. Bahwa tempat-tenpat suci terletak pada pusat dunia. Manusia yang memiliki pengalaman religius mengetahui semua benda seni memiliki kemampuan untuk menjadi perwujudan kesakralan kosmik. Mereka berusaha sebisa mungkin untuk dekat dengan objek sakral dan suci. Manusia religius tetap berada dalam semesta yang sakral. Mereka selalu bergerak di dalam dunia yang disucikan. Mereka berusaha menyatukan diri dengan yang sakral disebut Sakramen. Mereka mampu menunjukkan jalan kebenaran untuk melindungi kehancuran. Aktifitas seni menjadi bagian dari kepercayaan dalam kebudayaan yang masih sederhana dan merupakan bagian dari kegiatan ritual dan Agama. Seperti seni Religius yang melibatkan masyarakat dalam upacara pembakaran mayat di Bali. Aktifitas ini sampai sekarang masih menjadi tradisi kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya. Seni Religius ini tentunya melibatkan para seniman dalam proses pembuatannya yang berlandaskan kepercayaan dan Agama yang dapat mengikat kebebasan seniman. Demikian pula dengan peraturan dan petunjuk yang di anggap memiliki nilai sakral, sehingga para seniman di pandang mengetahui hubungan seni dengan tujuan sakral yang ingin dicapai dengan fungsi sakral.

Peranan seni Religius adalah sebagai salah satu simbolis, sebagai pelindung masyarakat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berbhakti kepada Tuhan. Peranan seni religius menjadi dasar dalam sistem masyarakat yang diterapkan secara turun temurun dan dibuat oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan disepakati oleh masyarakat. Seni sebagai landasan kepercayaan, dan Agama sebagai media untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita hidup sesuai dengan keyakinan, kepercayaan dan ajaran Agama. Seperti kepercayaan masyarakat India untuk merayakan pemujaan terhadap Dewa Siwa sebagai simbol pelebur alam semesta beserta isinya. Sesuai dengan keyakinan fungsi seni sebagai media upacara kepercayaan dan Agama melibatkan kehidupan masyarakat, maka bentuk seni bersifat sosial. Oleh karena itu, seni diciptakan bukan untuk kepentingan pribadi, akan tetapi kepentingan bersama yang menganggap pentingnya kepercayaan dan Agama. Macam-macam keterampilan Seni Religius.

Seni Religius yang terdiri dari bermacam-macam keterampilan selalu disertai dengan kemampuan dan pengalaman estetis yang ditimbulkan akibat adanya hubungan masyarakat dengan Agama, adat istiadat, alam serta lingkungan antara mikrokosmos dengan makrokosmos. Keterampilan seni Religius yakni terampil dalam melaksanakan suatu perayaan pemujaan yang bersifat sakral terhadap para dewa-dewa atau para roh leluhur yang di percaya sebagai sebuah simbol alam semesta beserta isinya.

Nilai seni Religius adalah nilai yang berdasarkan pada sebuah gerakan yang melampaui kenyataan kehidupan sehari-hari. Alam pikiran manusia dapat dikuasai oleh kekuatan magis. Selain itu nilai-nilai Nilai-nila religius yang penuh dengan simbol dan makna seperti dalam karya seni lukis Mesir diterapkan pada sebuah dinding bangunan Piramid. Kekuatan magis yang dapat menguasai alam pikiran manusia ini berdasarkan suatu keyakinan bahwa roh memiliki kekuatan yang luar biasa, yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sehingga kekuatan magis ini tatkala digunakan sebagai alat untuk pengobatan atau alat pertahanan diri. Agama dalam hal ini adalah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral yakni hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yakni berdasarkan nilai-nilai bersama yang disebut umat.

Maka dari dari itu setiap umat memiliki kepercayaannya masing-masing. Agama sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang di wujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai suatu yang gaib dan suci. Agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran yang tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat yakni sebagai manusia yang takwa kepada Tuhan. Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari sistem nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya. Sakral bisa di dasari dari sisi benda yang di anggap sakral, tempat sakral, waktu sakral, kata sakral, dan sebagainya. Sakral adalah hal-hal yang dilarang/terlarang, mempunyai konotasi “suci”, dan berbahaya. Sesuatu yang sakral dibentuk oleh manifestasi dan realitas sakral. Ia mampu menunjukkan dirinya pada masyarakat. Ajaran agama sangat kuat terhadap sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, maka sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai simbol-simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya. Magi berdasarkan proses pemikiran rasional yang berkaitan satu hal dengan hal lain. Ciri khas magi adalah tidak ada intervensi dari dunia gaib, tidak ada roh atau dewa yang membantu dalam proses maginya. Diawali kemudian muncul religi yakni memiliki ciri khas kepercayaan akan makhluk gaib, dewata atau Tuhan dan manusia umumnya minta pertolongan pada mereka.

Secara logika dan rasional seni Religius menjadi sebuah pergeseran ke arah fungsional yakni; untuk menghayati dan mengekpresikan kenyataan. Kenyataan di tampilkan secara riil dan di atur sedemikian rupa sehingga lebih berfungsi untuk memperkuat ekspresinya.Bagi manusia Religius yang bersifat sakral memiliki persepsi bahwa wujud dan bentuk yang ada di alam semesta memiliki kekuatan atau daya magis. Realitasnya yang terjadi bukanlah pemujaan batu dalam dirinya sendiri, pemujaan pohon dalam dirinya sendiri. Pohon sakral, batu sakral tidak di sembah sebagai batu atau pohon; mereka disembah karena Hierophany, karena mereka menunjukkan sesuatu yang tidak lagi batu atau pohon tetapi sakral. Pandangan masyarakat non Religius atau masyarakat modern berpikir sebaliknya. Mereka makin sulit untuk memahami dimensi eksistensial dari manusia Religius. Seni sebagai pembawa efek magis tidak hanya direndahkan tetapi juga dicurigai. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikir mereka berdasarkan logika dan rasional dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitas. Pemikiran mereka tidak mau terkurung atau terkekang lagi terhadap kekuatan alam. Mereka berusaha memperoleh makna kekuatan alam dan manusia.

bahasa indonesia II karangan (senirupamurni)

.Nama : Iwy gede juni antara
Prodi : seni rupa murni
Nim : 201404040

Topik : ILMU SENI.
Tema : Seni dalam Aspek Agama
Tujuan: Untuk Mengetahui Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.
Judul : Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.

1. KONSEP DASAR SENI RELIGIUS.
Seni yang erat kaitannya dengan agama disebut dengan seni Religius atau seni sakral. Seni Religius menguraikan dan menjabarkan nilai-nilai agama, penuh dengan norma-norma atau peraturan-peraturan, bersifat sakral, sebagai karya seni ritual/upacara, penuh makna, fungsi dan simbolik. Semua ini merupakan dasar pembentukkan karya seni dalam ruang lingkup Agama yang bersifat mistis dan magi. Mistis adalah sikap manusia yang merasa terkepung oleh kekuatan gaib yakni; kekuatan alam. Dunia mistis kaya akan cerita-cerita yang berhubungan dengan filsafat yang divisualisasikan melalui media yakni: media batu, tanah liat, dinding-dinding goa, lereng perbukitan, kayu/papan, kulit kayu, dan kain. Hasil pemikiran dan aktifitas keseharian masyarakat mistis lebih banyak divisualisasikan dalam karya seni dan disertai dengan upacara-upacara magis. Disini manusia langsung berhubungan dengan kekuatan alam yang serba rahasia dan tidak dapat di cerna oleh logika atau daya nalar manusia modern. Magi adalah suatu kepercayaan dan praktik sebelum munculnya agama.
1.1 Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat.
Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat yaitu suatu perbedaan dalam pengalaman religius yang disebabkan oleh kultur, organisasi sosial sejarah dan seterusnya.
1.2 Kosmos.
Adalah wilayah yang berpenghuni dan telah disucikan seperti ruang Tuhan atau ruang para Dewa dan ruang para roh leluhur. Ruang ini adalah ruang sakral dan ruang yang khusus didatangi oleh orang-orang religius. Yang sakral mengahadirkan realitas absulut dan sekaligus membuat orientasi menjadi mungkin. Bahwa tempat-tempat suci terletak pada pusat dunia. Seperti candi-candi yang merupakan replika gunung kosmik sebagai penghubung utama bumi dan surga.
1.3 Simbolis.
Sistem dunia sebagai pusat dunia yang penuh dengan simbolis. Simbolis merupakan pesan yang mampu menginformasikan perilaku religius berkenan dengan ruang dimana seseorang tinggal. Simbolis menerangkan pusat dunia, menerangkan serangkai image kosmologi dan keyakinan religius. Bahwa tempat-tenpat suci terletak pada pusat dunia.
1.4 Benda seni.
Manusia yang memiliki pengalaman religius mengetahui semua benda seni memiliki kemampuan untuk menjadi perwujudan kesakralan kosmik. Mereka berusaha sebisa mungkin untuk dekat dengan objek sakral dan suci. Manusia religius tetap berada dalam semesta yang sakral. Mereka selalu bergerak di dalam dunia yang disucikan. Mereka berusaha menyatukan diri dengan yang sakral disebut Sakramen. Mereka mampu menunjukkan jalan kebenaran untuk melindungi kehancuran. Masyarakat.
1.5 Aktifitas seni.
Aktifitas seni menjadi bagian dari kepercayaan dalam kebudayaan yang masih sederhana dan merupakan bagian dari kegiatan ritual dan Agama. Seperti seni Religius yang melibatkan masyarakat dalam upacara pembakaran mayat di Bali. Aktifitas ini sampai sekarang masih menjadi tradisi kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya. Seni Religius ini tentunya melibatkan para seniman dalam proses pembuatannya yang berlandaskan kepercayaan dan Agama yang dapat mengikat kebebasan seniman. Demikian pula dengan peraturan dan petunjuk yang di anggap memiliki nilai sakral, sehingga para seniman di pandang mengetahui hubungan seni dengan tujuan sakral yang ingin dicapai dengan fungsi sakral.
2. PERANAN SENI RELIGIUS
Peranan seni Religius adalah sebagai salah satu simbolis, sebagai pelindung masyarakat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berbhakti kepada Tuhan. Peranan seni religius menjadi dasar dalam sistem masyarakat yang diterapkan secara turun temurun dan dibuat oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan disepakati oleh masyarakat.
2.1 Sebagai Landasan Kepercayaan.
Seni sebagai landasan kepercayaan, dan Agama sebagai media untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita hidup sesuai dengan keyakinan, kepercayaan dan ajaran Agama. Seperti kepercayaan masyarakat India untuk merayakan pemujaan terhadap Dewa Siwa sebagai simbol pelebur alam semesta beserta isinya.
2.2 Sesuai dengan Keyakinan.
Sesuai dengan keyakinan fungsi seni sebagai media upacara kepercayaan dan Agama melibatkan kehidupan masyarakat, maka bentuk seni bersifat sosial. Oleh karena itu, seni diciptakan bukan untuk kepentingan pribadi, akan tetapi kepentingan bersama yang menganggap pentingnya kepercayaan dan Agama.
2.3 Macam-macam keterampilan Seni Religius.
Seni Religius yang terdiri dari bermacam-macam keterampilan selalu disertai dengan kemampuan dan pengalaman estetis yang ditimbulkan akibat adanya hubungan masyarakat dengan Agama, adat istiadat, alam serta lingkungan antara mikrokosmos dengan makrokosmos. Keterampilan seni Religius yakni terampil dalam melaksanakan suatu perayaan pemujaan yang bersifat sakral terhadap para dewa-dewa atau para roh leluhur yang di percaya sebagai sebuah simbol alam semesta beserta isinya.
3. NILAI-NILAI SENI RELIGIUS
Nilai seni Religius adalah nilai yang berdasarkan pada sebuah gerakan yang melampaui kenyataan kehidupan sehari-hari. Alam pikiran manusia dapat dikuasai oleh kekuatan magis. Selain itu nilai-nilai Nilai-nila religius yang penuh dengan simbol dan makna seperti dalam karya seni lukis Mesir diterapkan pada sebuah dinding bangunan Piramid.
3.1 Kekuatan magis.
Kekuatan magis yang dapat menguasai alam pikiran manusia ini berdasarkan suatu keyakinan bahwa roh memiliki kekuatan yang luar biasa, yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sehingga kekuatan magis ini tatkala digunakan sebagai alat untuk pengobatan atau alat pertahanan diri.
3.2 Agama.
Agama dalam hal ini adalah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral yakni hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yakni berdasarkan nilai-nilai bersama yang disebut umat. Maka dari dari itu setiap umat memiliki kepercayaannya masing-masing. Agama sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang di wujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai suatu yang gaib dan suci. Agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran yang tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat yakni sebagai manusia yang takwa kepada Tuhan. Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari sistem nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.
3.3 Sakral
Sakral bisa di dasari dari sisi benda yang di anggap sakral, tempat sakral, waktu sakral, kata sakral, dan sebagainya. Sakral adalah hal-hal yang dilarang/terlarang, mempunyai konotasi “suci”, dan berbahaya. Sesuatu yang sakral dibentuk oleh manifestasi dan realitas sakral. Ia mampu menunjukkan dirinya pada masyarakat.
3.4 Simbol-simbol dan Makna.
Ajaran agama sangat kuat terhadap sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, maka sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai simbol-simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya.
4. RELIGIUS DAN NON RELIGIUS
4.1 Daya magis.
Magi berdasarkan proses pemikiran rasional yang berkaitan satu hal dengan hal lain. Ciri khas magi adalah tidak ada intervensi dari dunia gaib, tidak ada roh atau dewa yang membantu dalam proses maginya. Diawali kemudian muncul religi yakni memiliki ciri khas kepercayaan akan makhluk gaib, dewata atau Tuhan dan manusia umumnya minta pertolongan pada mereka.
4.2 Secara Logika dan rasional.
Secara logika dan rasional seni Religius menjadi sebuah pergeseran ke arah fungsional yakni; untuk menghayati dan mengekpresikan kenyataan. Kenyataan di tampilkan secara riil dan di atur sedemikian rupa sehingga lebih berfungsi untuk memperkuat saya ekspresinya.
4.3 Pemikiran Manusia Religius dan Manusia non Religius.
Bagi manusia Religius yang bersifat sakral memiliki persepsi bahwa wujud dan bentuk yang ada di alam semesta memiliki kekuatan atau daya magis. Realitasnya yang terjadi bukanlah pemujaan batu dalam dirinya sendiri, pemujaan pohon dalam dirinya sendiri. Pohon sakral, batu sakral tidak di sembah sebagai batu atau pohon; mereka disembah karena Hierophany, karena mereka menunjukkan sesuatu yang tidak lagi batu atau pohon tetapi sakral. Pandangan masyarakat non Religius atau masyarakat modern berpikir sebaliknya. Mereka makin sulit untuk memahami dimensi eksistensial dari manusia Religius. Seni sebagai pembawa efek magis tidak hanya direndahkan tetapi juga dicurigai. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikir mereka berdasarkan logika dan rasional dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitas. Pemikiran mereka tidak mau terkurung atau terkekang lagi terhadap kekuatan alam. Mereka berusaha memperoleh makna kekuatan alam dan manusia.
5. FUNGSI SENI RELIGIUS
5.1 Menghayati dan Mengekpresikan kenyataan.
5.2 Sebagai media upacara.
5.3 Sebagai salah satu simbolis.
5.4 Sebagai pelindung masyarakat.

6. MANFAAT
6.1 Mengetahui fungsi Seni Religius dalam Dunia modern.
6.2 Mengetahui cara Pandangan manusia Religius dengan non Religius.
6.3 Mengetahui pengertian tentang Nilai-nilai Seni Religius.

Referensi
Made Bambang Oka Sudira, Mmm. Sn. Ilmu Seni Teori dan Praktek. Inti prima.

bahasa indonesia II karangan. (senirupamurni)

Nama : Iwy gede juni antara
Prodi : seni rupa murni
Nim : 201404040

Topik : ILMU SENI.
Tema : Seni dalam Aspek Agama
Tujuan: Untuk Mengetahui Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.
Judul : Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.

1. KONSEP DASAR SENI RELIGIUS.
Seni yang erat kaitannya dengan agama disebut dengan seni Religius atau seni sakral. Seni Religius menguraikan dan menjabarkan nilai-nilai agama, penuh dengan norma-norma atau peraturan-peraturan, bersifat sakral, sebagai karya seni ritual/upacara, penuh makna, fungsi dan simbolik. Semua ini merupakan dasar pembentukkan karya seni dalam ruang lingkup Agama yang bersifat mistis dan magi. Mistis adalah sikap manusia yang merasa terkepung oleh kekuatan gaib yakni; kekuatan alam. Dunia mistis kaya akan cerita-cerita yang berhubungan dengan filsafat yang divisualisasikan melalui media yakni: media batu, tanah liat, dinding-dinding goa, lereng perbukitan, kayu/papan, kulit kayu, dan kain. Hasil pemikiran dan aktifitas keseharian masyarakat mistis lebih banyak divisualisasikan dalam karya seni dan disertai dengan upacara-upacara magis. Disini manusia langsung berhubungan dengan kekuatan alam yang serba rahasia dan tidak dapat di cerna oleh logika atau daya nalar manusia modern. Magi adalah suatu kepercayaan dan praktik sebelum munculnya agama.
1.1 Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat.
Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat yaitu suatu perbedaan dalam pengalaman religius yang disebabkan oleh kultur, organisasi sosial sejarah dan seterusnya.
1.2 Kosmos.
Adalah wilayah yang berpenghuni dan telah disucikan seperti ruang Tuhan atau ruang para Dewa dan ruang para roh leluhur. Ruang ini adalah ruang sakral dan ruang yang khusus didatangi oleh orang-orang religius. Yang sakral mengahadirkan realitas absulut dan sekaligus membuat orientasi menjadi mungkin. Bahwa tempat-tempat suci terletak pada pusat dunia. Seperti candi-candi yang merupakan replika gunung kosmik sebagai penghubung utama bumi dan surga.
1.3 Simbolis.
Sistem dunia sebagai pusat dunia yang penuh dengan simbolis. Simbolis merupakan pesan yang mampu menginformasikan perilaku religius berkenan dengan ruang dimana seseorang tinggal. Simbolis menerangkan pusat dunia, menerangkan serangkai image kosmologi dan keyakinan religius. Bahwa tempat-tenpat suci terletak pada pusat dunia.
1.4 Benda seni.
Manusia yang memiliki pengalaman religius mengetahui semua benda seni memiliki kemampuan untuk menjadi perwujudan kesakralan kosmik. Mereka berusaha sebisa mungkin untuk dekat dengan objek sakral dan suci. Manusia religius tetap berada dalam semesta yang sakral. Mereka selalu bergerak di dalam dunia yang disucikan. Mereka berusaha menyatukan diri dengan yang sakral disebut Sakramen. Mereka mampu menunjukkan jalan kebenaran untuk melindungi kehancuran. Masyarakat.
1.5 Aktifitas seni.
Aktifitas seni menjadi bagian dari kepercayaan dalam kebudayaan yang masih sederhana dan merupakan bagian dari kegiatan ritual dan Agama. Seperti seni Religius yang melibatkan masyarakat dalam upacara pembakaran mayat di Bali. Aktifitas ini sampai sekarang masih menjadi tradisi kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya. Seni Religius ini tentunya melibatkan para seniman dalam proses pembuatannya yang berlandaskan kepercayaan dan Agama yang dapat mengikat kebebasan seniman. Demikian pula dengan peraturan dan petunjuk yang di anggap memiliki nilai sakral, sehingga para seniman di pandang mengetahui hubungan seni dengan tujuan sakral yang ingin dicapai dengan fungsi sakral.
2. PERANAN SENI RELIGIUS
Peranan seni Religius adalah sebagai salah satu simbolis, sebagai pelindung masyarakat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berbhakti kepada Tuhan. Peranan seni religius menjadi dasar dalam sistem masyarakat yang diterapkan secara turun temurun dan dibuat oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan disepakati oleh masyarakat.
2.1 Sebagai Landasan Kepercayaan.
Seni sebagai landasan kepercayaan, dan Agama sebagai media untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita hidup sesuai dengan keyakinan, kepercayaan dan ajaran Agama. Seperti kepercayaan masyarakat India untuk merayakan pemujaan terhadap Dewa Siwa sebagai simbol pelebur alam semesta beserta isinya.
2.2 Sesuai dengan Keyakinan.
Sesuai dengan keyakinan fungsi seni sebagai media upacara kepercayaan dan Agama melibatkan kehidupan masyarakat, maka bentuk seni bersifat sosial. Oleh karena itu, seni diciptakan bukan untuk kepentingan pribadi, akan tetapi kepentingan bersama yang menganggap pentingnya kepercayaan dan Agama.
2.3 Macam-macam keterampilan Seni Religius.
Seni Religius yang terdiri dari bermacam-macam keterampilan selalu disertai dengan kemampuan dan pengalaman estetis yang ditimbulkan akibat adanya hubungan masyarakat dengan Agama, adat istiadat, alam serta lingkungan antara mikrokosmos dengan makrokosmos. Keterampilan seni Religius yakni terampil dalam melaksanakan suatu perayaan pemujaan yang bersifat sakral terhadap para dewa-dewa atau para roh leluhur yang di percaya sebagai sebuah simbol alam semesta beserta isinya.
3. NILAI-NILAI SENI RELIGIUS
Nilai seni Religius adalah nilai yang berdasarkan pada sebuah gerakan yang melampaui kenyataan kehidupan sehari-hari. Alam pikiran manusia dapat dikuasai oleh kekuatan magis. Selain itu nilai-nilai Nilai-nila religius yang penuh dengan simbol dan makna seperti dalam karya seni lukis Mesir diterapkan pada sebuah dinding bangunan Piramid.
3.1 Kekuatan magis.
Kekuatan magis yang dapat menguasai alam pikiran manusia ini berdasarkan suatu keyakinan bahwa roh memiliki kekuatan yang luar biasa, yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sehingga kekuatan magis ini tatkala digunakan sebagai alat untuk pengobatan atau alat pertahanan diri.
3.2 Agama.
Agama dalam hal ini adalah sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral yakni hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yakni berdasarkan nilai-nilai bersama yang disebut umat. Maka dari dari itu setiap umat memiliki kepercayaannya masing-masing. Agama sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang di wujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai suatu yang gaib dan suci. Agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran yang tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat yakni sebagai manusia yang takwa kepada Tuhan. Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari sistem nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.
3.3 Sakral
Sakral bisa di dasari dari sisi benda yang di anggap sakral, tempat sakral, waktu sakral, kata sakral, dan sebagainya. Sakral adalah hal-hal yang dilarang/terlarang, mempunyai konotasi “suci”, dan berbahaya. Sesuatu yang sakral dibentuk oleh manifestasi dan realitas sakral. Ia mampu menunjukkan dirinya pada masyarakat.
3.4 Simbol-simbol dan Makna.
Ajaran agama sangat kuat terhadap sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, maka sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai simbol-simbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya.
4. RELIGIUS DAN NON RELIGIUS
4.1 Daya magis.
Magi berdasarkan proses pemikiran rasional yang berkaitan satu hal dengan hal lain. Ciri khas magi adalah tidak ada intervensi dari dunia gaib, tidak ada roh atau dewa yang membantu dalam proses maginya. Diawali kemudian muncul religi yakni memiliki ciri khas kepercayaan akan makhluk gaib, dewata atau Tuhan dan manusia umumnya minta pertolongan pada mereka.
4.2 Secara Logika dan rasional.
Secara logika dan rasional seni Religius menjadi sebuah pergeseran ke arah fungsional yakni; untuk menghayati dan mengekpresikan kenyataan. Kenyataan di tampilkan secara riil dan di atur sedemikian rupa sehingga lebih berfungsi untuk memperkuat saya ekspresinya.
4.3 Pemikiran Manusia Religius dan Manusia non Religius.
Bagi manusia Religius yang bersifat sakral memiliki persepsi bahwa wujud dan bentuk yang ada di alam semesta memiliki kekuatan atau daya magis. Realitasnya yang terjadi bukanlah pemujaan batu dalam dirinya sendiri, pemujaan pohon dalam dirinya sendiri. Pohon sakral, batu sakral tidak di sembah sebagai batu atau pohon; mereka disembah karena Hierophany, karena mereka menunjukkan sesuatu yang tidak lagi batu atau pohon tetapi sakral. Pandangan masyarakat non Religius atau masyarakat modern berpikir sebaliknya. Mereka makin sulit untuk memahami dimensi eksistensial dari manusia Religius. Seni sebagai pembawa efek magis tidak hanya direndahkan tetapi juga dicurigai. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikir mereka berdasarkan logika dan rasional dalam melaksanakan segala kegiatan dan aktivitas. Pemikiran mereka tidak mau terkurung atau terkekang lagi terhadap kekuatan alam. Mereka berusaha memperoleh makna kekuatan alam dan manusia.
5. FUNGSI SENI RELIGIUS
5.1 Menghayati dan Mengekpresikan kenyataan.
5.2 Sebagai media upacara.
5.3 Sebagai salah satu simbolis.
5.4 Sebagai pelindung masyarakat.

6. MANFAAT
6.1 Mengetahui fungsi Seni Religius dalam Dunia modern.
6.2 Mengetahui cara Pandangan manusia Religius dengan non Religius.
6.3 Mengetahui pengertian tentang Nilai-nilai Seni Religius.

Referensi
Made Bambang Oka Sudira, Mmm. Sn. Ilmu Seni Teori dan Praktek. Inti prima.

KERANGKA KARANGAN (Ilmu seni)

KERANGKA KARANGAN

Topik : ILMU SENI.
Tema : Seni dalam Aspek Agama
Tujuan: Untuk Mengetahui Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.
Judul : Pandangan Seni Religius dalam Dunia Modern.

1. KONSEP DASAR SENI RELIGIUS.
1.1 Seni Religius yang tumbuh di lingkungan masyarakat.
1.2 Kosmos.
1.3 Simbolis.
1.4 Benda seni.
1.5 Aktifitas seni.

2. PERANAN SENI RELIGIUS
2.1 Sebagai Landasan Kepercayaan.
2.2 Sesuai dengan Keyakinan.
2.3 Macam-macam keterampilan Seni Religius.

3. NILAI-NILAI SENI RELIGIUS
3.1 Kekuatan magis.
3.2 Agama.
3.3 Sakral.
3.4 Simbol-simbol dan Makna.

4. RELIGIUS DAN NON RELIGIUS
4.1 Daya magis.
4.2 Secara Logika dan rasional.
4.3 Pemikiran Manusia Religius dan Manusia non Religius.

5. FUNGSI SENI RELIGIUS
5.1 Menghayati dan Mengekpresikan kenyataan.
5.2 Sebagai media upacara.
5.3 Sebagai salah satu simbolis.
5.4 Sebagai pelindung masyarakat.

6. MANFAAT
6.1 Mengetahui fungsi Seni Religius dalam Dunia modern.
6.2 Mengetahui cara Pandangan manusia Religius dengan non Religius.
6.3 Mengetahui pengertian tentang Nilai-nilai Seni Religius.

7. POLA PENYUSUNAN KERANGKA
7.1 Pola alamiah (urutan waktu)

8. BENTUK KERANGKA
8.1 Cerita (narasi)

bahasa indonesia II kerangka karangan